41. What I Saw

149 16 0
                                    

Hyunjin Nisa, berdiri di tengah pintu yang menghubungkan kamarnya dengan ruang tamu asrama yang ditempatinya.

Di ruang tamu asrama, Heejin terlihat mengerjakan sesuatu dengan begitu semangatnya bahkan dengan senyuman lebar. Tak lama, Heejin membuka pintu dan melambai pada seseorang.

"Nisa!" panggil Heejin masih dengan senyum lebarnya.

"Kamu ngapain?" tanya Hyunjin Nisa.

"Abis ngerjain laporan, hehehe. Dibantuin Ardi dong."

"Hmm, emangnya Ardi gak di marahin ibu asrama kalo jam segini masih di asrama cewek?"

"Asal gak ketauan sih." Heejin masih tertawa lebar dan membereskan barang-barangnya dan berjalan mendekati pintu kamarnya. "Oh ya, kamu sama Raditya itu gimana?"

"Aku sama Radit cuma temenan," jawab Hyunjin nisa seadanya.

"Bukannya kamu suka sama dia?"

"Enggak, aku gak ada perasaan apapun sama dia."

"Beneran?" Hyunjin Nisa mengagguk meyakinkan. "Yaudah, aku tidur duluan."

Hyunjin Nisa hanya diam memandangi pintu kamar Heejin

•••

Yeonjun menatap adik sepupunya datar. Biasanya ia akan bersikap begitu kalau yang berbicara padanya itu Ela, tapi kali ini benar-benar Ryujin yang berbicara. Yeonjun bersikap seperti itu karena Ryujin memaksa untuk melawan salah satu pembalap perempuan lain yang menantangnya.

"Bang Daniaar, boleh ya."

"Ryu, dengerin gue! Lo janji apa ke Ardi?"

"Gue tau kalo Ardi ngelarang gue ke arena, tapi lo pikir gue bakalan diem aja kalo ada cewek seenaknya meng-claim Ardi?"

"Maksud lo?"

"Selama tiga bulan gue gak ada di arena, ada cewek yang dengan santainya ngakuin kalo dia Ratunya Ardi. Lo kira gue terima?"

"Siapa?"

"Manusia kopi saset!"

"Ha?"

"Good Day," jawab Ryujin ketus. "Bego banget punya abang."

•••

"Wow, Ratunya mana bos?" tanya seseorang berbaju merah pada Hyunjin.

"Iya nih, Yang Mulia Ratu-nya mana?"

"Sepi banget lah gak ada Ratu." Yang lain menambahi. "Lo sembunyiin di mana, Ryujinadiya Elanor?"

Hyunjin hanya diam dan menatap datar saat orang yang terakhir bicara menyemburkan asap rokok dari mulutnya ke wajah Hyunjin. Minho, Bangchan, Han, Changbin dan Woojin sendiri hanya tertawa kecil melihat kelakuan rival mereka ini. Tak lama, ada seseorang yang menggandeng tangan Hyunjin yang malah disambut tertawaan lebar dari tiga orang tadi.

Jangan salah, Hyunjin memang Rajanya Arena. Tapi tidak sekalipun menyentuh barang kaya akan nikotin itu. Apalagi cairan yang bahkan bisa digunakan untuk membersihkan luka dan bisa terbakar.

"Ardi, udah lama gak liat kamu turun ke jalan."

"Lo, siapa ya manggil gue Ardi." Hyunjin hanya menatap gadis di sebelahnya tetap datar dan tanpa berusaha melepaskan gandengan tangannya dari gadis itu.

"A-Aaw!" pekik gadis tadi.

"Ganjen banget lu jadi cewek!" Ryujin datang dengan menarik rambut gadis itu cukup kencang.

Hyunjin mengangkat sudut bibirnya sangat sedikit sambil menarik pelan lengan Ryujin ke dalam pelukannya. Ryujin sendiri yang biasanya menolak perlakuan 'romantis' Hyunjin di depan umum, kini dengan senang hati menyandarkan kepalanya di dada Hyunjin.

"Di, aku gak suka diremehin. Aku boleh lawan Viva kan?"

"Pengennya bilang enggak, tapi kesel juga kamu di remehin sama orang lain."

Yeonjun yang tadinya datang bersama Ryujin tidak habis pikir dengan kebucinan Hyunjin pada adik sepupunya ini. Meskipun saat ini Yeonjun tinggal di rumah keluarga Pratama atas permintaan orang tua Ryujin, tetap saja Yeonjun tidak bisa memahami kelakuan anak tertua keluarga Pratama ini.

"Sapa nyariin Ratu Arena tadi?" ucap Viva agak keras. "Ryujin mau lawan gue."

Sorak sorai mulai terdengar, tapi wajah datar Hyunjin mendadak kembali. Membiarkan Ryujin berjalan mendekati motor sport milik Yeonjun.

"Lo menang jadi Ratu."

"Gak, gue menang Hyunjin buat gue."

Hyunjin hanya diam mendengar Viva malah mempertaruhkan dirinya. Ryujin hanya tersenyum miring dan melepaskan tangannya dari stang motor.

"Gak berubah ya lo?" Ryujin memberi tanda pada orang yang membawa bendera. "Gue gak akan lepasin Hyunjin, kecuali Hyunjin sendiri yang mau pergi dari gue."

"Nad, turun!" suara dingin Hyunjin kembali terdengar. "Gue, Ryu sama Yeonjun, mulai hari ini gak akan turun arena lagi. Dan Viva, seandainya Ryu terima taruhan lo dan lo menang. Gue gak sudi punya cewek kaya lo. Lagian, lo nyuruh Yongha mutus kabel rem motor ini, kan?"

"Gue kira lo gak tau, Di." Changbin menatap kagum akan ketelitian ketua timnya ini.

"Di! Aldi, Alif sama Disa jemput lo di ujung gang."

"Kita gak turun balapan bukan berarti kita gak kesini kok. Bye, guys!"

Semua orang yang ada di sana terdengar bisikan yang saling bersahutan begitu Hyunjin menggandeng Ryujin untuk pergi yang diikuti Yeonjun, dan rekan satu tim mereka yang lain.

"Awas lo, Nad!"

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang