(65) Wakatobi ❤

1.6K 130 225
                                    

Sepagi ini aku tengah tergopoh berlarian di bandara mengejar penerbanganku kali ini.

"Pelan-pelan sayang nanti kamu nabrak orang" teriakku di belakangnya. Ia tak mengindahkan ucapanku saat ini. Justru ia mempercepat berlari menyeret kopernya.

"Astagah..." helanya melega setelah berhasil duduk dibangku penumpang pesawat ini.

"Gila sampe susah nafas" ucapnya tersengal-sengal.

"Makanya kan udah aku ingetin tadi jangan lari-larian nyonya wisena" aku mengacak puncaknya.

Ia memejamkan mata mengatur nafas kelelahan, sampai saat kubangunkan dia buka mata ia berada di pulau yang berbeda.

"Nyenyak sekali yang tiduran tau-tau bangun sudah di Manado" godaku membantunya.

"Capek habis jadi atlet sprint" jawabnya bercanda.

Aku menggandengnya menuju titik penjemputan, keluarganya pasti sudah stay disana sejak tadi.

"Mama....!!!" Ia mempercepat langkah merengkuh mamanya dengan manja.

"Uuuuh kangen anak manja mama ini" ucap mama deby menciumi anneth seperti anak kecil.

"Sehat nak ?" sapa Om ari, papa Anneth.

"Sehat om , om makin bugar aja sepertinya" jawabku.

"Lihat calon suamimu neth, masih aja memanggil papa dengan sebutan om" ucap om ari tertawa sambil merangkul anneth.

"Ayo langsung aja kalian pasti pengen cepet istirahat" ajak mama.
Kami berjalan berlima lengkap dengan si adik bernama Alvaro yang tak henti mencandai kakaknya sejak tadi.

"Biar saya aja om yang bawa" tawarku.

"Gak usah kak , tadi juga alvaro kok yang bawa mobil, bukan papa" jawab alvaro.

"Gaya amat bocah bawa-bawa mobil, SIM udah punya adik kecil?" godanya membuatnya alvaro memberenggut. Alvaro memang baru kelas satu SMA , jelas umurnya belum cukup untuk mengendarai mobil secara legal.

"Sayang ini berarti aku ke hotel dulu apa gimana?" tanyaku padanya.

"Tanya mama" jawabnya ringan sibuk dengan cadburry di tangan.

"Ma, ini kita ke hotel dulu atau ke rumah mama dulu?" tanyaku sedikit menoleh pada mama di bangku tengah.

"Ya ke rumah lah nak, kamu nginep di rumah aja sampai esok daripada di hotel kan sendirian" jawab mama yang selalu baik padaku.

Tiga puluh menit perjalanan dari bandara, sampailah mobil kami di halaman rumahnya.

"Aduh anneth kangen kasur kamar anneth" ucapnya saat masuk ke area rumah.

"Kamar kamu di kamar tamu ya nak" ucap mama ramah.

"Iya ma, terimakasih ya ma" jawabku sopan. Setelah memasukkan koper ke dalam kamar, mandi dan mengganti pakaian sebentar, aku menata isi koperku.

"Sayang..." Ia menyelonong masuk ke kamar tamu saat aku sedang membereskan isi koper

"Eh kamu masuk tanpa permisi" kataku melihatnya mendekat.

"Lah kan ini rumah aku ngapain permisi" Ia merangkulkan tangan ke leherku.

"Nanti dilihat mama sama papa lho" kataku halus tidak dianggapnya, ia tetap menatapku intens. Sebenarnya melihatnya semanja ini membuatku ingin memeluknya kuat atau mengecup bibirnya itu. Tapi tidak mungkin kulakukan, bisa gawat kalau orang tuanya melihatku.

"Sayang..." tegurku kembali. Kali ini ia merasa kesal berdecih dan mendorongku.

Brraaak...
Ia menutup pintu dengan membantingnya keras dan kembali terbaring di sofa ruang keluarga menyalakan tv. Lima menit aku keluar melihatnya menatap layar tv. Kuambil duduk di atas kepalanya mengacak-acak lembut. Ia mendongak menatapku bengis.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang