Cek... Cek...Cek...
1
2
3
......
Klik...Aku membuka mataku perlahan , dengan degup jantung yang hebat.
"376" Angka tersebut tertulis di monitorku.
"Thanks god ... Ya ampun akhirnya" pekikku tertahan. Aku langsung mencatat di kertas yang tadi kupakai untuk menghitung. Siapa sangka tes tahap 1 berhasil se-hoki ini. Bahkan skor tes ku jauh diatas deven yang mendapat 330. Padahal sebelum masuk ruang tes, aku sudah over pesimis untuk mendapat skor lulus. Aku berjalan dengan percaya diri, lengkap dengan senyum yang merekah, berjalan menghampiri deven.
"Udah yuk" Ajakku saat tiba tepat dihadapnya yang asik bermain game.
"Udah ? Dapet berapa?" Ia mendongak ke arahku. Aku hanya menggeleng berkali-kali. Tapi setelah kulihat sepertinya Mr.Deven sudah tidak marah lagi. Benarkah?
"Dapet berapa neth? Lulus kan tapi?" tanyanya penasaran.
"Nggak tau lupa" sahutku berjalan terlebih dulu ke arah motornya.
Deven mengikuti dibelakangku "Neth... Aku serius" ucapnya lagi.
"Aku nggak bisa fokus tadi pas di dalam dev" jawabku kubuat bernada sedih.
"Why??" pekiknya menahan tanganku.
"Menurutmu aku bisa fokus mengerjakan soal kalo beberapa saat sebelumnya kamu marah ke aku kaya tadi? Maaf" pandanganku tertunduk.
"Neth... Kamu serius? Neth maaf neth, maaf udah bikin kamu nggak fokus" katanya memelukku.
Aku melepaskan pelukannya kemudian mengangguk pelan.
"Iya nggak apa. Ini buat kamu" aku menyerahkan sobekan kertas catatan skorku yang sudah tak berbentuk di genggamannya."Ini apa?" raut wajahnya bingung membuka bulatan kertas itu. Aku sengaja acuh dengan sibuk memakai helmku.
"Skor tiga ratus tujuh puluh enam" ejanya, kemudian wajahnya tersentak.
"Hah ini skor kamu neth? Sumpah? Demi apa?" pekiknya heboh sendiri. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Gilaaa... dasar wanita penipu" ucapnya kemudian tertawa menaiki motornya.
Sekarang kami sedang perjalanan pulang ke kos. Hari ini cukup melelahkan.
"Kamu semalem belajar sampe jam berapa sih neth?" tanyany menatapku dari spion.
"Jam 7 sampai jam 11. Tapi belajar buat tesnya baru mulai jam 9. Aku kan tadi ada ujian biokim jadi bagi waktu" Jelasku.
"Buuuuhh... Belajar 2 jam aja skornya 376 buk, pinter amat sih jadi sayang" godanya.
"Dev kamu tadi beneran cemburu nggak sih?" aku masih penasaran. Takutnya ini cuma kejahilannya yang kambuh saja. Bahasa kerennya anak sekarang menyebutnya "prank".
"Menurutmu? Aku kesel aja capek, pusing habis tes, panas kamu malah mesra-mesraan di depanku. Maaf ya tadi bentak-bentak. Tapi lain kali kamu juga tau situasi dong" ceramah deven.
"Hmmm... Aku seneng sih akhirnya kamu bisa cemburu. Tapi liat-liat kondisi juga dong udah tau aku mau tes malah dimarahin nggak jelas. Yaudah aku maaf juga" protesku lalu menyandarkan kepalaku di pundaknya.
Tapi terimakasih atas keajaibanmu hari ini tuhan...
Malam ini aku sedang asik menonton film di laptopku. Hitung-hitung memberi hadiah ke otak setelah minggu ini banyak ujian di kampus dan juga banyak tes.
Ddrrrrttt....Drrrrrtttt....
"Halo" sapaku tetap fokus pada film, tanpa melihat penelfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Teen Fiction"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...