Menjalani kehidupan rumah tangga bersama Anneth dan Gazza sejauh ini semua berjalan harmonis. Hanya saja memasuki masa kehamilan yang semakin membesar sifat dan sikap anneth cukup mengalami perubahan. Seperti perdebatan yang sedang terjadi, saat anneth sangat menginginkan sop buntut yang tempatnya lumayan jauh dan ingin makan bersama deven dan anna.
"Sayang itu kan jauh belum lagi tempatnya ramai. Kita beli sop buntut yang deket sini aja ya" Gazza masih berusaha membujuk istrinya.
"Tapi anneth maunya sop buntut yang itu ya allah kak. Anneth pengen makan bareng deven sama anna" jawab anneth masih kekeuh dengan inginnya. Gazza masih berusaha bersabar menangani istrinya yang sedang hamil besar ini.
"Kenapa sih kak gak mau nganter istrinya cuma buat makan lho. Kalo urusan meeting aja keluar kota ninggalin istrinya yang lagi hamil juga tetep berangkat" protes anneth sudah bersungur-sungut.
"Bukan gitu sayang, tapi kamu tau kan jalanan ke sana itu macet. Aku gak mau bikin kamu pegel di mobil. Belum antre banget di tempat makannya" Gazza mengelus kepala istrinya dengan sabar. Anneth masih diam menunggu Gazza menuruti maunya.
"Yaudah yaudah aku beliin sop buntutnya tapi kamu gak usah ikut ya. Lagian kan udah telepon anna , mereka lagi kondangan. Ya mau ya?" laki-laki itu kuar biasa sabar dan halus berbicara pada anneth.
"Anneth ikut" rengek anneth tak kunjung luluh.
"Ribet neth, kalau kamu ikut perut kamu udah sebesar itu lho nanti kalo desak-desakan ngantre sop buntut malah kenapa-kenapa" jelas Gazza. Tapi memang dasarnya sikap anneth yang berubah karena bawaan hamil. Jika dulu anneth akan mudah luluh dan menuruti apa yang gazza ucapkan, sekarang ia berubah sangat ulet dengan maunya.
Perasaan Gazza menjadi tak enak saat tau istrinya menatapnya dengan tatapan sendu. Anak yang dikandungnya memang membut anneth 10 kali lipat lebih melankolis.
"Sejak kapan aku dan anakmu kamu anggep ribet seperti ini kak?" ucap anneth sudah dengan mata yang berkaca-kaca. Kalau sudah begini akan panjang urusannya.
"Bukan begitu sayang, aku cuma khawatir sama kamu dan kehamilanmu" Gazza semakin melembut dan meraih tangan istrinya.
Plak...
Dengan cepat tangan anneth menepis tangan suaminya dan beranjak menuju kamarnya."Sayang..." panggil gazza melihat istrinya sudah menangis.
Tok... Tok... Tok...
"Sayang buka pintunya, aku gak ada maksud bilang gitu sayang" ujar gazza di depan pintu kamar yang sudah dikunci anneth.
"Anneth ... Buka pintunya dulu" bujuknya tak kunjung mendapat sahutan.
Bukan sekali dua kali gazza menghadapi sikap anneth seperti ini. Ia selalu mampu menahan diri dan selalu bersabar menyikapi perubahan sikap istrinya yang demikian. Tak jua mendapati sagutan dari anneth, gazza beralih mengambil ponselnya di sofa.
Tuuuut.. Tuuut....
"Halo kak" sahut perempuan di sana.
"Say, lo bisa ke rumah gue sekarang ? Tolong urgent banget, anneth" kata gazza tersengal di telepon.
"Anneth... Anneth kenapa kak?" tanya anna panik membuat suaminya yang sedang menyetir juga turut terkejut.
"Halo kak , ada apa anneth kenapa?" sahut deven merebut ponsel istrinya.
"Anneth marah, nangis pengen makan sop buntut Mantep Rasa sama lo sama anna. Tapi gue larang lo tau sendiri macetnya jalanan malem minggu gini. Belum antrean di sana juga. Udah bujuk-bujuk buat beli yang deket aja malah nangis ngunci kamar sekarang" jelas Gazza mengenai tingkah istrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarin Lusa
Ficção Adolescente"Semua memang akan ada masanya". Ya seperti itulah yang biasa orang-orang ucapkan. Aku hanya bisa menarik satu sudut bibirku dengan sedikit menyipitkan mata dan nafas yang dalam ketik mendengarnya. "Berhenti bukan artinya pergi Sakit bukan berarti h...