(38) over-thinking

1.2K 104 61
                                    

Tri semester pertama menghadapi kenyataan hubungan jarak jauh dengan deven, cukup membuatku engap-engapan juga rupanya. Menahan rindu tidak semudah menemukan tukang martabak dipinggir jalan.

Dua hari ini sebenarnya aku sangat menunggu-nunggu kabar dari deven. Setidaknya ada chat masuk darinya aja aku bakal stop gelisah kaya gini kok. Aku tahu hari-H acara yang dipimpin deven semakin dekat, mungkin juga sedekat ia dengan Ashylla. Ashylla Anastasya , aku mengetahui nama itu dari coment salah satu teman deven di organisasi itu. Tapi ternyata bukan hanya satu, banyak teman-temannya yang lain menggoda-godai deven dengan ashylla. Memang tidak ada balasan mengiyakan dari deven, tapi juga tidak ada sanggahan yang dilontarkan. Siapa ashylla ? Ntahlah kepalaku penuh memikirkan dua manusia itu. Pikiranku muak nama deven dan ashylla tak henti-hentinya menekanku.

Aku sudah mencoba menghubungi deven sejak kemarin lusa, kemarin, untuk hari ini memang belum. Aku sengaja tidak langsung menanyakan tentang ashylla. Aku hanya menanyakan kesehariannya seperti biasa tapi beberapa pesan sudah dibaca, sisanya belum, namun tidak juga ada balasan darinya.

Kenapa tidak langsung menanyakan siapa ashylla ?
Hey, kalian yang benar saja , aku memang tertekan memikirkan nama itu. Tapi aku tidak mau membuat deven menjadi emosi, bisa-bisa semakin tidak menghubungiku nantinya.

"Ashylla Anastasya, ashylla" aku terus merapal nama itu. Aku tidak bisa melihatnya secara jelas, ia mengunci instagram miliknya. Aku hanya bisa mengetahuinya sekilas dari foto profilnya, cantik. Ulangi, sangat cantik.

Aku sudah tidak kuat menampung pikiran-pikiran serta asumsiku yang memenuhi otakku saat ini. Rasanya kepalaku mau meledak dibuatnya. Aku memilih untuk mencari angin segar , setidaknya memberi asupan oksigen ke otakku sebentar. Aku memilih menghubungi kak rifan dan kak aan untuk ku ajak bertemu.

Tapi sayang manusia kesayangan kalian , Kak aan tidak bisa ikut bersamaku. Ia sedang menjalankan tugas negaranya, apalagi kalau bukan jaga warnet. Untung saja masih ada kak rifan yang berinisiatif mengajak kak gazza untuk menemuiku.

"Hai kak" sapaku saat tiba di meja cafe tempat kami berjanji.

"Hoi bucin lama gak ketemu, makin surem ae muka ditekuk gitu" ejek kak gazza. Jika biasanya aku akan seketika buas memukulnya , kali ini aku hanya tersenyum tipis.

"Udah pesen belum neth? Kakak pesenin ya , kamu mau apa?" tanya kak rifan.

"Milkshake greentea topping nya keju, sama carbonara 1 kak" pesanku.
Kak rifan langsung memesannya setelah mendengar orderanku.

"Jadi kamu apa kabar nih? Kuliah gimana, lancar kan?" tanya kak gazza membuka obrolan.

"Ya so far so good lah kak, masih aman kok. Lama ya gak ketemu kakak-kakak jadi kangen" jawabku menghangat. Aku tidak berbohong aku merindukan mereka, mungkin lebih tepatnya rindu dibuat tertawa.

"Syukurlah kalo gitu, pelan-pelan neth awalnya emang kerasa berat kamu yang biasa apa-apa sama deven, tapi sekarang harus sendiri" tutur kak gazza menguatkanku. Aku mengangguk mengiyakannya.

"Jadi kalian kenapa, coba cerita ke kakak kalian ada masalah apa ?" tanya kak rifan lembut. Seketika senyumku mulai hambar dan pudar. Aku tidak menjawabnya langsung, tapi sedang kubukakan instagram milik deven yang banyak berisi tag dan mention nama ashylla.

"Ini kak" kataku menyerahkan ponselku. Tampak seketika perubahan pada mimik muka kak gazza, tapi kak rifan terlihat tenang.

"Kamu udah tanya deven?" tanya kak rifan. Aku menggeleng lesu.

"sejak dua hari lalu deven nggak ada hubungin aku kak, ini hari ke-3. Deven emang lagi ada persiapan acara organisasinya gitu" jawabku jujur.

"Kamu nggak coba telepon deven?" timpal kak gazza. Aku menggelengkan kepala lagi.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang