(14) Aku mengerti

1.7K 122 6
                                    

Tryout jilid 4 akan dimulai hari senin. Ini adalah percobaan terakhir sebelum benar-benar ujian negara itu dilangsungkan. Selama ini hasil tryout ku selalu lulus dan meningkat. Tapi nyatanya break yang aku ciptakan tidak berjalan mulus. Selama break deven berubah drastis. Deven seperti hidup tanpa darah ditubuhnya, lesu, kacau dan memprihatinkan.

"Neth kamu dipanggil Bu eka sama Bu dina sekarang". Panggil alde anak XII IPA 5.

Aku mengangguk ke alde.
"Ngapain gue dipanggil sama bu dina bu eka?" batinku masih bingung. Pasalnya mereka tidak lagi mengajarku di kelas XII ini.

"Permisi bu, maaf ibu memanggil saya?" sapaku pada beliau berdua sesampainya di kantor.

"Anneth ada apa ? Ada masalah?" Bu dina mengawali pembicaraan. Aku semakin bingung dengan maksudnya, sejauh ini aku tidak berulah apapun.

"Tidak ada bu. Maaf saya salah apa ya bu?" tanyaku polos.

"Anneth sudah lihat hasil tryout-3 ?" tanya Bu dina.

"Ehhmm sudah bu, saya lulus kok bu nilai juga naik daripada TO-2". Jelasku masih kebingungan.

"Anneth tau ada yang tidak lulus?" Bu eka menambahkan kebingunganku.

"Tau bu, banyak teman-teman yang belum lulus". Memang selama TO-1 sampai TO-3 banyak siswa yang tidak lulus, termasuk lifia, sharon, tanto, gogo dan lainnya.

"Anneth, apa anneth tidak kasihan sama deven?" Bu eka menarikku untuk duduk di kursi sebelahnya. Aku masih belum bisa menangkap arah pembicaraan guru-guru ini. Setauku guru-guru tidak tahu aku dan deven pacaran, apalagi perihal break 3minggu lalu.

"Anneth ibu tau kamu sama deven ada hubungan dekat. Yang ibu tidak tau ada masalah apa dengan kalian. Kenapa deven sampai tidak lulus tryout-3 kemarin?".

Aku sontak kaget mendengarnya. "Deven tidak lulus TO-3? Apa ini ada hubungannya dengan keputusanku untuk break? Apa seberat itu, sampai ia tidak fokus lagi untuk belajar. Tapi aku tau deven tanpa belajarpun dia pasti bisa menjawab soal TO. Tapi kenapa dia bisa tidak lulus?" Batinku.

"Anneth kaget ya? Ibu juga neth waktu baca hasil TO kalian. Ibu sangat tau kemampuan deven. Ibu berdua langsung paham pasti deven ada masalah yang cukup besar. Ini memang baru tryout anneth, tapi ibu khawatir kalau deven masih terus seperti ini sampai UN." Jelas bu dina kepadaku.

Aku hanya mengangguk, lidahku kaku untuk menjawab. Antara merasa bersalah dan benci kenapa deven sampai se-lemah itu, itulah yang ada dipikiranku sekarang.

"Anneth, ibu boleh minta tolong? Kalau kalian ada masalah tolong diselesaikan sebaik mungkin ya nak" Bu dina mengelus kepalaku.

Aku permisi menuju kelas kembali, sepanjang koridor otakku memikirkan ada apa dengan deven?. Aku mengingat-ingat keadaan deven waktu TO-3.

*flashback on*
"Neth, deven kenapa ? sakit?". Tanya lifia menghampiriku. Meja ujian lifia berada di depan deven jadi ia melihat deven lesu.

"Nggak tau emang kenapa lif?" pandanganku mengarah ke deven.
Tepat saat itu deven menoleh ke arahku karena tau aku baru datang. Mata kami saling bertemu, namun aku hanya melempar senyum tanpa menyapa. Devenpun mengangguk dan tersenyum.

Selama tryout, aku sesekali menoleh ke belakang saat lifia menanyakan jawaban padaku. Aku sering melihat mata deven menatap ke arahku dengan tatapan sendu dan nyaris kosong. Tapi aku tidak pernah mengira deven akan separah ini.

*flashback off*
..............................
Aku memasuki ruang kelas dengan pura-pura biasa. Kembali menghampiri rombongan sharon dan lainnya.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang