(54) who's broken?

1.3K 122 142
                                    

Play 'Terlalu Cinta' by rossa as a soundtrack..

Hari ini...

Hari yang aku takutkan sejak pekan lalu tiba juga. Hari yang membuatku gusar selama sepekan utuh. Aku sedang perjalanan menuju stasiun bersama kak gazza. Semalam aku menginap di kosnya supaya mudah untuk menjemput manusia pemeran utama atas kegusaran kami semua.

"Kak, kakak yakin? Atau kita putar balik aja kak terus ke kos clinton biar dia yang jemput deven" ucapku gelisah yang sedari tadi diam menahan gusar.

"Nggak apa sayang, aku kan udah bilang dari waktu itu gak apa. Jangan gitu dong, kasian deven" jawabnya sabar mengusap tanganku sebentar.

"Kak, memang kakak ga ada sedih khawatir atau apa gitu? Deven itu mantan anneth lho kak dan kakak bolehin deven buat seharian ini sama anneth. Kaaaak" keluhku yang justru lebih takut daripada kak gazza.

"Sayang, bagaimanapun deven juga temen aku. Ya ada lah rasa khawatir , sedih juga ada, aku juga manusia biasa yang punya cemburu neth. Tapi kan aku harus pinter-pinter atur emosi juga kan. Udah ya, jangan panik lagi" tuturnya tenang. Aku menghembuskan nafas kasar mengusir rasa takut yang tidak jelas. Sampai saatnya kami tiba di area parkir stasiun.

"Yuk sayang" ajaknya menggenggam tanganku mengembangkan senyum penuh ketenangan.

Kami datang sangat tepat waktu, belum sampai 5 menit kami berdiri di dekat pintu keluar, audah terdengar pengumuman tibanya kereta dari bandung. Tiba-tiba degup jantungku meningkat, seakan memberontak. Aku mengeratkan genggamanku pada kak gazza.

"Its okey.." lirihnya menguatkanku.

Satu persatu manusia mulai ramai keluar dari peron stasiun. Aku bersusah payah mengatur keseimbangan diantara rasa takut yang berubah menjadi debar-debar. Mataku menangkap sesosok laki-laki berjalan menyeret koper dengan tangan kirinya. Berjalan lenggang mantap setiap langkahnya. Degup jantungku semakin tak beraturan setiap langkahnya semakin dekat. Wajah manusia yang kutemui beberapa bulan lalu. Laki-laki yang dulu tidak pernah sebentarpun meninggalkanku. Manusia yang dulu berhasil membuatku percaya bahwa cinta adalah dirinya. Manusia yang dengan susah payah aku dapat dan jerih payah aku pertahankan. Tapi manusia ini juga yang telah mematahkan membuatku porak poranda tanpa punya sisa asa.

Mataku mulai memanas mengingat segala hal tentangnya. Tidak bisa lagi ditahan untuk tidak jatuh terjun bebas air mata di pipiku. Aku gemetar merasa sangat lemah melihatnya saat ini. Aku sulit menjelaskan perasaan apa yang menguasaiku sekarang. Ataukah rindu atau ini rasa sakit hati yang mengakar ?

Manusia itu melambai tangan dan tersenyum melepas kacamata yang ia kenakan. Aku sudah lemas tidak sanggup hanya untuk sekedar membalas lambaiannya.

Tap...
Langkahnya berhenti tepat sangat dekat dihadapku.

Deg...
Air mataku luruh berderai, ia memelukku tanpa kata sapa sebelumnya. Aku mematung tanganku kaku untuk membalas mendekapnya. Kelima jemari kiriku juga masih ada digenggaman lelaki yang saat ini adalah milikku. Mataku semakin basah saat tangan yang semula menggenggamku sedikit demi sedikit melonggarkannya. Aku beringsut menahan , menggeleng menatapnya nanar, penuh rasa bersalah.

"Dev..." panggilku sedikit melonggarkan dekapannya. Ia mengusap wajahnya yang juga basah sama sepertiku.

"Eh iya sorry neth.." ucapnya khas habis menangis. Aku mengangguk dan juga menyeka air mataku.

"Dev.." sapa kak gazza mengulur tangannya yang baru ia lepas dari jemariku.

"Kak... Apa kabar" mereka berjabat dan saling memeluk khas para pria.

"Baik, yuk langsung ke mobil aja" ajak kak gazza, kamipun menurut mengikutinya. Kami berjalan sejajar, deven di sebelah kiri sembil menyeret kopernya. Sedangkan aku di tengah penuh kesenduan terus menggandeng kak gazza yang ada di kananku.

Kemarin LusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang