71. The Meeting

123 12 19
                                    

Chaewon terbangun dari tidurnya.

Hal yang dirasakan pertama kali adalah dunia yang terus berputar-putar.

Aduh, gue vertigo?—pikir gadis itu.

Setelah memejamkan matanya sejenak, penglihatannya kembali normal, namun, sebuah pemandangan di depannya membuat ia terkejut.

Ia berada di sebuah ruangan dengan nuansa gelap dan banyaknya foto yang menempel di dinding.

Chaewon beranikan untuk berkeliling kamar tersebut.

"Hah?!" gumamnya.

Semua foto yang berada di dinding tersebut merupakan wajahnya.

Chaewon sedang makan.

Chaewon sedang mengerjakan tugas.

Chaewon sedang jalan-jalan.

Bahkan, Chaewon yang terlelap di kamar asramanya—pun, ada.

"Apa-apaan nih?" gumamnya lagi.

Sebuah komputer di pojok kamar menarik perhatian Chaewon. Ia berjalan ke arah sana.

Ia mencoba menyalakan komputer tersebut, sayangnya komputer itu di password.

Chaewon mencoba berpikir sejenak tentang passwordnya.

Kalau kata Echan, password tuh yang paling dasar hal yang sering dibicarakan atau disukai—batinnya.

Chaewon melihat sekeliling.

Jujur, ia merasa takut berada di ruangan ini, seperti banyak mata yang melihatnya, kenyataannya, foto-foto yang tertempel di dinding tersebut merupakan dirinya sendiri.

Chaewon mencoba memasukkan tanggal lahirnya pada kolom password komputer tersebut.

Kebuka!—seru Chaewon dalam hati.

Ia melihat folder komputer tersebut, dengan harapan mengetahui siapa pemilik kamar ini.

"I-ini ...." gumam Chaewon setelah melihat isi folder komputer tersebut.

Semua berisikan foto dirinya, beserta percakapan daring yang mereka lakukan.

Unknown.

Iya, sekarang Chaewon berada di sebuah ruangan, dan pemiliknya adalah Unknown.

Krriieeett ....

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok lelaki yang masih tak terlihat wajahnya.

"Udah bangun?" tanya lelaki itu dengan menyunggingkan sebelah bibirnya.

"L–lo siapa?!" seru Chaewon.

Lelaki itu semakin maju selangkah demi selangkah, sedangkan Chaewon kebalikannya.

Posisi Chaewon sudah tak bisa pergi kemana-mana lagi.

Wajah lelaki tersebut terlihat, dan Chaewon mengenali wajah tersebut.

"L–lo!?" seru Chaewon kembali.

"I told you, we'll meet as soon as possible, Adis sayang."

•••

Felix masih di asrama, berkeliling ke hampir semua tempat dan bertanya kepada setiap orang yang ia temui tentang keberadaan saudari kembarnya.

Wajahnya begitu pucat dan keringatnya mengucur deras. Beberapa waktu lalu, ia beberapa kali menelepon Chaewon sampai akhirnya sebelah sepatu milik kembarannya itu ditemukan tergeletak di tangga menuju kamar asrama Chaewon.

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang