(50) Pendakian

1.2K 113 55
                                    

Dua minggu....

Sejak selesainya hubunganku dengan deven, nyatanya aku masih belum bisa hidup secara normal. Kalau kata orang-orang sekitar wajar saja kisah kami lika-liku sampai 3 tahun lamanya, tidak mungkin dapat dilupakan sesingkat itu.

Tapi sampai dibatas ini saja aku merasa sedikit lagi menyerah. Rasanya justru mirip seorang atlet yang diporsir untuk memenangkan suatu pertandingan. Itu yang aku rasakan untuk berusaha keluar dari kesedihan ini, capek. Tidak kurang-kurangnya aku menuruti segala resep dari william, kak rifan, joa, bahkan sampai manusia sekonyol kak aan pun aku ikuti petuahnya. Sebenarnya hanya satu yang aku harap dari semua usahaku. Tepat seperti yang kak gazza sampaikan, menjadi ikhlas. Aku lelah seperti ini hidup tapi seperti tak hidup.

Belum lagi semenjak selesainya aku dan deven, justru ia menjadi kembali seperti deven semula. Deven kembali seperti bagaimana deven pacarku yang dulu, lembut, manis perhatian dan selalu ada. Kami kembali bersama ? Tidak, jawabannya tidak.
Namun justru deven sekarang sangat teliti bahkan mengingatkan hal-hal sepele dalam keseharianku. Aku juga bingung apa maunya pria satu itu? Melepasku namun seolah masih terus menggenggam.

Apa ini yang membuatku sangat kesulitan untuk ikhlas ?

Kalau begini ceritanya, bukankah deven menarikku hidup dalam ketidakpastian yng sangat semu ?

Aaarrrgh... Ntahlah kepalaku mau pecah memikirkannya.

Trrriiiing.... Trriiing....

Ku lirik ponselku yang tergeletak di nakas.

Baru saja aku gerutui, ternyata manusianya panjang umur.

"Halo kenapa dev?" kataku tanpa basa-basi.

"Kamu lagi dimana sekarang?" tanyanya.

"Kos. Kenapa?" sahutku seadanya.

"Besok jadi berangkat ?" tanyanya lagi.

"ehmm jadi kok, besok pagi dijemput mereka. Ada apa?" timpalku.

"Gak apa, yaudah kalau jadi hati-hati besok naiknya. Kalau kamu capek jalan langsung bilang sama kakak-kakak minta istirahat. Jangan lupa jaket sama obat-obat yang sekiranya perlu dibawa semua. Kamu udah packing belum?" ceramahnya panjang. Beginilah ia sekarang, lebih perhatian dari saat jadi pacar.

"Iya udah beres packing kok tadi. Iya besok kan ada kakak-kakak itu pasti jagain aku terus" jawabku

"Yaudah kalau gitu kamu istirahat sekarang biar besok lebih seger. Aku mau lanjut nugas makalah ini" perintahnya.

"Oh iya iya bentar lagi, semangat nugas" balasku.

"Iya udah ya, bye" pamitnya sebelum telepon berakhir.

Aku menarik dan menghembus nafasku dengan berat. Mau sampai kapan seperti ini terus dev?.

Baru aku meletakkan ponselku kembali dan merebahkan punggungku di ranjang empuk milikku.

Trriiingg.... Trriiingg...

"Kenapa lagi dev" sahutku mrnjawab panggilannya.

"Ini kak gazza neth" jawabnya.

"Eh kak maaf maaf anneth gak liat dulu tadi. Kenapa kak?" timpalku merasa tak enak sudah bernada malas seperti tadi.

"Nggak, cuma mau nanya kamu udah packing dari semua list dari kakak tadi? ada yang kamu gak ada?" tanyanya lembut.

"Oh iya kak , udah semua kok tadi tinggal sleeping bag aja yang tadi anneth nitip ke kak rifan" ucapku.

"Oh itu udah di aku SB nya. Yaudah kalo gitu lanjut kegiatannya maaf ganggu tadi" katanya justru membuat diriku yang merasa sungkan.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang