(25) Willy ❤

1.5K 125 27
                                    

Ya tuhan cobaan apa dapet pacar pinter tapi nggak bisa mikir...

Sepanjang aku berjalan cepat puluhan umpatan sudah kukeluarkan dari sarangnya. Mengabsen nama-nama binatang pun sudah kulakukan. Saking gedegnya sama selia. Sama deven lebih lagi.

Wait.. Wait... Handphone-ku berdering.
"Deven nih pasti kelabakan kan lo nyariin gue" batinku.

"Hallo" sapaku ngegass tanpa rem.
"Buset pelan aja buk... Lo dimana neth, temenin gue makan sih" kata seorang di sana. Aku melirik nama di layar "Uchaantik".
"Ayo. Jemput gue di deket atm center ya cha" pintaku.
"Shiyaapp meluncur" katanya.

"Sialan juga si deven belom nyariin gue" umpatku.

Tidak berapa lama kemudian ucha datang menjemputku untuk menemaninya makan.
"Eh neth, lo ngapain dah tadi ngejogrok di atm-an" selorohnya.

"Menurut lo kalo di atm itu ngapain nying" selorohku tapi berbohong.

"Anjirrr ni bocah ngegass mulu dah, neth mikir dong makan apa nih" katanya. Kebiasaan si cadel ini selalu buntu mikir mau makan apa.

"Lah lo yang mau makan, gue kan nemenin lo doang mblo" jawabku.

"Yaelah neth bingung aing mau makan apa, makanya tadi ngajak lo biar ada otak yang mikir gitu lho" timpalnya tanpa dosa. Aku memukul helm nya berkali-kali karena kesal.

"Sakit anjuuu" teriaknya.
"Biar otak lo fungsi dikit" kesalku.

Setelah paduan otak rusak kami bersatu akhirnya kami mendapat ide untuk makan bakso malang. Aku selalu senang ketika sedang ada masalah kemudian ucha mengajakku jalan. Walaupun sekedar cari makan, atau kadang motor-motoran tanpa tujuan dan walaupun ucha tidak tau kalau aku sedang bermasalah.

Menurutku, menurut ucha dan berdasarkan kata orang-orang, aku dan ucha seperti cerminan. Gaya bicara, sifat, selera humor, bahkan selera lakipun kami satu frekuensi. Kadar pecicilan kami juga setaraf, bedanya ucha 1 tingkat lebih lola dariku dan ucha jomblo.

Sorry ya cha....

"Neth, lo sama deven dari kapan sih pacaran?" tanyanya sambil meniup kuah bakso.

"Awal kelas 3 SMA cha, kenape?" cuekku.

"Kok bisa ya sama-sama betah gitu. Padahal sorry to say nih menurut gue lo sama dia pribadinya bener-bener beda gitu lho. Lo yang humble, ceplas-ceplos, lawak pokoknya lo kan extrovert gitu khan. Nah si deven kaya lempeng, kalem, lurus gitu?" cerocosnya.

Aku mengangguk menyetujui apa yang ucha pikirkan, aku dan deven memang bertolak belakang.

"Yap... Makanya dulu gue pas SMA haters nya banyak. Gara-gara jadian sama deven, dimusuhin dong gue sama cewek-cewek" kekehku.

"Mau-mau an aja si depen. Tapi lo juga pasti extra ngajarin deven ya neth selama ini. Soalnya tampang-tampang kek deven paling baru sekali pacaran?" sambungnya.

"Ya gitu lah cha. Jadi kalo misal ni gue marah ni, gue harus bilang gue marah karena apa, salah dia dimana , dia harus gimana. Kalo nggak , mana ngerti dia mah" bawelku. Ucha pun tertawa mendengar jawabanku.

Selesai makan dan jajan sebentar dengan ucha, aku pulang ke kos, sekarang sudah jam 14.00 waktu jogja. Dan kalian tahu deven belum mencari atau menghubungiku.

Mampus ae lo dev...!! Kesalku.

Baru aku merebahkan badanku di kasur, sambil memainkan ponselku. Kulihat ada notif chat masuk dari deven.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang