(30) malaikat kos madam

1.4K 109 60
                                    

Aku sudah sangat berusaha kuat di depan deven dan orangtuanya. Tapi sekuat apapun aku membangun tembok pertahanan, aku tetaplah perempuan biasa yang butuh tempat menguarkan bebanku. Pada saat ini,cuma kakak-kakak itulah yang menurutku mengerti.

"Neth... Kakak paham banget maksud kamu" Kak aan menepuk-nepuk pundakku.

"An... Udah siap belom.. Lo..." sapaan kak rifan melemah melihatku yag sedah menangis di kamar kak aan.

"Gazz... Gazzaaaa sini lo" teriak kak rifan dari pintu kamar kak aan.
"Tutup pintu lo" perintah kak rifan.
Kak rifan dan kak gazza masuk menghampiriku.

"Kenapa neth?" tanya kak gazza sangat lembut.

"Aku salah apa sih kak kalo kata kalian? Aku tu juga manusia, aku bisa capek kan? Kenapa perlakuannya saat belum sampai dijogja sama sekarang beda? Anneth gak perlu sampe harus diperlakukan fake kalo tujuannya cuma minta jagain anaknya kak. Anneth juga pasti jagain" air mataku semakin deras saat aku setengah berteriak menguarkan apa yang selama ini aku tahan.

"Iya , kakak tau anneth capek, anneth kecewa sejauh ini anneth diperlakukan tidak semestinya. Kakak, kak aan, gazza juga sangat tau ini dari awal neth. Kami paham kalau kedatangan mereka justru semakin membuat anneth terbebani fisik dan perasaan." Kak rifan dengan lembut berusaha membuatku tenang.

"Anneth udah lakuin yang terbaik sejauh ini, anneth udah nahan ini selama di rumah sakit. Sekarang anneth boleh luapin semua beban anneth ke kakak-kakak" tutur kak gazza yang justru membuat tangisku semakin jadi. Kak rifan memelukku supaya aku kuat kembali.

"Neth..." suara panggilan deven dari luar. Kak gazza dengan sigap langsung berdiri ke luar dari kamar kak aan untuk mencegah deven masuk.

"Kak liat anneth?" tanya deven dari luar.

"Di kamar gue dep, numpang toilet, makanya gue keluar" bohong kak gazza.

"Lah ngapain coba dia pake numpang ke kakak, toilet deven juga bisa padahal" ucap deven.

"Kamar lo kan rame, annethnya nggak enak lah mau masuk" Jawab kak gazza.
"Kita berangkat sekarang dep?" lanjutnya.

"Bentar lagi, papa lagi mandi kak" ujar deven.

"Yaudah lo tunggu di kamar dulu, ntar kalo udah mau berangkat kasi tau" Kemudian kak gazza kembali masuk. Harus kuakui selain tampan, rupanya ia jago acting. Uupss...

"Tapi kamu nggak marah ke deven kan neth?" tanya kak aan. Aku menggelengkan kepalaku.

"Deven nggak salah kak. Bahkan mungkin nggak peka" tukasku sambil mengelap bekas tangisanku.

"Kakak yakin deven tau, tapi posisi deven kejepit neth, jadi dia milih diem dulu, lagipula lusa juga mamanya udah pulang" kata kak aan. Aku hanya mengangguk.

Setelah selesai menguarkan penatku, aku merasa sedikit lega saat ini. Ada gunanya menjadi yang paling kecil disini, mereka standby di balik layar untukku. Untuk usia sebenarnya kami tidak terpaut jauh, hanya harus ku akui kedewasaan mereka tidak bisa diragukan. Yaaah..  Walaupun mereka juga sering menjadikanku bahan bullyan untuk bercanda. Kak aan dan kak rifan 3 tahun di atasku, sedangkan kak gazza 2 tahun diatasku. So, jadilah aku si bungsu

Kami sekarang sudah sampai di tempat makan bersama deven dan orang tuanya, sebagai syukuran atas kesembuhan deven. Aku tadi dengan terpaksa ikut mobil bersama deven dan orang tuanya. Sedangkan kakak-kakak kece itu menggunakan sepeda motor. Hmmm.... Seandainya bisa memilih, aku lebih memilih naik motor bersama kak rifan tadi.

"Gue sini ya cin" kata kak aan mengambil posisi duduk di sisi kiriku. Sedangkan deven ada di kananku, samping deven barulah mamanya, papanya. Kami duduk secara melingkar, jadi yang ada di depanku sekarang kak rifan dan kak gazza.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang