(24) the third

1.5K 115 42
                                    

Terkadang mundur juga bagian dari strategi perang....

Yaaa harusnya jalan itulah yang dipilih andrew setelah tau aku dan deven baik-baik saja. Tapi nyatanya ? Andrew masih sering mengirim chat yang bukan sesuatu yang urgent dan memberi perhatian lebih, walaupun aku tidak meresponnya. Seperti malam ini, tiba-tiba ia ada di depan kosku mengantar makanan.

"Ngapain sih ndrew kamu nyusahin dirimu sendiri, gue nggak suka ya lo kek gini. Lagian gue udah makan tadi sama deven" Omelku ke andrew.

"Nggak apa neth, di rumah habis ada acara, jadi sekalian bawa pas mau balik kos" Elaknya sambil menyerahkan kantung berisi sate.

"Yaudah ini gue terima, tapi ini terakhir ya. Pun ini banyak banget" ucapku mengalah.

"Oiya neth, kata deven kemarin kalian nyari cotton candy gak dapet? Ini tadi gue lewat ada yang jual" ucapnya memberi 2 bungkus besar cotton candy warna pink dan biru.

"Ya tuhan ndrew... Kenapa jadi lo yang beli sih" kesalku.

"Haha nggak apa neth. Yaudah neth aku balik ke kos dulu, habis ini ada janji kerja kelompok sama clinton" pamitnya.

"Ada sama deven juga gak?" aku menautkan alisku. Andrew hanya mengangguk, kemudian pergi dari halaman kosku.

Dimana otak anak itu, bisanya ia santai menemuiku padahal setelah ini ia akan bersama deven?
Ah ntahlah....

Malam ini aku fokus mengerjakan tugas-tugas kuliahku. Materi kulih organik memang cukup rumit dan butuh fokus lebih. Tak terasa kulirik jam dinding di kamarku sudah pukul 22.30 WIB.

Krrriiiinggg.... Krrriiiinggg....

Aku segera mengangkat telfonku melihat nama deven di layar.

"Halo dev?" sapaku.
"Belum tidur rupanya? Ngapain?" tanyanya.
"Ngerjain tugas banyak, kamu udah selesai kelompokannya?" tanyaku.
"Nah gitu rajin. Eh kok tau aku kelompokan emang aku tadi bilang?" sahutnya.

Mati aku kelepasan bilang, tentu saja deven bingung karena sejak tadi ia tidak mengabariku sedang kelompokan, bahkn ia tidak cerita saat tadi aku bersamanya.

"Ehmm... ta tadi kan andrew juga mampir sini kasih aku sate bilang mau ketemu kalian. Aku juga dikasih sate wleekk emang kamu aja" jawabku jujur sedikit meledek menutupi raguku.

"Haah? Sate apaan? Nggak ada aku nggak dapet sate" timpalnya.

Mati lagi aku ternyata andrew tidak membagi sate pada deven dan lainnya.

"Lah iya? Kirain dikasih juga" kataku pura-pura biasa.

"Kok aku merasa ada yang aneh ya, sayang do you hide secret from me ?" telaknya.

"ehmmm aku bingung" jawabku sekenanya.

"Neth, ada apa sebenarnya?" nadanya melembut.

"Aku nggak bisa cerita via telepon dev" suaraku bergetar karena takut deven akan marah.

"Oke kalo gitu kita bahas besok kita ketemu besok sore ya" ajaknya.

"Iya tapi sekarang kamu tenang dulu ya" aku menyetujuinya.

"Iya. Yaudah kamu tidur" singkatnya mematikan teleponnya.

Sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga.

Mungkin itu pribahasa yang tepat untukku yang selama ini menyembunyikan bagaimana perlakuan andrew dibelakang deven yang terang-terangan bahkan pernah menyatakan perasaan padaku. Sejujurnya aku sedikit lega karena tidak lagi menyembunyikan sesuatu dibelakang deven. Tapi tidak dipungkiri juga aku sangat takut. Takut deven marah padaku, takut deven dan andrew akan tengkar..

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang