(61) smart idea

1.1K 124 83
                                    

Pukul delapan pagi...

Aku baru berusaha mengerjapkan mataku yang terasa sangat lengket, serasa ada lem tikus yang merekat kuat sehingga sulit dibuka.

"Pagi anak gadis tante deby yang hobi tidur" sapaan kak gazza sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Pagi kak" jawabku bermalas-malas.

"Bangun buruan mandi sana ganti pake kaos aku terus kita sarapan. Kamu mau sekalian pulang nanti?" suruhnya yang sudah wangi.

Aku menggeliatkan tubuhku ke kanan ke kiri meregangkan otot-ototku.
"Mau kemana sih jam segini udah rapi?" tanyaku geran melihatnya berkemeja dan celana panjang.

"Mau ke kampus dong, mau urus berkas sidang skripsi. Tapi nanti kita sarapan dulu" jawabnya terdengar semangat empat lima.

"Kak aan hari ini jadwal jaga gak kak?" pertanyaanku sangat tidak singkron dengan topik pagi ini.

"Kak aan free hari ini jadwalnya ngebo dia mah. Kenapa memangnya?" sahutny menyisir rambutnya di depan kaca.

"Aku nanti ikut kamu ke kampus ya" aku berjalan mendekatinya. Kak gazza langsung menoleh melihatku.

"Jangan sayang, aku takut kamu ketemu si brengsek lagi. Kan nanti aku urus-urus berkas di ruang fakultas , jadi kamu gak bisa ikut masuk. Aku malah khawatir kamu nunggu di luar sendirian" tuturnya halus membuatku sedikit masam. Aku masih ingin disini merasa aman dan tentu akan merasa ramai karena ada kak aan.

"Nanti anneth ajak kak aan deh, jadi nanti nungguinnya sama kak aan. Ya ya ya ?" rayuku menggoyang-goyangkan tangannya.

"Memangnya kamu mau ngapain sih sayang?" ia meletakkan telapak tangannya di puncak kepalaku.

"Ya aku pengen ikut kamu aja" jawabku jujur justru membuatnya tersenyum geli.

"Gini aja , kita sarapan terus nanti kamu ikut pulang kesini sama aan, nanti aku percepat urus berkasnya biar langsung pulang terus sama kamu lagi, okey?" tawarnya berusaha meluluhkanku untuk tidak ikut dengannya. Sengaja aku tidak menjawab dan menampakkan raut sendu di hadapannya.

"Bahaya sayang, kamu memangnya gak takut ? Aku juga takut lihat kamu sakit kaya tadi malam." ia mengusap pipiku.

"Aaaw..." ringisku sakit saat tangannya menyentuh bekas cengkraman si bejat di pipiku.

"Yatuhan sampe memar gini sayang?" ia mendekat menatap pipiku dengan seksama.

"Bener-bener keterlaluan si Juno, ini gak bisa didiemin lagi" geramnya dengan tangan mengepal.

"Kak, jangan pake kekerasan please. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa" kataku serius.

"Tapi pipi kamu sampe memar gini neth, pasti sakit banget kan? Kita ke apotek nanti ini harus dikasih obat biar gak memar lagi. Kamu sekarang mandi ya" ucapnya panik.

"Kak aku mau kakak cerita masalah kakak sama juno juno itu, kenapa dia sampai dendam sama kakak bahkan membalas lewat anneth" pintaku menatapnya memohon.

"Aku ceritain nanti, setelah kamu mandi, kita sarapan, dan aku pulang dari urus berkas. Tapi kamu gak boleh ikut ke kampus, bukan apa-apa aku bener-bener takut kamu kenapa-kenapa neth, paham ?" tutur lembutnya selalu memenangkan perdebatan denganku.

"Yaudah iya tapi nanti janji cerita" tukasku mengakui kekalahan.

"Iya nanti cerita. Sekarang cepetan mandi, nanti aku telat ke kampusnya" suruhnya.

Tiga puluh menit adalah waktu yang cukup untukku bersiap mulai dari mandi sampai berdandan sederhana.
Aku pergi sarapan hanya dengan kak gazza, karena manusia nokturnal seperti kak aan tentu tidak bisa bangun pagi. Selesai sarapan kak gazza kembali mengantarku ke kosnya, memintaku menunggunya pulang, tentu saja dengan segala kebebasan membolehkanku kemana saja asal tidak ke kampusnya dan tidak sendirian. Aku kembali ke kos kak gazza dengan dua tenteng  makanan, satu berisi sarapan untuk bucin nokturnal musuhku dan satu lagi berisi cemilan milikku. Aku memilih menunggu kak aan bangun di kamar kak gazza, menonton film sembari mengunyah.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang