76. I Don't Know

110 12 0
                                    

Hwall berjalan dengam diam tampak memikirkan sesuatu. Kakinya terus melangkah padahal hatinya tak ingin. Hingga ia berhenti di depan sebuah pintu bercat putih dengan papan bertuliskan, "Jeanne Heejin - Skizophrenia Paranoid".

Hwall terdiam sebentar, lalu mengetuk pintu. Hanya dua kali mengetuk. Sadar, orang yang di dalam tidak akan membukakan pintu. Di sana, Jane duduk memandangi jendela berteralis yang dihiasi bunga anggrek berwarna putih. Sewarna dengan ruangan itu.

"Kejutan," nada datar terucap dari Heejin dan masih memandangi jendela. "Lo kok bisa gak mirip sama Hyunjin sih?"

Hwall diam. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Apakah dia menyesali keputusannya untuk datang atau memikirkan hal lain?

"Kenapa lo kesini?"

"Gue suka sama lo."

Heejin tertawa maniak.

"Yang gila, gue atau lo?"

"Gue gak pernah anggap lo gila, cuman sakit sampe halu lo kira nyata."

Giliran Heejin yang terdiam.

"Gue dali tadi mikil, ngapain gue kesini. Yah, lo liat sendili sekarlang kalo gue ngomong sama pembunuh calon saudara iparl gue."

Heejin masih terdiam, kali ini terdiam dengan tatapan kosong menerawangi lantai kamar rawatnya yang juga berwarna putih. Hwall memperhatikan Heejin sebentar.

"Jane, lo masih suka sama Hyunjin?" tanya Hwall yang hanya dijawab dengan angukan dan masih dengan tatapan kosong.

"Lo kenapa ngelakuin ini ke Abang gue?"

Hwall berbicara sambil berjalan pelan mendekati Heejin yang masih menampakkan tatapan kosong. Heejin baru mau menatap Hwall saat teman satu kelompok ospeknya itu berlutut di hadapannya. Matanya berkaca-kaca dan tangannya yang terikat ke belakang, membuatnya tak bisa menggerakkan tubuhnya dengan leluasa.

"Udah kenal Jeongin? Kita—Kembar Pratama lebih suka manggil dia adek, tapi temen-temen deketnya panggil dia Alif. Beberapa bulan lalu pulang dan kamu tau gimana senengnya Abang waktu dia pulang?" Heejin menggeleng. "Dia hilang, sampai dinyatakan meninggal di kecelakaan yang sama yang bikin aku koma selama kurang lebih setengah tahun dan Bunda Anya, ibu kandung kami meninggal. Selama dua tahun, Abang nyari Adek kemana-mana tapi gak ketemu. Akhirnya, dia lampiasin semuanya sama balapan. Itu pertama kali Abang kehilangan paling berat. Bunda meninggal dan Adek menghilang."

Matanya masih basah, tapi Heejin masih menatap mata Hwall yang ikut berkaca-kaca. Tangan Hwall tergerak dan menghapus sisa lelehan air mata di pipi orang yang disukainya itu.

"Hyu-Hyunjin gak jagain kamu? Waktu kamu koma?"

Hwall tersenyum dan masih mengusap pipi basah Heejin. Entah apa yang membuat anak kedua keluarga Pratama itu begitu terpaku menatap Heejin. Terus menatap tepat pada matanya.

"Waktu itu, Almarhum Ayah bilang tiap hari tiap pulang Sekolah Abang pasti dateng ke rumah sakit tempat aku di rawat. Sambil minta bantuan temen-temen yang sekarang jadi temen arenanya buat nyariin Adek."

"Almarhum?"

"Iya, Ayah Bogum sebenernya menikah 3 tahun kemudian. Sama Mami Irene, Ibu kandung Yeji. Abang juga sayang banget sama Mami Irene. Enggak, kita semua sayang banget sama Mami Irene. Lima bulan pernikahan Ayah sama Mami, mereka kecelakaan dan pelakunya Ayahnya Daniar. Om Seungri sabotase mobil Ayah dan akhirnya kecelakaan. Abang makin terpuruk dan tiap malem ke Arena—"

Heejin kembali menangis dengan air mata yang menganak sungai. Hwall juga menangis mengingat apa yang telah dilalui saudara kembarnya bertahun-tahun belakangan ini.

"—dan didiagnosa mengalami Bipolar Campuran yang kita sendiri sebagai keluarga dan yang paling deket sama dia gak tau kapan titik mania dan depresinya. Sekarang, kenapa kamu ulangi rasa kehilangan Abangku?"

"Maaf. Aku tau dengan maaf gak akan bisa hidupin Ryu. Tapi, aku gak tau lagi harus ngomong apa."

Hwall berdiri dan menatap Heejin dari posisinya. Heejin yang terus menangis sangat melukai hatinya. Akan tetapi, mengingat bagaimana saudara kembarnya yang hampir tidak mau makan dan keluar kamar hampir selama sebulan membuatnya lebih sakit hati.

Sebagai saudara kembar yang sangat mengetahui seluk beluk sifat, perlakuan dan perasaan Hyunjin, Hwall paling merasa bersalah tidak bisa menjaga agar Hyunjin tidak lagi merasakan rasa kehilangan yang sama. Hwall tau seberapa banyak yang disembunyikan saat Hyunjin merasa kehilangan berkali-kali.

"Jane," panggilan itu terucap saat lengan kokohnya melingkari tubuh gadis yang dia sukai. "Kenapa aku gak bisa benci kamu, setelah apa yang kamu lakuin?"

•••

"MAS ALDI!!" Jeongin berteriak dari lantai dua rumahnya. "MAMAAAS!!! MAMAS KUNCI MOTOR ADEK MANA?!"

"Adek! Ngapain teriak-teriak sih?" Yeonjun keluar dari kamar tamu yang ada di lantai bawah.

"Mas Dani liat kunci motor adek gak? Atau Mas Aldi?"

"Hah? Itu motornya Cadel masih di garasi."

"Iya, motornya Mamas emang di garasi. Mobilnya juga. Tapi motor adek yang di bawa."

"YUHUU!! ABANG PULANG, ADA YANG MAU DOMINOS?" Hyunjin datang bersama Yeji, Felix, Jinyoung dan Chaewon yang baru saja ditemukan. "MAS! ADIS PULANG MAS!!"

"Mamas gak ada, gak tau kemana bawa motor adek."

Mendengar keributan atau mungkin karena mendengar kata Adis pulang, Yeji langsung keluar dari kamar dan berlari menuruni tangga dan memeluk Chaewon kuat-kuat.

"Eh?! Disa engap!" ucap Chaewon agak kesusahan.

"Lo—" Yeji tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dan kembali memeluk Chaewon dengan erat. Namun, tidak seerat yang sebelumnya. "Kangen Adis."

"Gak kangen gue?" Felix menyahuti.

"Gak! Minggat sana lo! Gue aduin Sasha nih."

"Iyaaaaaaaa kangen gue, tapi Aldi kemana?"

"Ntah, mamas gak bilang."

"Gue telpon dulu si Cadel." Hyunjin mengambil ponselnya dan mengetikkan beberapa angka yang dihapalnya luar kepala. Beberapa kali mencoba, akhirnya diangkat juga.

"Mas, dimana?"

"Baru masuk rumah."

Hwall baru saja masuk rumah dengan telepon di telinganya. Semua orang menoleh menatap Hwall dengan helm hitam di tangan kanannya. Hwall sendiri langsung menyadari keberadaan sahabat kecilnya yang sedang tersenyum manis menatapnya.

"Adis?!" Hwall melempar helm ke lantai dan ponselnya ke arah Felix yang duduk di sebelah Chaewon. "Lo-lo kemana aja? Bikin khawatir tau gak?"

"Gue gak siap kalo sekarang ceritanya. Sekarang, lo dari mana sampe Adek heboh nyariin kunci motornya?"

"Eh..." Hwall menjeda pembicaraannya. "Gue abis dari tempat Jeanne."

Hyunjin terkejut dan tidak suka mendengar nama Heejin disebut. Akan tetapi, ia lebih memilih mendengar lebih apa yang akan diucapkan kembarannya.

"Aku mau jelasin nanti, kayaknya Abang udah gak mood waktu denger nama Jeanne disebut. Aku gak mau ngerusak mood Abang pas kita lagi seneng Adis pulang."

"Kalo gitu, ngomong sama gue nanti berdua. Termasuk kenapa bawa Adis ke Arena."

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang