(72) Our family story (End)

2.4K 151 240
                                    

The day

Sejak tadi malam aku sudah tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bukan karena suasana rumah yang ramai karena kedatangan sanak saudara dari Manado. Tapi hatiku serasa berdebar tak henti-henti memikirkan hari esok. Sampai-sampai saking berdebarnya aku merasakan mual yang hebat melanda. Seperti ingin memuntahkan isi perut, namun tak juga muntah.

"Neth, kok gak tidur besok acara kamu seharian lho nanti kecapekan kalo gak tidur malam ini" Mama mendekatiku yang gelisah di sofa kamar. Ntah sudah berapa banyak gaya aneh yang kulakukan demi meredam debar.

"Gak bisa tidur ma, mual" keluhku meminta teh yang ada di tangan mama.

"Mual kenapa kamu belum makan? Masuk angin itu" kata mama. Aku menggeleng sambil meneguk teh hangat buatannya.

"Bukan. Anneth deg-degan buat besok sampe mual" ucapku mengadu.

"Ya ampun neth mama kira kenapa, ada ada aja kamu mah. Masa mau jadi pengantin malah mual. Harusnya yang deg-degan mah yang laki ini malah kamu" seloroh mama menertawaiku.

"Ya anneth kan campur aduk gitu rasanya kaya masih gak percaya aja ma kalo besok anneth udah jadi istri orang. Tapi anneth juga seneng akhirnya setelah banyak masalah-masalah akhirnya badainya berlalu juga" kataku pada mama.

"Ya tapi masa sampai gak bisa tidur. Udah ayo tidur sama mama besok subuh kamu sudah harus make up lho" tutur mama menarikku menuju ranjang.

Memang tidak bisa diragukan lagi jika sudah dengan kelembutan tangan mama. Aku yang semula gelisah pada akhirnya menyerah dengan rasa nyaman tertidur di pelukannya.

* * *

"Mbak alisnya yang natural aja ya. Warna lipstick nya juga jangan terlalu merah. Calon suami saya ini gak suka kalau saya menor" kataku pada MUA yang mendadaniku.

"Iya kak , kita buat flawless aja make upnya. Dasarnya kakak sudah sangat cantik jadi dipoles dikit aja udah perfect" balasnya.

Satu jam setengah di depan cermin dengan sentuhan tangan MUA yang sampai membuatku mengantuk, akhirnya aku selesai dengan riasan sesuai yang aku mau.

"Ya tuhan anak siapa ini cantik banget. Ya ampun neth mama sampai susah kedip lho ini liat kamu" pujinya.

"Apa sih ma, semua nya juga cantik cantik kok. Orangnya udah dateng belum ma?" tanyaku. Aku sudah sampai di gedung tempat pernikahanku berlangsung. Ya subuh tadi aku sudah kemari untuk melakukan make up langsung di gedung, bukan di rumah.

"Sebentar mama tanyain" katanya.

"Mbak pengantin prianya sudah datang belum?" tanya mama.

"Loh kok belum sih harusnya sudah datang" keluh mama membuatku gelisah.

"Maaaa gimana ini kok belum dateng. Acara penting juga malah ngaret" aku merasa semakin gelisah.

"Sabar mungkin sudah di jalan neth, sabar nak" nasihat orang-orang di sekitarku.

Demi apapun rasa berdebar menuju akad ditambah kesabaran menunggu luar biasa menguji kekuatan batin. Rasanya mual, takut, resah ingin muntah campur aduk menjadi satu.

"Kak, kata papa disuruh keluar sekarang. Pengantinnya sudah datang" ucap Alvaro menjempuku di ruangan.

"Alhamdulillah ya Allah akhirnya" ucap semua orang di ruangan make up.

Aku berjalan pelan dengan memegang tangan mamaku perlahan-lahan. Model kebaya dan kain batik ini tidak bisa membuatku bebas melangkah. Aku memang memilih mengenakan model kebaya seperti ini untuk acara akad. Sedangkan gaun yang ku pesan dari butik Lauren baru akan ku pakai pada saat resepsi siang nanti.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang