Tiga bulan....
Sekitar tiga bulan lebih berakhirnya cerita aku dan deven. Ternyata sudah lumayan juga aku menjalani peranku sebagai manusia tanpa asa sejauh ini. Aku tetap menjalani hari-hari kuliahku , aku juga masih selalu bareng joa ucha dan lainnya, aku juga masih sering bareng kak aan dan lainnya, masih sering jua ketemu clinton. Hanya saja aku menjalani semuanya tanpa makna. Sekedar menjalani, sekedar datang, sekedar bertemu tanpa ada makna.
Aku juga sudah cukup sering mengumpat diriku sendiri, bodoh. Tapi nyatanya aku memang masih belum lepas dari bayang-bayang deven sama sekali. Segala cara sudah ku coba, tapi nihil. Bukan hanya cara untuk melupakannya, bahkan aku sudah mencoba cara untuk merakit kembali hubungan kami yang rusak.
Dua kali...
Aku sudah pernah mengajaknya untuk kembali membenahi hubungan kami. Dua kali pula aku sudah mengesampingkan harga diri dan kodratku sebagai perempuan yang tidak sepantasnya memulai. Aku sudah memohon , ralat lebih tepatnya mengemis pada deven kala itu.
"Dev, aku rasa sejauh ini kita selesai, tapi rasanya seperti tidak ada yang selesai diantara kita. Kalau seperti ini kenapa kita gak perbaiki lagi dev?" tanyaku memulai maksudku.
"Neth, kamu kan tau kita selesai memang bukan karena kemauan kita neth. Jadi memang pasti sulit untuk kita saling lepas" ujarnya sangat benar.
"Justru itu dev, justru karena sejatinya kita masih ingin terus bersama. Bukannya lebih baik kita benahi yang kemrin sempat rusak dan kita lanjutin ini semua" balasku memohon.
"Maaf neth, maaf aku gak bisa. Kita gak bisa kembali seperti dulu lagi. Kita gak bisa neth. Maaf, aku yakin kamu bisa kok neth" jawabnya menolakku.
"Ya tapi kenapa dev? Pun selama ini kita masih seperti ini, gak ada bedanya dari waktu pacaran." ucapku memelas getir menahan sakitnya penolakan.
"Aku gak bisa bantah kemauan mama neth, maaf. Kamu juga tau kan aku dari dulu gimana ke mama, hal sekecil apapun aku gak bisa nolak permintaannya. Apalagi hal besar neth, maaf" tuturnya membuatku semakin miris.
"Kita bisa jalani ini tanpa sepengetahuan mama dev. Sembari kita berusaha dan menunggu mama mau buka hatinya untukku" kali ini aku sudah mengemis.
"Anneth, aku gak mau hubungan kita didasari atas kebohongan , aku gak mau" tolaknya lagi.
"Dev kamu lupa awal kita pacaran kita juga sembunyi-sembunyi dari mamamu kan, kamu lupa?" desakku.
"Itu waktu kita masih kencur neth, sekarang kita sudah dewasa, kita butuh hubungan yang matang, bukan sekedar pacaran. Aku gak mau membina hubungan diatas kebohongan. Maaf aku beneran gak bisa neth maaf ya" jelasnya panjang.
Kala itu aku sudah runtuh, itu adalah percobaanku yang ke-2 dan 2 kali pula aku mendapat penolakan dari deven. Terima ataupun tidak nyatanya usahaku harus cukup tanpa harus dilanjutkan, atau aku akan semakin sakit dengan penolakan-penolakannya lagi.
Ternyata kisah yang pelik bukan hanya dimiliki mereka yang cintanya tidak berbalas. Pada faktanya saling mencintai justru semakin pelik saat dipaksakan untuk tidak bisa bersama.
Malam ini, aku sudah selesai bersiap untuk makan malam. Kali ini aku sedang ada janji dengan Kak gazza. Begitulah keseharianku bersama joa, ucha, kalau tidak bersama mereka berarti aku sedang Kak aan dkk, dan jika tidak berarti aku bersama clinton dan lainnya. Begitulah circle daily yang aku miliki sepeninggal deven dari Jogja dan dari kisahku. Tapi memang kak gazza lebih sering ada waktu untukku, mengingat kak aan dan kak rifan juga terkadang sibuk dengan part time dan pacarnya masing-masing
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Novela Juvenil"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...