63. Lies

132 16 3
                                    

"Jadi, kenapa lo tiba-tiba kesini?"

Hyunjin dan Ryujin terdiam saat Hyojin bertanya dari meja kerja atau secara teknis meja belajarnya tanpa menoleh dan masih tetap fokus pada tumpukan kertas di hadapannya. Kakak kandung Ryujin itu benar-benar langsung bertanya demikian begitu Ryujin mengetuk pintu.

"Jeanne bohong soal udah gak ngeliat mereka. Bahkan sekarang lebih parah."

Hyojin masih diam tapi tidak lagi menggerakkan pulpen di tangannya seperti sebelumnya. Ia menghela napas berat dan berbalik menghadap adik dan calon adik iparnya.

"Di beberapa kasus, halusinasi mereka bisa menghilang dalam beberapa waktu. Bisa dalam hitungan hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun." Hyojin menjelaskan dengan tenang dan santai menghampiri keduanya. "Tapi kasus Jeanne, dia bohong. Saat pemeriksaan terakhir, ada perawat senior yang memergokinya berbicara sendiri. Jadi kami naikkan dosis obatnya, dan menurut menuturan teman sekamarnya. Dia membuang semua obatnya."

Hyunjin dan Ryujin hanya terdiam mendengarkan apa yang Hyojin bicarakan. Semua cerita mengenai keanehan Heejin yang datang kepadanya mulai masuk akal. Terutama saat jeno menceritakan mengenai ponselnya yang di charge di ruang himpunan Sistem Informasi.

•••

"LO!" teriaknya pada saat masuk ke kamar asramanya. "BERANI-BERANINYA LO NGERUSAK SEMUANYA?!"

Orang yang diteriakinya hanya diam membaca buku tebal panduan kuliah miliknya. Tanpa mau bereaksi apalagi menatap orang yang ada di meneriakinya.

"Jeanne," panggilnya dengan pelan sembari menutup bukunya. "Cukup aku yang sakit gara-gara khayalanmu. Jangan orang lain."

"YUTO CUMA MAU MANFAATIN LO!"

"ITU YANG ADA DALAM KHAYALAN KAMU! KAMU CUMA GAK MAU KAN PERHATIAN AKU SEBAGAI SAHABAT KAMU KEBAGI?!" Hyunjinisa balas meneriakinya. "Perempuan yang kamu lihat waktu itu, Olivia sepupunya sendiri."

"Terus—"

"ITU SEMUA CUMA KHAYALAN KAMU! HALUSINASI!"

"ENGGAK NIS?!"

"Apa? Apa mungkin Hyunjin Ardi Pratama ada dua? Jadi maksud kamu Kembar Pratama itu tiga orang?" Hyunjinnisa menahan pundak Heejin. "Apa kamu pikir dengan kamu bunuh Ryujin, Hyunjin bakalan suka sama kamu?"

Heejin hanya diam menatap dalam mata Hyunjinnisa.

"Enggak, kamu akan selamanya berada di ruang isolasi."

•••

Anggota anak nyasar berkumpul di rumah keluarga Pratama atas permintaan Hyunjin. Tentu saja ditambah Ryujin, Yeji, Yeonjun, Seungmin, Chenle, Yireon, Haechan, kembar Mahendra dan Gowon.

"Jadi, penyakit mental apa yang di derita Jeanne?"

"Skizofrenia. Waktu dia baik ke kita, dia udah minum obatnya, tapi setelah dari Thailand dia berubah offensif karena kecewa. Hyunjin nembak Ryujin tepat di hadapannya lalu buang obatnya." Gowon menjelaskan dengan santai.

"Serem, kenapa sampai ada yang sampe obsesi banget gitu ya kalo suka." Han berkomentar.

"Pihak rumah sakit udah ngirim orang buat bawa Jeanne, tapi Jeanne gak ada di asrama ataupun di rumahnya. Nisa yang satu asrama sama dia bilang kalau dia gak tau kemana Jeanne pergi setelah mereka debat sebelumnya."

Ryujin hanya diam sejak kejadian di Arena itu, ataupun pada saat di taman bermain. Tak banyak bicara, hanya diam termenung di kamarnya bahkan tak jarang sama sekali tidak menyentuh makanannya.

"Malem ini gue kirim orang buat jaga sekitar rumah ini sama rumah Ryujin. Tenang aja, gak bakalan ada yang curiga soal keberadaan orang gue." Chenle yang duduk dengan santainya.

"Gak usah Le, anak nyasar biar nginep di sini. Anak nyasar setara sama dua puluh bodyguard lo kok." Hyunjin menjawab dengan berusaha setenang mungkin.

•••

Mereka tidak menyadari bahwa ada satu orang yang tidak bergabung dengan mereka. Dia hanya diam menatap ke luar jendela dan mengamati keadaan sekitar. Entah benar-benar mengamati atau hanya menatap dengan tatapan kosong.

Orang yang sebenarnya diam-diam menyukai orang yang hampir membunuh pacar saudara kembarnya. Hwall tidak habis pikir akan kembali terluka saat jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.

"Bunda, Mamas kali ini salah pilih orang. Salah banget bun, sampe Abang yang hampir tersakiti."

•••

Malam itu, Ryujin lebih memilih pulang ke rumahnya. Dijemput oleh kakaknya, anak nyasar memilih ikut dengan alasan mengawalnya. Yeonjun dan Hyunjin menginap di sana untuk mengawasi Ryujin.

Malam yang hening dan Ryujin belum tertidur. Ia hanya duduk di dekat jendela besar yang terbuka dan memandangi langit yang gelap tanpa adanya bintang.

'Udah gue bilang kan, Heejin itu bukan orang baik.' - Ela

'Lo sama aja, njing.' - Nadiya

'Apa?! Gue ngapain sih nad?'

'Halah kalo gue gak ada, palingan juga lo udah ngurung Ryujin. Udah baik gue gak ngurung lo."

"KALIAN BERDUA BISA DIEM GAK SIH?!"

Ryujin kembali terdiam setelah perdebatan di kepalanya. Ia bangkit dan berjalan ke tempat tidurnya dan berusaha untuk tidur. Sampai akhirnya ia merasakan sesuatu sedang menatapinya.

"Kayaknya percuma Hyunjin nginep di sini."

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang