(22) Protect

1.6K 124 34
                                    

Hari ini aku dan deven sepakat untuk mengunjungi william ke solo. Perjalanan jogja-solo mungkin membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan bermotor.

"Neth, kamu yang standby maps nya ya, jangan salah kasih arah" perintahnya.

"Iya, semoga ya" cengirku. Aku sedikit bermasalah dengan membaca arahan peta digital. Sebenarnya aku cukup ragu dengan perjalanan kali ini, kami benar-benar masih buta arah jogja dan sekitarnya. Setelah keluar dari daerah jogja, ku mulai intens mengamati maps di HP-ku.

"Dev, ini beneran rutenya ini?" tanyaku ragu.

"Laaah kan yang megang maps nya kamu neth, kok nanya aku? Kamu ngaco ya baca rutenya?" celotehnya.

"Aku bingung tadi itu hatusnya kita ke kanan apa kiri" keluhku kebingungan.

Deven menepikan motornya ke bahu jalan, dan mengamati maps yang kupegang dengan mengangguk-angguk kecil.

"Oh ini sisa lurus aja kok terus nanti kanan" jelasnya.

"Emang kamu udah pernah?" tanyaku.

"Dulu waktu SMP terakhir main di daerah solo ujung" jawabnya santai. Aku mencibirnya dan mencubit kecil pinggangnya. Bagaimana ia bisa sepercaya diri ini kalau sudah lebih dari 5th tidak kemari.

Payah....

"Dev, aku haus" keluhku.

"Iya, indomart depan kita beli minum ya" tanggapnya sabar.

Setelah sampai di minimarket aku segera berlari ke etalase minuman dingin mengambil beberapa minuman yang aku inginkan.

"Awas beli sembarangan nanti batuk malah" cegahnya. Aku hanya menanggapinya dengan cengiran tanpa dosaku. Setelah istirahat 15 menit kami lanjut perjalanan panas-panasan ini, menempuh aspal panas dengan sabar.

"Neth, jangan diem dong, kalo kamu diem aku jadi ngantuk" keluhnya.

"Aku capek dev ngomong terus dari awal berangkat" rengekku. Benar saja sejak tadi deven memintaku untuk terus bicara tentang apapun supaya ia tidak mengantuk.

"Batrenya udah abis nih?" ledeknya sambil mengeratkan lingkaran tanganku dipinggangnya.

"Apa deh masnya modus amat ya?" selorohku.

"Kangen sayang..." ucapnya.

Sungguh aku tidak paham jalan pikiran penghuni bumi ini, sejak pagi aku bersamanya, bahkan kami satu motor, bagaimana otak konsletnya bisa kangen?

"Kangen siapa ih? Aku memukul punggungnya pelan.

"Kangen kamu lah, siapa lagi" jawabnya.

"Dev..?"

"Iyaaa?"

"Kamu selingkuhin aku ya?" ucapku berusaha serius.

Deven kaget dengan ucapanku, ia mendelik ke arah spion, menatapku.

"Selingkuh apa?" kagetnya.

"Habisnya aku daritadi sama kamu, tapi kamu bilang kangen? Mungkin aslinya kamu kelepasan bilang kangen yang bukan buatku" aku beracting kesal.

"Hey, memang kalo sedang bersama tidak diperbolehkan kangen? Padahal aku kangen terus baik sedang atau tidak sedang denganmu" ia mengusap tanganku yang melingkar di pinggangnya.

Secara otomatis ujung bibirku tersenyum sangat bahagia jadi miliknya.

"Sini deketan cium dulu" godanya.

"Cium helm-mu belakang?" timpalku.

"Gitu juga boleh, kalo nggak malu" ia terkekeh. Aku memukul bahunya.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang