(36) whitout you

1K 109 40
                                    

Beberapa saat yang lalu aku baru sampai di Jogja. Saat ini aku sedang perjalanan menuju kos ku kembali. Aku menghembus nafas kasar, bahkan sekadar jalanan Jogja saja menanti untuk dirindukan.

Wait.. Tunggu sebentar...

Ini tidak apa kan kalau aku membajak cerita dari Anneth, kalian tidak keberatan bukan kalau saat ini aku yang bersuara ?

Ya, ini aku deven, bukan anneth. Aku baru saja landing di Jogja pukul 15.00 sore tadi. Aku sengaja ke Jogja dulu sebelum ke Bandung mengurus kuliahku. Bukan, bukan sengaja menghimpun kenangan untuk dibawa ke Bandung. Tapi barang-barangku di Kos Madam belum aku kemas untuk ku bawa ke Bandung.

Aku melihat ke arah luar kaca mobil. Jalanan jogja yang sering aku lalui bahkan bisa berkali-kali dlam satu harinya dengan perempuanku, anneth. Kenapa aku seperti orang yang galau ?

"Dek, besok kita ke Bandungnya pagi banget ya, soalnya kita kan pake mobil" ucap mamaku dari bangku depan, membuyarkan lamunanku.

"Iya ma" Jawabku singkat.

"Neth, aku kangen..." batinku mengingatnya.

Aku tidak percaya, secepat ini aku harus meninggalkan anneth sendiri di kota ini. Padahal masih teringat jelas bagaimana anneth yang sering marah-marah padaku saat di motor ketika jalan denganku. Rasanya baru kemarin anneth menemaniku kesana kemari untuk tes sambil basah kuyup kehujanan.

"Neth, perjuanganmu membuahkan hasil. Esok aku sudah menjadi anak ITB. Terimakasih perjuanganmu neth" gumamku pelan.

Sulit diungkapkan bagaimana rasa kagumku pada anneth, perempuan manja dengan segudang kemampuan rahasianya. Anneth itu lemah dalam perasaan, namun dia mampu menguatkan saat aku lelah. Anneth itu pemarah, tapi nyatanya mungkin hanya anneth perempuan yang sabar menemaniku sampai saat ini. Tidak akan ada habisnya kalau menceritakan kehebatan annethku...

Jika menurut kalian aku saat ini sangat bahagia karena mendapat universitas yang aku inginkan ? Benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Ada rasa tidak tega yang kuat dalam hatiku meninggalkannya sendiri, membiarkannya sendiri menjalani harinya. Perasaanku masih ngilu mengingat ucapannya tentang perjuangannya mendapatkanku kemarin lusa.

"Dev, kaya aku sama kamu ya?" ucapnya saat kami menonton film melodrama pilihannya. Sebenarnya aku tahu maksud pembicaraannya, hanya saja aku ingin mengalihkan sendunya ke arah lain, namun gagal.

"Maksudku aku merasa seperti rafly, orang biasa yang berusaha mendapatkan nania orang kaya terpandang, cerdas, cantik" katanya.

"Kamu kan juga pinter, tampan, terpandang, banyak yang menyukaimu. Aku jadi inget gimana selama ini aku sebagai cewek biasa berusaha mendapatkan lalu mempertahankanmu".

Miris mendengarnya berucap seperti itu, seolah menurutnya dunia ini menganggapnya tak pantas mendapatkanku. Padahal jika anneth mau berpikir realistis, seharusnya ia meninggalkanku saat aku terpuruk gagal mendapat universitas tahun lalu. Tapi anneth adalah perempuan tulus yang tidak menilaiku dari rupa, otak bahkan hartaku. Aku juga tidak paham betapa polosnya dia kenapa masih mau denganku. Bahkan justru merepotkan dirinya untuk menguatkanku. Apakah tulus itu sangat dekat dengan bodoh ?.

Bukan anneth yang beruntung mempunyai aku, tapi sebaliknya. Anneth terlalu berharga hanya untuk seorang deven, manusia robot, manusia satu arah, manusia kulkas. Jika menurut anneth aku lebih pintar, itu hanya cara anneth menutupi kebodohanku di depan kalian. Nyatanya setiap kesalahanku padanya aku tidak pernah bisa menemukan intinya. Disaat perempuan lain akan memberi kode sulit untuk pacarnya, anneth justru harus berlelah-lelah menjelaskan duduk perkaranya, kesalahnku dan bahkan solusinya. Kau cari dimana perempuan seperti itu, tidak akan ada. Anneth hanya diciptakan satu dan itu untukku.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang