(55) I'm back

1.1K 137 136
                                    

Minggu lalu...

Sejak aku memberitahu anneth mengenai rencanaku untuk menemuinya di Jogja, aku merasa berdebar-debar. Ada paduan rasa rindu namun juga rasa takut, takut melihat keadaan anneth sekarang pasca aku memutuskannya. Aku takut kalau ia benar-benar hancur karena ulahku tentu saja yang didalangi mama. Tapi moment ini akan sangat tepat, mumpung hari libur, dan sedang tidak ada kegiatan di organisasi. Lebih lagi, hari itu mendekati ulang tahun anneth, perempuan khusus di hidupku.

Malam itu, aku menelponnya untuk mengabarkan maksud dari rencanaku.

"Halo kak, ada apa?" sapanya saat itu.

Kak..? Anneth mengira siapa yang menelponnya ? Apa selama ini ia ada berhubungan dengan laki-laki lain yang ia sebut 'Kak' ?. Namun aku segera menepis pikiran-pikiranku.

"Kak? Ini aku neth.." jawabku.

Ntah mengapa malam itu anneth berbeda dari biasanya, percakapannya di telepon terdengar kaku. Padahal setelah putus darinya aku masih sering berkabar via telepon dengannya. Melakukan obrolan-obrolan ringan nan hangat. Tapi mengapa malam ini anneth berbeda ....

Cukup mengejutkan bagiku mendengar reaksi anneth saat aku menceritakan bahwa aku akan ke Jogja dalam waktu dekat. Ia tampak sangat aneh, kaku, kikuk, tidakkah ia senang? Tidakkah anneth merindukanku seperti yang aku rasakan semenjak ia beranjak dari Bandung beberapa bulan lalu?

Satu minggu....

Aku menunggu waktu keberangkatan dengan perasaan gusar. Banyak sekali pikiran-pikiran tentang anneth memutar di otakku. Perasaanku yang selalu menduga-duga mengenai perubahan sikap anneth padaku.

Atau ini hanya perasaanku saja ? Atau ini hanya rasa khawatir dan rasa takutku saja? Takut jika anneth sudah memiliki hati lain yang membuatnya nyaman?

Tapi, harusnya aku ikut senang jika memang itu yang sedang anneth alami. Mengingat aku sendiri tidak mampu membahagiakannya. Dua kali aku menjadi laki-laki paling bejat dan paling munafik yang terlahir. Saat anneth memintaku kembali memperbaiki hubungan kami. Sungguh, sebenarnya ingin sekali aku kembali menjalin yang sudah kurusak. Tapi lagi dan lagi aku harus dengan hati perih menolak permintaannya. Apalagi sampai membuatnya memohon untuk aku kembali padanya, itu adalah hal yang menyakitkan untuk ku dengar.

Jika aku boleh jujur , mengapa sampai saat ini aku masih memperhatikannya seolah ia masih kekasihku. Aku mempertimbangkan bahwa anneth butuh penyokong atas kerapuhannya. Aku tidak tega jika harus langsung benar-benar menghilang tanpa memedulikannya. Tapi selain itu, aku sendiri juga masih sangat membutuhkan anneth, sisi diriku yang terbiasa diisi oleh anneth, tidak bisa terabai kosong. Aku belum sanggup jika harus benar-benar tanpa anneth. Ya aku akui aku sangat egois, tak usah kalian mengumpatku demikian aku sudah tahu.

Malam itu....

Malam keberangkatanku menuju Jogja, akhirnya aku merasakan lelahnya perjalanan panjang yang harus anneth tempuh demi menemuiku. Perasaanku miris mengingat bagaimana pedihnya anneth menempuh perjalanan panjang ini sesaat setelah kami putus. Malam itu mataku susah sekali diajak terpejam, pikiranku sibuk membayangkan bagaimana anneth menjemputku di stasiun esok pagi. Apa yang akan aku lakukan saat pertama kali melihatnya. Bagaimana anneth sekarang, pasti ia berkali lipat lebih cantik dari sebelumnya.

Pagi hari...

Akhirnya keretaku tiba di kota yang pernah menjadi tempatku mengisi cerita bersama anneth. Tempat dimana aku merintis pikiran ditemani anneth sampai aku mendapat apa yang aku citakan. Aku berjalan penuh rasa debar namun kutahan tetap mantap melangkah. Dari tempatku melangkah aku dapat melihatnya berdiri di dekat pintu keluar memakai jeans denim dan sweater abu-abu. Hanya berpenampilan sesederhana itu dengan rambut terikat tinggi, sungguh ia manusia tercantik pagi itu. Anneth benar-benar berubah, ya lebih cantik dari sebelumnya. Aku sampai segera melepas kacamata ku untuk melihat dengan nyata paras cantik miliknya.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang