(19) Outbond...

1.6K 118 18
                                    

"Gilaaaa ini mah sun-burning bukan sun-bathing. Sinting panitianya" Cerocos charisa kesal.

Hari ini masih pagi, tapi matahari juga lagi semangat-semangatnya pamer energinya. Kami sedang dibariskan ditengah-tengah lapangan persis seperti ikan asin di kampung nelayan. Sebenarnya kegiatan ospek kampus sudah selesai, kami juga sudah mulai aktif kuliah sejak 2 minggu lalu. Tapi ternyata masih ada buntut kegiatan lain dari ospek, yaah... semacam outbond.

"Asiiiik lah jurusan kita bareng anak teknik euy, mayan lah panas-panas bisa ngadem liat muka mas-mas tampan" sahut Oryn antusias.

"Anjuuuu... Mas-mas dia kata" aku merasa geli dengan sebutan mas-mas dari oryn.

"Serius ryn bareng anak teknik? Tapi teknik apa dulu?" timpal charisa.

"Nggak tau sih kupingku nggak ngeh pas diumumin tadi" Oryn menyengirkan rentetan gigi putihnya.

"Neth, kamu kan ada deket sama anak teknik pas ospek kemarin, kali aja bareng itu" sahut joa santai.

Aku hanya membulatkan bibirku sudah pasti yang dimaksud joa adalah deven. Tidak lama kemudian rombongan jurusan kami dipanggil untuk menuju lokasi outbond. Kegiatan outbond memang terbagi di beberapa lokasi mengingat jumlah peserta yang banyak. Setelah sampai lokasi, kami dibariskan untuk mendengar arahan panitia. Aku sesekali melirik peserta-peserta yang sejajar denganku. Tappp...!!! Mataku menangkap ada clinton disana, seketika mataku semakin mencari sosok deven, belum sampai aku menemukan pacarku itu panitia sudah memberikan komando untuk memulai game.

"Kalian harus melaksanakan perintah kami dengan cepat. kalo kami bilang pohon itu artinya orang yang berdiri, kalo domba berarti orang yang duduk. Jika pohon yang kami peruntah lebih dari 1 maka wajib cewek-cowok dan saling berpegangan tangan. Dan kalian membentuk kelompok sesuai formasi yang kami suruh. Mengerti ????" Teriak senior berambut gondrong itu.

"Siap mengerti..!!!" jawab kami kompak.

"Cha gue agak bingung, lo paham nggak?" bisikku ke ucha. Ya itulah panggilan charisa dari kami.

"Kagak juga gue. Dah ikutin aja nanti kayak yang lain" Jawabnya. Aku hanya mengangguk.

"Dua domba berteduh di bawah 4 pohon. 1 2 3..!!!" Teriak senior itu.

Kami langsung bubar mencari kelompok dengan cepat sebelum hitungan ke 3 selesai. Permainan ini cukup membuat kami panik dan akan asal bergabung satu sama lain walaupun tidak saling kenal. Sampai saat ini aku masih terus aman dengan game ini.

"2 pohon dan 1 domba" teriak Kak Imam.

Aku langsung berlari mencari kelompok, aku terhenyak tanganku sudah digenggam seorang dari arah belakangku. Kemudian ada seorang lagi lari dan duduk dibawah kami sebagai domba.

"Akhirnya aman" ucapnya tersengal-sengal.

"Thanks ya takut gue kalo kena hukum pasti dibuat malu" timpalku.
Andrew hanya mengangguk dan tersenyum. Ternyata orang yang menarikku tadi adalah andrew, andrew teman jurusan deven yang pernah dikenalkan padaku. Sedangkan yang duduk sebagai domba juga temannya tapi aku belum kenal namanya.

"Makasih be" ucap andrew pada cowok domba itu. Cowok yang kerap dipanggil pakbe itu mengangguk.

Aku melihat ke sudut depan terdapat 2 orang yang tidak mendapat kelompok. Aku mengenali keduanya, Joa dan deven.

"Deven??? Kenapa ia tidak lebih cepat meraihku menjadi kelompoknya" batinku.

"Kenapa justru andrew, kenapa juga andrew tetap menggenggamku dan pakbe di bawah, tidak bisakah tukar posisi?" aku telat mengkritisi situasi ini.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang