Pagi ini aku bangun sedikit kesiangan. Padahal aku ada jadwal ke kampus pagi ini. Aku langsung mencari contact joa untuk meminta berangkat ke kampus bersama.
"Jo, berangkat bareng ya" sapaku di telepon.
"Gue udah di kampus neth, tadi gue sama oryn. Bareng iden aja neth belum dateng nih dia" jawabnya panjang.
"Oke gue chat iden dulu, bye jo" tutupku. Kemudian beralih mencari kontak iden
To: Iden
Den dimana lo? Nebeng boleh?From: Iden
Oke otw kos loKuliahku di semester 3 sudah berjalan sejak 2 minggu lalu. Itu artinya sudah hampir satu bulan aku tidak bertemu dengan deven. Jogja tanpanya tentu saja hambar, walaupun kuakui sahabat-sahabatku sangat kooperatif membantuku tidak berlarut-larut menangisi LDR ini.
Sejauh ini hubunganku dengan deven masih sangat normal, wait memang belum jauh kan baru 3 mingguan. Tapi 3 minggu tanpanya bukan waktu yang sebentar. Tidak ada lagi relawan yang suka menjemputku di kampus hanya sekadar untuk mengajak makan. Tidak ada lagi deven yang sering membuatku mood swing karena ngaret. Tidak lagi deven manusia terlurus namun konyol. Sekarang hanya ada Joa, Friden, Hana, Ucha, Oryn, Kak aan, Kak gazza, Kak rifan dan clinton. Manusia-manusia itulah yang rutin bergiliran mengisi jenuhku. Ntahlah mungkin mereka sekongkol membuat jadwal menemaniku.
Seperti pesan deven, sepeninggalnya tidak ada nama andrew dalam daftar orang yang boleh ku temui. Deven sekarang berubah menjadi sosok posesif dan tidak percayaan padaku. Maklumi saja korban LDR baru memang sering lebay...
"Neth, gue di chat deven nih nanyain lho dimana" kata ucha memperlihatkan HP nya.
"Jawab aja cha, HP gue mati nih soalnya" jawabku masih fokus pada dosen.
"Okedeh. Dasar pasangan posesif" cibirnya. Aku hanya tertawa pelan.
"Kamu belum ngerasain aja cha" batinku.
Sampai saat ini deven masih menepati janjinya rajin memberi kabar sesempatnya dia. Aku paham kegiatan mahasiswa baru tentu sangat padat. Akupun memaklumi kalau terkadang ia baru bisa menghubungiku di malam hari. LDR adalah dimana handphone adalah pengganti posisi pacarmu dan mengubahmu menjadi generasi menunduk.
"Hai dev" sapaku memulai video call dengannya.
"Hai sayang, tumben di kos" jawabnya menampakkan senyum tampan khasnya.
"Enak aja emang aku di kos teruslah. Kan nggak ada kamu nggak ada yang ngajak main" timpalku.
"Ah nggak yakin kalo nggak ada" jawanya menyeringai.
"Mulai deh mulai... Ya adapun juga kalo sekarang aku di kos berarti aku tolak. Kamu udah makan?" tanyaku memandangi wajahnya lekat.
"Udah tadi. Gimana kampus lancar?"
"Lancar" kataku
"Hati ? Aman? Lancar ?" tanyanya.
"Enggak" jawabku kesal.
"Hei... Kenapa sih?" tanyanya lembut.
"Kangen lah pake tanya lagi" kesalku. Ia tampak tertawa di sana.
"Ututututuuu sanalah kamu matiin aja video call-nya" katanya. Aku mengernyit menampakkan ekspresi cengo di layar.
"Kok suruh dimatiin?" tanyaku.
"Aku kesel sendiri lagi over kangen tapi gaib gini" jawabnya. Kali ini aku yang tertawa.
"Dev..." panggilku.
![](https://img.wattpad.com/cover/173348184-288-k329196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Teen Fiction"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...