52. The Bleeding Scar

156 12 4
                                    

"Rivaldi?"

Yeonjun yang tadinya berjalan menuju parkiran langsung terdiam mendengar namanya disebut. Namanya, hanya satu orang di dunia ini memanggilnya dengan nama itu.

Orang itu yang membuatnya kehilangan sosok ibu di usia belum genap tiga belas tahun. Orang yang sama, yang membuatnya mengalami obsesif compulsif disorder.

"Hey, Papa pulang. Rival gak kangen sama papa?"

Benar, itu Papanya.

"Ayo kita pulang. Dulu, kamu selalu minta adik kan? Kita pulang, ya? Kenalan sama saudara baru kamu."

Yeonjun tetap diam, membalik badannya pun tidak. Takut pada sosok ayahnya ini lebih menguasainya. Seakan-akan, bergerak sedikit saja ia akan mati.

•••

"Abang, Mamas, Adek! Daniar belom balik?" tanya Yeji yang memakan kerupuk dengan perisa pedas.

"Kenapa sih? Biasanya tengah malem juga baru selesai rapat himpunannya." Hyunjin keluar dari dapur sambil memainkan ponselnya. Selesai Hyunjin berbicara, Hwall berlari turun dan langsung mendekati Hyunjin.

"Bang, keluarin mobil. Kita ke kampus sekarang. Feeling gue gak enak."

"Mas, Disa ikut." Yeji langsung berdiri. Cadelnya Hwall hilang. Sedikit menjadi pertanda buruk untuk semuanya.

"Di rumah aja ya. Setengah jam kita gak balik, langsung kasih tau Piri sama Mama-Papa Mahendra." Hwall mengusak kepala Yeji dengan sayang.

"Abang ambil jaket dulu." Hyunjin berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Hanya untuk mengambil kunci mobil dan jaket abu-abu.

"Bang, jaket adek itu."

"Pinjem, dek." Hyunjin tersenyum jahil. "Dek, jagain kakak. Abang sama Mamas mau nyariin Daniar. Tahu sendiri kan kenapa Mamas yang inisiatif nyariin langsung."

"Tadi adek denger Mas Aldi bilang ngehubungin Piri. Kalo urusannya kak Daniar, mending langsung ke Mama-Papanya Kak Ryujin."

"Yaudah, kamu telpon Ryu. Ajak orang tuanya kesini. Sekalian sama Mas Bagas." Hyunjin kembali turun dan mendekati Hwall yang sudah siap dan tinggal menunggu saudara kembarnya itu.

Hyunjin dan Hwall langsung mengendarai mobil dan menuju kampus mereka untuk mencari keberadaan Yeonjun. Firasat Hwall tidak pernah main-main. Jika dia memprediksi suatu hal, maka benar terjadi adanya. Mereka langsung menuju parkiran Fakultas Kedokteran. Benar saja, mereka melihat Yeonjun berdiri tak jauh dari pintu masuk parkiran FK.

"Bang, itu Om Seungri." Hyunjin menatap arah jari Hwall. Benar saja, beberapa meter di belakang Yeonjun ada pria paruh baya yang mereka kenali sebagai Ayah kandung Yeonjun. Tapi sebuah mimpi terburuk Yeonjun dalam hidupnya.

"Telpon Papa Taemin, Piri sama Om Jihoon!"

•••

"Rival?" Papanya mendekat namun membuat Yeonjun semakin ketakutan. Memangnya siapa yang tidak ketakutan ketika mengingat siapa orang yang membunuh ibumu sendiri?

"Dan masuk!" teriak Hwall dari dalam mobil.

"Oh, teman-temannya Rival. Apa kabar?"

Hyunjin keluar dari mobil dan menatap Seungri dari sisi mobilnya. Yeonjun masuk ke dalam mobil dengan tubuh gemetar ketakutan. Hwall memberikan sebotol air pada Yeonjun untuk menenangkan diri. 

"Malam, dan kami baik. Tapi Daniar sama sekali belum membaik setelah Om Seungri—"

"Bunuh Tante Sandara."

"Ah, Dara ya?" Sungri hanya tersenyum miring saat menyebut almarhumah istrinya itu. "Saya sepertinya juga salah sasaran membunuh ayah kamu, nak."

"Ayah?"

"Iya, Aryasena Bogum Pratama. Harusnya saya memastikan Irene tidak ada di dalam mobil yang sama. Yah, apa boleh buat Irene dan Bogum sama-sama meninggal dalam kecelakaan yang saya buat hanya untuk Bogum."

"Ah, sudah saya duga. Jadi saya sudah merekam semuanya." Hyunjin mengangkat ponselnya ke udara dan menggoyang-goyangkannya di hadapan Seungri. "Kami tidak akan membiarkan Daniar kembali pada Anda."

"Ah, sama saja dengan membuat Radisa membenci Daniar, kan?"

"Beruntungnya, Disa bukan orang yang seperti saya."

"Seungri!"

"Hyunjin!"

"La?" Ryujin dalam mode Ela datang bersama orang tuanya, Papa Taemin, Piri Jinki, dan dua orang lagi yang Hyunjin tidak yakin itu siapa.

Mereka mendekati Hyunjin dan melihat Yeonjun masih ketakutan di dalam sana. Ela langsung masuk dan berusaha menenangkan kakak sepupunya itu.

"Ardi, masuk! Daniar bawa pulang sekarang. Piri sama yang lain harus bicara sama ayahnya Yeonjun ini." Jinki menyuruh Hyunjin untuk kembali ke rumah. "Viva, kamu ikut mereka."

"Lo—"

"Nanti aja, gue jelasin sekaligus mau minta tolong sama kalian. Tapi gak di sini, Papa gak boleh nyentuh Daniar."

"Papa?"

"Nanti aja! Udah, jalan cepetan!"

•••

"Ikut! Wonpil gak akan suka kalau ada yang berbuat onar di tempatnya." Ayah Ryujin yang berbicara. "Selesaikan ini di rumah.

"Soal Wonpil biar saya yang atasi. Tapi soal anak-anak saya tidak bisa di tunda. Radisa kirim bukti sabotase mobil mas Bogum sedari bulan lalu. Disa harus merasakan kepergian Maminya gara-gara bajingan satu ini."

"Jadi, kalian mau mengirim saya ke penjara lagi?"

"Bukan!" Suara Yeji terdengar bersama suara sirine mobil polisi. "Saya melaporkan pelaku pembunuhan Aryasena Bogum Pratama dan Irene Puspita. Bersamaan dengan kasuk kekerasan dalam rumah tangga pada Daniar Yeonjun Rivaldi, Aviva Rastya dan istrinya yang sekarang Yuri Paramita. Saya tau, dulu Om Seungri hanya dijatuhi hukuman hanya untuk pembunuhan Sandara Natalie."

Yeji berucap dengan tegar sembari berurai air mata. Di belakangnya tampak Hyunjin, Hwall, Jeongin, Ryujin, Yeonjun, Minho dan Viva yang menguatkan Yeji. Tanpa menunggu waktu lama, polisi membawa Seungri ke dalam mobil polisi yang mereka bawa.

Alasan mengapa Seungri tidak langsung dijatuhi hukuman untuk semua perbuatannya pada masa itu, Seungri sudah berjanji untuk berubah dan orang tua Ryujin selaku kakaknya memberikan kesempatan kedua. Namun, tentu saja mereka tidak percaya begitu saja. Selama beberapa lama bebas dari penjara, Seungri melakukan tindakan kdrt pada istrinya yang sekarang dan pada Viva. Minho di sana juga berperan penting untuk membobol semua jaringan demi menemukan bukti atas semua kejahatan yang dilakukan.

"Ah, Viva itu adik tirinya Daniar." - The Princess

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang