(44) Break is over

999 119 25
                                    

Empat pekan berjalan....

Harus kuakui deven memang sosok yang pintar dan mudah mengerti dalam belajar. Persis saat aku meminta jeda istirahat untuk hubungan kami sebulan yang lalu, sekarang deven sudah pandai memahamiku. Terkadang aku berpikir apa memang tipenya harus diancam terlebih dulu?.

Satu bulan ini deven sudah tidak lagi membuatku harus menunggu berhari-hari hanya sebatas untuk berkabar. Deven sudah bisa membagi waktu dan belajar bagaimana menyempatkan membuatku tenang diantara kesibukannya. Begitupun aku yang selama ini berusaha meredam ego dan belajar memahami tentang deven dengan sedikit waktunya. Aku bukan lagi anneth yang akan kacau menanti kabar darinya jika dia sehari atau dua hari tidak sempat menghubungiku. Aku rasa saat ini kami sudah cukup menemukan titik tengah yang nyaman untuk kami.

Sebagai janjiku padanya, jika suatu saat aku merasa deven sudah cukup paham mengenai apa yang seharusnya ia lakukan. Maka malam ini aku putuskan untuk memberinya kabar untuk menyudahi masa istirahat kami.

Tuuuutt.... Tuuuutt....

Kesempatan kali ini aku gagal mendapatkan jawabannya. Namun ada satu notifikasi masuk ke ponselku.

From: Deven❤
Satu jam lagi aku telpon kamu. Aku lg beli makan. Wait ❤

Ternyata deven tidak menyambut teleponku karena sedang ada di luar. Baiklah demi kabar bahagia, bersabarlah untuk 60 menit ke depan.

Waktu 60 menit yang diberikan kupakai untuk menyegarkan tubuhku, mandi. Aku tahu mandi setelah magrib tidak baik untuk kesehatan, namun akan lebih tidak baik kalau tidak mandi. Aku merebahkan tubuhku di kasur sambil menonton acara tv seadanya. Menunggu dua orang sekaligus membuatku sedikit gusar. Ya aku sedang menunggu deven dan kurir pesan antar martabak. Persetan mitos mengenai kegendutan dan angka timbangan...

Trriiiing....Trriiiing....

"Ya dev" sapaku ditelpon.

"Hai hai... Sorry tadi lagi nunggu makanan soalnya ini baru balik" jelasnya.

"Iya nggak apa , makan dimana?" basa-basiku.

"Beli bungkus takut kamu nunggu lama nanti. Kamu sudah makan?" tanyanya membuatku tersenyum.

"Udah tadi sama oryn, nyobain makan mie aceh" jawabku.

"Jangan keseringan makan mie nggak bagus itu. Kamu kan 2 hari lalu baru makan mie ayam juga. Jangan sembarangan kalau makan nanti kamu sakit" omelnya panjang. Deven memanglah orang yang sangat peduli tentang asupan nutrisi tubuhnya.

"Iya-iya bawel deh. Ini kamu sambil makan? selesaiin dulu makannya" pesanku.

"Kamu kalo nggak dibawelin bandelnya menjadi-jadi. Iyaa beli kwetiaw tadi" jawabnya.

"Astaga bambang ngomelin aku jangan makan mie kamu makan kwetiaw" timpalku protes. Deven terkekeh mendengar umpatanku.

"Aku mah belum tentu sebulan sekali makan mie. Nggak kaya kamu. Kamu tadi telpon ada yang urgent atau kangen aja" katanya.

"Bagiku kangen juga urgent" godaku, terdengar deven terbatuk-batuk di sana.

"Kenapa sih ? Pelan-pelan makannya" omelku.

"Eehmmm... Kesedak kangen tadi" candanya masih sedikit terbatuk.

"Kamu kalau aku lagi makan jangan asal rayu-rayu dong. Kasih aba-aba dulu kalo mau rayu biar aku siap" lanjutnya, aku terkekeh mendengarnya.

"Yaudah sekarang stop makan dulu aku mau ngomong penting dan ga ada reply" pintaku. Deven tidak menjawab , mungkin ia sedang menuruti perintahku.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang