(47) I'm done

1.1K 129 80
                                    

Siapa sebenarnya diantara kita yang telah menyerah terlebih dulu, Aku atau kamu ?
_______________________________

Malam itu saat aku melihat deven sedang fokus menonton video hasil kerja lelahku selama 2 minggu, rasanya dadaku seperti dihantam berkali-kali. Pikiranku seperti merasakan sakit yang teramat sangat mengingat bagaimana aku mempertahankan kami selama ini.

Tidak ada artinya kah kita selama hampir 3 tahun ini ?

Tidakkah deven memaknai bagaimana sulitnya masa kemarin yang ia jalani bersamaku ?

Tidakkah ia masih rasakan bagaimana rasa sakit saat saling melihat satu diantara kami sedang terkulai lemah ?

Tidakkah deven masih merasakan lelahnya menyusuri jalanan Jogja bersamaku untuk cita-cita yang sekarang ia sudah dapatkan dan jalani ?

Sungguh, demi apapun bahkan tidak ada sedikitpun kenangan masa sulit maupun indah dengannya yang tidak kuingat dengan jelas. Itulah mengapa air mataku sulit sekali aku tahan saat ini...

"Neth..." panggilnya saat melihatku menggigil dalam tangis.

Aku mendongakkan kepalaku perlahan berusaha menyuarakan apa yang menjadi pertanyaan berat di otakku.

"Dev, tolong jujur kita kenapa dev?" serakku memulai pembicaraan.

"Kita kenapa apa neth? Kita nggak ada apa-apa ?" jawabnya, yang aku tau itu penuh palsu.

"Jujur dev, kamu atau aku yang sudah menyerah dalam hubungan ini?" senyumku masam.

Deven terdiam lama dalam tunduknya.

"Maaf neth" ucapnya lirih. Matanya sudah merah berkaca.

Bibirku bergetar mendengar ucapan maaf dalam sedihnya.

"Kenapa ? Apa sebabnya ? Aku ada salah denganmu ? Cemburuku? Atau apa bilang dev" tanyaku tak kalah sendu.

Deven hanya menggeleng-gelengkan kepalanya terus menatapku dengan mata yang hampir menurunkan hujan.

"Kalau aku gak salah kenapa kamu hukum dengan jauhin aku dev? Kenapa bahkan saat aku berusaha memperpendek jarak dan memperbaiki ini semua, kenapa kamu masih terus menjauh ?" Aku menarik nafas berat mengusahakan tenang.

"Neth, aku rasa kita cukup, maaf neth maaf. Aku tau ini menyakitimu, tapi kedepan aku akan jauh lebih membuatmu sakit kalau kita teruskan. Maaf neth" Ia menggenggam tanganku bersamaan dengan jatuhnya air mata dari kami.

"Tuhan dadaku sesak sekali, apakah kau sedang mencabut nyawaku" batinku menangis.

"Kamu sudah mencipta sakit sejak kamu perlahan menjauh dari hubungan kita dev. Tapi kenapa justru racun untuk mati yang kamu kasih ke hubungan kita, kenapa bukan obat penawar?" ucapku lemah sangat lemas.

"Aku gak bisa nyakitin kamu  dan hubungan kita terus-terusan di selanjutnya neth, Tolong" ucapnya memohon.

"Lalu karena itu kamu memilih untuk mematikannya ? Aku susah payah terseok-seok menjaganya tetap hidup selama ini dev. Apa bagimu pengorbananku untukmu selama ini tidak ada maknanya ?" aku mulai marah.

Deven hanya terus merapalkan kata maaf dengan air mata yang terus turun.

Lima menit sudah kami lalui dengan saling diam dan menatap. Menelisik masuk melihat luka satu sama lain.

"Dev..." panggilku menyerahkan ponselnya yang tepat membuka pesan dari tante risty.

Deven tertunduk sendu mengetahui aku sudah mengerti alasan ia menjauhiku selama ini. Tubuhnya bergetar karena tangisnya yang tertahan supaya tidak pecah.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang