Aku capek gimana caranya biar kalian tau, please...
Terhitung sudah 5 hari deven di rawat karena DBD. Dokter bilang trombositnya sudah naik, tapi masih dibawah standar minimal. Dengan demikian, terhitung 5 hari pula aku menjaganya, dan 3 hari bekerja extra. Bagaimana tidak, tugasku jadi bertambah tidak hanya kuliah di pagi hari , dan menjaga deven di siang hari, namun juga membantu tante risty siang dan malam hari. Membantunya membelikan makan yang beliau inginkan, membantunya mengantar ke tempat yang beliau ingin tuju, dan lainnya. Tugas menjaga dan merawat deven? Tentu saja masih menjadi tugasku, justru semakin melelahkan karena kak aan, kak rifan tidak bisa sering membantuku di RS, sungkan dengan orang tua deven katanya.
"Kamu di sini dari jam berapa neth?" kak rifan sedang membantuku mengganti baju deven.
"Jam dua tadi kak" jawabku sembari memasukkan infus ke lubang lengan baju dengan hati-hati. Sedangkan tante risty dan om andi sedang pulang ke kos deven untuk mengambil barang katanya.
"Kamu tadi udah makan belum dev sebelum aku kesini?" tanyaku.
"Belum neth, mama nggak mau beliin aku makanan dari luar, disuruh makan bubur rumah sakit" jelasnya.
"Terus nggak kamu makan?" timpalku.
"Udah nyoba tadi dapet dua suap aku muntah. Tapi mama tetap nggak mau beliin ke luar" tukas deven.
Ya seperti inilah kenyataan setiap harinya saat deven tidak suka menu rumah sakit, selalu aku yang menyempatkan untuk membelikannya makan. Tidak cukup sampai situ, aku juga yang menyuapinya. Bahkan tadi saat aku kemari, badan devenpun belum dilap dan beluum berganti baju sejak kemarin sore.
"Yaudah ayo makan dulu, aaaa..." aku menyuapkan nasi dan ayam goreng kremes kesukaannya, sengaja tadi aku menitip pada kak rifan.
"Mau pake sambelnya neth" katanya sambil mengunyah nasi di mulutnya.
"Nggak boleh kalo itu, udah pake ayam sama kremesnya aja" wajahnya langsung memelas karena tolakanku.
"Yaudah yaudah sendoknya aku kenain sambalnya dikit yaa" ucapku mengalah tidak tega. Deven menyetujui dengan anggukan cepat.
"Kamu kalo nggak ada anneth makannya gimana dep" celetuk kak aan.
"Susah kak kadangan satunya kan masih ada infusnya, sebelah lagi ngilu-ngilu banyak bekas tusukan pas cek trombosit" jawabnya. Aku dan kak aan hanya menggeleng-geleng kepala.
"Utututtututuuu kesian" aku menjawil dagunya.
"Kan mulai kan... Nanti aku keselek neth" kesalnya menahan tawa.
"Bucin udah makin makin jadi baby siter sekarang ya" ceplos kak aan.
Aku langsung melotot ke arah mereka yang tertawa.Tapi emang iya juga sih....
"Cepet sembuh makanya" kataku.
"Iyaa aku tau kamu capek banget. Makanya neth, kan aku bilang kalau kamu pas lagi capek banget kamu nggak usah kesini dulu. Istirahat di kos aja sayang" deven menggenggam lenganku.
"Mana aku tega dev buat nggak kesini. Aku tiap hari kesini aja sebelum aku kesini kamu seringnya belum makan, atau makan sendiri, belum dilap, belum ganti baju. Mana mungkin aku tega " jawabku sedikit tidak santai.
"Bukan karena aku capek, tapi aku nggak tega liat kamu lama-lama sakit gini, deven" ucapanku mulai lembut kembali. Deven tidak menjawab lagi, ia hanya senyum-senyum sambil mengusap-usap tanganku.
"Maap ya cin, gue,rifan, gazza jadi jarang nengok kesini. Kita sungkan sama mama papaanya depen" ceplos kak aan padaku.
"Iyaa kak aku paham kok. Aku juga kadang merasa sungkan, tapi kan kasian dia kalo terlantar. Takut dilalerin kalo gak dilap sampe malem" aku berusaha mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Roman pour Adolescents"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...