Trriiiingg.... Trriiiingg....
Aku menggeliatkan tubuhku di balik selimut tebal yang masih membuatku nyaman.
"Halo..." sapaku asal tanpa melirik nama peneleponnya.
"Astaga anneth lo belum bangun ? Lo jadi kan nemenin gue nyari kado buat gabby ?" lengkingan suara tinggi yang sangat ku kenali pemiliknya, Joa.
"Hmmm masih nanti kan jo, sepagi ini semua toko di mall juga belum buka kan" jawabku bermalas-malasan.
"Ya tapi lo siap-siap dari sekarang kali neth. Kita nanti mau sarapan dulu juga" pesannya.
"Iya iya, nanti berangkat pake apa ? Motor gue di deven dibawa ke kos madam dari semalem" kataku.
"Pake taksi aja nanti kita. Yaudah gue mau siap-siap. Nanti lo dijemput ucha terus ke kos gue dulu. Lo siap-siap sana" cerocosnya ramai.
"Iya iya yaudah bye gue mau mandi" ucapku menutup teleponnya.
Hari ini sesuai permintaan Ratu Joa, aku dan ucha diminta menemaninya mencari kado untuk gabby, adiknya. Aku segera beranjak dari tidurku dan terduduk di tepian ranjangku.
"Tuhan , terimakasih telah memberiku hidup dan segala kebahagiaan padaku selama ini. Tepat hari ini usiaku 20 tahun , aku mohon teruslah berkahi hidupku kedepannya. Kuatlah hati dan imanku, mampukanlah aku menjalani segala bentuk ujianmu. Amin.." aku mengusapkan tangan di wajahku setelah berdoa di hari ulang tahunku.
Baru aku menyambar handuk akan beranjak ke kamar mandi sesuai titah dari joa. Ponselku kembali berdering menampilkan nama "Mama" di layar.
"Pagi maaa" sapaku sumringah.
"Pagi anak mama.. Happy birthday ya sayang. Semoga kamu sehat terus, lancar kuliahnya. Nak, jangan sedih terus-terusan, mama tau kamu sangat menyayangi deven, mama yakin devenpun demikian. Tapi, inget bukan cuma deven yang sayang sama kamu, ada mama, papa, dan lainnya. Pesan mama, anneth boleh sedih dan kecewa, tapi jangan sampai karena kecewa dengan satu orang lantas membuat anneth akan mengecewakan banyak orang. Kalau kamu terus terpuruk kamu bikin mama dan papa sedih nak.." Ucap mamaku panjang lebar.
Ya, aku sudah menceritakan pada mama bahwa hubunganku dengan deven telah selesai. Namun, aku sama sekali tidak menyeret tentang tante risty yang tidak menyukaiku. Apalagi mengenai tante risty yang tidak senang karena kesederhanaan keluargaku. Biar bagaimanapun mama sangat menyayangi deven layaknya anak kandung. Aku tidak mau mama merasa sakit yang lebih oleh seorang yang disayangnya. Maka dari itu, aku mengatakan bahwa putusnya aku dan deven adalah karena kami tidak sanggup menjalani hubungan jarak jauh.
"Iya ma, anneth udah gak seterpuruk waktu awal. Mama gak usah khawatir" jawabku tak sepenuhnya jujur.
"Deven gak ngucapin nak?" tanya mama lagi.
"Deven malah lagi ada di Jogja ma, baru sampai hari jumat itu. Kemarin seharian anneth juga sama dia. Tapi hari ini belum ketemu, deven nanti mau pergi sama teman jurusannya dulu. Anneth juga mau pergi sama Joa ucha" jelasku.
"Waaah anak mama kesana... Ya ampun nanti salamin ya nak sama deven. Bilang mama kangen. Nak, walaupun deven sudah bukan pacar kamu, tapi deven tetap mama anggap anak mama" ucapnya terdengar bahagia.
"Iyaa mama, nanti anneth sampein ke deven. Yaudah ya ma anneth mau mandi dulu mau pergi sarapan. Makasih ya ma doa dan ucapannya, bye mama love you" tuturku.
"Love you too sayang, bye" kata mama mengakhiri panggilannya.
Aku menghembus nafas lega, ada ketenangan tersendiri tiap kali aku selesai berbicara dengan mama. Seakan kekuatannya mengalur menyalur kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Teen Fiction"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...