77. Pulang

105 13 11
                                    

"Iya-iya, kita pulang sekarang." Jinyoung masih memeluk balik Chaewon yang memeluknya erat. Sama sekali tidak menyadari Seungmin yang menatapnya nyalang. Han di dalam mobil juga terlihat lega, pastinya Chaewon akan pulang dengan selamat karena ada Jinyoung di sana.

Jinyoung membawa Chaewon pulang dan dengan terpaksa, si gadis tidak menggunakan helm karena Jinyoung memang tidak menyangka akan menemukan Chaewon di saat perjalanannya pulang dari Asrama kampus menuju rumahnya. Ia rasakan punggungnya yang hanya terbalut kaos hitam cukup tipis basah. Chaewon masih menangis.

Sesampainya di rumah keluarga Mahendra, Chaewon di sambut Mama Naeun yang langsung memeluk putrinya yang sudah berhari2 hilang.

"Adis?! Adis pulang? Adis dari mana?"

Berbagai pertanyaan dilontarkan Mama Naeun pada Chaewon yang masih menangis. Suara heboh di luar rumah itu langsung mengundang perhatian seisi rumah keluarga Mahendra. Haechan, Felix dan Papa Taemin langsung memeluk satu-satunya anak perempuan di rumah itu.

"Edgar, makasih udah nemuin kakak gue." Felix berucap sambil menepuk pundak salah satu teman baiknya sedari kecil itu.

"Anything. Gue cabut duluan ya, ada urusan di rumah."

"Iya, sekali lagi makasih."

•••

Warning!!!

Abuse content

•••

BRAK!!

Suara benturan terdengar dari dalam kamar apartemen yang sama dengan Chaewon sebelumnya disekap. Sekarang, Han dihajar habis oleh Seungmin karena membantu Chaewon melarikan diri.

"LO BILANG LO TEMEN GUE?!"

Han sudah tidak berdaya bersandar pada dinding dengan wajah babak belur. Masih dalam keadaan sadar tapi sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar membela diri.

"Lo bantuin Adis kabur, kaya gitu yang lo bilang temen gue?" Seungmin atau Darius mengangkat Han lagi dengan menarik kerah bajunya. Satu lagi pukulan keras menyapa rahang Han hingga terbentur tempat tidur kayu milik Seungmin.

"Gue, gak bisa lagi biarin lo kaya gini." Han menjawab dengan lirih dan masih bisa di dengar oleh Seungmin.

"DARIUS CUKUP!"

Gowon masuk bersama Minho yang jelas menunjukkan raut amarahnya.

"GAUSAH IKUT CAMPUR!"

Pukulan lain dilayangkan. Kali ini, Seungmin yang menerima pukulan itu dari Minho. Pukulan yang jauh lebih kuat dari pukulannya pada Han, membuatnya langsung tersungkur dan dengan bibir robek.

"Dari awal aku udah tau kamu bakalan ngelakuin sesuatu ke Adis, dan kebetulan banget Han kasih tau Kak Lino semuanya. Semua rencana kaburnya Adis, Kak Lino yang bikin."

Seungmin bangkit dan hampir menampar Gowon, jika Minho tidak menahan dan kembali memukul ulu hati Seungmin. Tentu saja, Seungmin langsung kehilangan semua tenaganya.

"Gue gak tau, kurang baik apa mamanya Yusin ke lo? Sampe waktu gue mau lapor ini ke kepolisian, beliau yang mohon-mohon. Tapi, kayaknya harus ada efek jera dari sisi lo sama Om Wonpil. Tapi, nunggu Adis yang ngaku aja kayaknya." Seungmin terdiam, tidak mengerti maskud yang dibicarakan Gowon. "Ayo kak, bawa Han ke Rumah sakit."

"Bang," panggil Han dengan suara lemahnya. "Jangan kasih tau Chaeyeon, please."

"Udah sekarat gini masih sempet-sempetnya ngebucin."

•••

"Adis mau gue beliin dominos gak?" Hyunjin yang tiba-tiba bertanya seperti itu membuat Felix maupun Haechan bingung. Hyunjin tidak akan mentraktir apapun dan siapapun. Kecuali ada maunya.

"Heh lo mau minta apa ke Adis?"

"Adisnya baru pulang juga."

"Heh, su'udzon ae lu! Gue emang pengen traktir lo ini Dis. Apapun, lo bilang aja, asal jangan minta beliin motor baru atau rumah, apalagi pulau."

Chaewon tersenyum lebar meskipun masih ada sisa airmata yang membekas di pipinya. Matanya juga masih sembab dan terlihat merah.

"Gue pengen makan bareng sama PrataMahendra, di rumah Pratama. Tapi lo yang beli semua makanannya ya?"

"Gitu doang?" Chaewon menjawab dengan anggukan. "Okedeh, pesen aja nih! Sekalian pesenin buat Adek, cadel, Disa sama Daniar. Itu bayarnya pake duit di akun bank gue kok. Bebas deh bebas. Gue tau kita berdelapan kalo makan mentok sepuluh juta, penting gak tiap hari aja."

"Biar ini anak dua aja yang pesen, gue ganti baju sama cuci muka dulu ya."

Mama Naeun keluar dan membawakan jus jeruk dan beberapa camilan. Wajah Mama Naeun begitu sumringah karena kepulangan Chaewon. Jangan bertanya kemana Papa Taemin pergi, setelah Chaewon berkata belum siap untuk menceritakan apa yang terjadi, beliau pergi untuk mencoba mencari tau sendiri dengan menemui Jinyoung yang mengantar Chaewon pulang ke rumah. Sekaligus mengucapkan terima kasih, katanya.

"Ardi, jangan boros gitu lah. Gak baik." Mama Naeun menasehati Hyunjin yang memang terlihat memesan banyak makanan.

"Sekali ini aja Ma. Buat Adis apa yang enggak."

"Buat gue juga kan?" Felix menimpali

"Ilang dulu kek Adis, baru gue beliin."

"MULUT LO YA!" Chaewon yang ngegas kembali. Chaewon sendiri tadi melempari dompet biru muda tepat di kepala Hyunjin.

"Aduh! CANDA ADIS!!"

"Dit? Kok gue baru sadar rahang lo agak lebam."

Chaewon sedikit menekan lebam di rahang Felix dengan jari telunjuknya. Tetap saja, menimbulkan ringisan meskipun sudah Felix tahan. Chaewon menatap Mamanya dengan tatapan bertanya. Mama Naeun hanya memberi senyum simpul yang langsung tertangkap maksud dari senyuman Mama Naeun.

"Papa pukul Adit lagi, gara-gara gue."

"Eh?! Enggak, salah Adit juga gak jagain Adis." Felix dengan cepat menyanggah, tapi secara tidak langsung membenarkan. "Udah ya? Sekarang kita udah seneng Kak Adis pulang. Soal ini pipi Adit sakit atau enggaknya, udah gak sakit karena Adis ada di sini dalam keadaan utuh. Itu doang cukup."

"Agak geli gimana gitu Adit ngomong begitu," haechan berbisik pada Hyunjin yang mengangguk menyetujui ucapan Haechan.

"Gue denger ya!" Felix menoyor kepala Haechan dan Hyunjin bersamaan.

Mama Naeun yang di sana hanya tertawa melihat kelakuan anak-anaknya dan yang sudah dianggap anaknya sendiri. Lika-liku persahabatan yang semakin lama membuat status persahabatan itu jauh lebih kuat dari ikatan persaudaraan. Mama Naeun kini tidak akan khawatir lagi dengan masa depan anak-anaknya ini.

"Ma, kita ke rumah seberang ya! Assalamualaikum!"

"Assalamualaikum, Mama." Haechan dan Hyunjin berucap bersamaan

"Ma," panggil Chaewon. Chaewon memeluk Mama Naeun cukup erat, seperti menyalurkan perasaannya dari hati ke hati. "Doain yang terbaik buat semuanya, Ma. I love you, Mama."

Mama Naeun merasakan kegelisahan dalam pelukan itu, hingga ingin sekali mendekap putrinya jauh lebih lama atau bahkan tidak ingin dilepasnya sama sekali. Senyuman kosong terpampang di wajahnya sebagai balasan saat putrinya melepas pelukannya.

"Pastinya, kapanpun Adis mau cerita Mama bakal dengerin Adis. Apapun itu."

"Makasih Mama, Adis nyusul Adit ya."

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang