1. Pertemuan

810 57 6
                                    

Deru mesin motor membelah jalanan malam yang tak terlalu padat. Mata elangnya menatap tajam jalanan remang di hadapannya. Tujuannya hanya sampai di tempat yang telah ditentukan tanpa harus didahului oleh seseorang yang ada di belakangnya saat ini.

Ia ingat bagaimana orang yang ada di belakangnya ini menantangnya turun ke jalan. Tidak membuka helmnya, yang mengatakan kalau orang yang membawa motor sport berwarna hitam yang sama persis seperti miliknya justru orang lain.

Ia tak pernah mempermasalahkan bagaimana orang lain menantangnya turun ke jalan. Hanya saja, reaksi teman-teman dan lawannya membuat dia tertarik. Karena, biasanya hanya tatapan meremehkan saat ada yang berani menantangnya turun ke jalan.

Bukannya bersorak sorai seolah raja jalanan yang sedang menantangnya.

Omong-omong, dia yang selalu dianggap raja jalanan sesungguhnya. Hyunjin Ardi Pratama.

Tidak sampai tiga menit Hyunjin sudah mencapai garis finish yang telah ditentukan. Tentu saja dia yang menang. Hyunjin hanya diam menatapi lawannya yang datang beberapa detik setelahnya berhenti.

"Kayaknya lo tertarik banget sama itu orang." Han alias Hadyan Ardion Narendra mendekati Hyunjin yang terus menatap lawannya yang juga ikut menatapnya di balik helm full face yang dikenakan.

"Dia siapa sih?" Hyunjin menyugar rambutnya kebelakang dengan wajah datarnya.

"Anak sini bilang kalo lo raja jalanan, dia ratunya."

"What the-dia cewek?!" Hyunjin jelas terkejut dengan ucapan Changbin.

"Bagian dari orang yang paling lo benci," ucap Han bertepatan dengan orang yang dimaksudnya tengah menepuk pundak seorang gadis yang duduk di atas motor yang sama dengan lawan Hyunjin tadi.

Matanya tak henti menatap gadis yang menyerahkan helm yang digunakannya pada orang lain yang mendekatinya juga.

"Lo Hyunjin, kan?" Gadis tadi mendekati Hyunjin dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kakak tirinya Yeji."

"Mau apa lo?" tanya Hyunjin dingin.

"Lo cukup benci kakak sepupu gue lah, Jin." Gadis itu menatap Hyunjin kesal. "Gue cuma pengen tau kabar Yeji."

"Gua gak bakalan ijinin dia kesini, dan yang jelas dia baik." Hyunjin memutar kembali kunci yang menancap di motornya. "Kalo lo masih mau temenan sama adek gue, jauhin sepupu lo dari adek gue!"

"Please, inget gue dengan nama Rhujin. Rhujinadiya Elanor."Hyunjin tak menjawab dan langsung mengenakan helmnya dan mengintruksikan Han dan Changbin untuk mengikutinya.

"Hadiah lo, Jin?" ucap Changbin mengingatkan.

"Kalo itu barang taruhan lebih penting daripada Christ sama Minho, lo bisa diem di sini dan gak usah ikut kita lagi. Gua gak butuh barangnya Yeonjun."







•••••

"Galau mulu adek cantik." Gadis itu Yeji, adik tiri Hyunjin. Meskipun saudara tiri, Hyunjin sangat menyayanginya.

"Apaan sih, Hwall?" Yeji mendekati Hwall yang berdiri di ambang pintu.

"Lo galauin Yeonjun lagi?" Yeji langsung menunduk mendengar nama kekasihnya. "Hyunjin punya alesan kuat buat larang lo deketin Yeonjun."

"Tapi kalian gak pernah kasih tau gue alasan itu." Hwall-saudara kembar Hyunjin-membawa adik tirinya kedalam pelukannya guna memberikan sedikit ketenangan.


Sebuah kisah rumit terjadi antara Hyunjin, dan Yeonjun. Bukan hanya masalah arena balap liar yang selalu di datangi mereka berdua. Tapi, Yeji yakin ada hal lain yang lebih rumit dan tidak ada yang berniat memberitahunya.

"Disa!" Orang pertama yang dicari Hyunjin saat memasuki rumah mewah warisan kakek dan nenek dari mendiang ayahnya itu tentu saja Yeji. "Ngapain lu pada pelukan kek gitu?"

"Adek lo galau."

"Ya adek lu juga, goblok!" Hyunjin melipat tangan di depan dada melihat wajah sembab Yeji bersembunyi di pundak Hwall. "Kalo lo pengen tanya Yeonjun lagi, gue udah nepatin janji gak ngelawan dia. Tapi sepupunya yang nantang gue."

"Sepupunya?" Yeji baru mau melepaskan Hwall saat mendengar arah pembicaraan Hyunjin.

"Dia bilang namanya..." Hyunjin berusaha mengingat. "Siapa sih? Depannya 'R' lah pokoknya."

"Rhujin?" Mata Yeji berbinar mendengar nama sahabat yang selama dua bulan menghilang. "Dia ngomong apa sama lo?"

"Dia cuma nanyain kabar lo."

"Ih, tentang Rhujinnya! Bukan soal dia ngapain sampe nyamperin lo."

"Dia cuma ngenalin diri dan... Nekanin kalo nama dia Rhujin." Hyunjin baru menyadari keanehan dari perkenalan Rhujin waktu itu. Dan sekarang Yeji malah menatapnya gelisah. "Kenapa lagi sih, Dis?"

"Ardi, ijinin gue ketemu Rhujin
Ya?"







•••••

Keluarga Mahendra sedang makan malam di salah satu Restoran yang ada di Grand Indonesia.

"Seneng banget Adit balik" ujar Chaewon

"Gue ngangenin kan?" balas Felix

"Gak dit, cuma seneng aja lu balik bisa gue bully secara live" timpal Chaewon

"Kurang ajar"

"Adis, Adit makan dulu, pertikaiannya lanjut di rumah aja" balas Papanya Felix dan Chaewon yaitu-Taemin Mahendra.

"Udah lama Pa gak berantem live hehe" celetuk Felix sambil tertawa.

Mereka yang ada di meja tersebut tertawa terbahak-bahak berkat celetukan Felix

Chaewon dan Felix adalah saudara kembar yang berbeda 16 menit. Chaewon yang pertama kali keluar lalu disusul Felix 16 menit kemudian.

"Chandra besok jadi dateng jam berapa Pa?" tanya Mamanya Felix dan Chaewon-Naeun Rastadinata.

"Gak tau tuh katanya dia naik kereta Bima, paling juga jam 8an" balas sang Papa yang disambut ber-Oh ria oleh si kembar.

Mereka melanjutkan makannya lagi, hanya terdengar suara dentingan sendok, garpu dan piring.

Setelah selesai makan mereka berbincang-bincang seraya menunggu makanan dicerna dengan baik.

Mereka keluar dari restauran tersebut menuju parkiran, kebetulan satu keluarga memang kurang suka berkeliling di Mall jika tidak ada keperluan yang lebih.

Contohnya tadi sebelum ke restauran mereka pergi ke beberapa toko sepatu karena Felix memang butuh sepatu baru.

Chaewon juga mencari heels untuk wisuda serta beberapa alat make up.

Saat keluarga Mahendra menuju parkiran, ada seseorang yang menyipitkan sepasang matanya saat melihat keluarga Mahendra.

Kayak kenal.-pikir orang tersebut.

Tbc.

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang