84. Let Her Go 2

89 17 0
                                    

"So, how was it going?" Hyunjin menatap Joanne bingung. "Your day without her."

Ia terdiam dan menatap hamparan air danau di hadapannya. Mengingat-ingat, lima tahun belakangan ini apa yang terjadi padanya. Diam-diam melamun saat berada di kelas, berhalusinasi keberadaan Ryujin. Hyojin sendiri hampir memvonisnya dengan gangguan halusinasi jika ia tidak sadar.

"Almost being crazy."

Tak hanya mereka berdua yang ada di sana. Chaewon dan yang lain juga berada di tempat yang sama. Piknik sore sebelum dua hari kemudian mereka harus kembali ke kampung halaman masing-masing.

Joanne mendengarkan dengan khidmat. Beberapa hal yang diceritakan Hyunjin padanya. Berusaha memahami kesedihan yang dialami oleh teman barunya ini.

"When i saw you, i thought you was her. Back alive or my memory about her just a nightmare. Or you were just my another hallucination."

Keningnya mengernyit bingung saat melihat lawan bicaranya memberikan telapak tangannya padanya.

"Proof it!" perintah si gadis. "Am i real, or just your imagination."

"You're real. Your gaze is very different from hers." Mata elang milik anak tertua keluarga Pratama itu menatap mata milik gadis Shin dengan dalam. "Your gaze is filled with sympathy for me, while hers is looking at me with love."

"Don't you see me like you see her?" Joanne mengangkat sedikit satu sudut bibirnya. "You look at me with love."

"How can i controll it?"

"Up to you," jawabnya dengan nada sedikit kesal. "Even though I have no feelings for you, don't you dare to look at me with love if your love isn't for me."

•••

Chaewon menatap Joanne yang berdiri dan berjalan mendekati Yeji. Baginya, semua hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya membawa Hyunjin dan yang lain ke tempat ini.

"Kenapa sih?" tanya Yunseong yang asik memakan kue pie di sampingnya.

"Aku gak tau kalau bakalan kejadian kaya kemarin."

Yunseong menaruh piringnya dan menatap kekasihnya itu dengan senyuman teduh. Tangannya mengelus sayang sang puan yang menatap sahabat kecilnya dengan tatapan sendu.

"Gak apa, kamu udah berusaha dengan baik demi Ardi."

"Kamu nggak cemburu aku lebih peduli sama Ardi?" Jujur saja Chaewon takut jika suatu hal terjadi seperti di masa lalu.

"Buat apa?" Yunseong menghentikan usapan tangannya dan beralih menggenggam kedua tangan orang yang berstatus kekasihnya itu. "Sedari kamu kecil, si kembar udah jadi bagian hidup kamu. Tanpa Aldi aku gak akan bisa kenal kamu, tanpa Ardi juga aku gak akan tau kalau kamu ada di sini. Mereka berdua udah berani kasih kepercayaan orang asing kayak aku buat jagain kamu setelah kejadian sebelumnya, gak sepantasnya aku ngelarang kamu buat sayang sama mereka."

Chaewon tertegun mendengar penjelasan Yunseong. Tidak ingin mengingat masalalunya, tapi semuanya tiba-tiba terputar dan menjadikannya membandingkan Yunseong dengan Seungmin.

"Loh kok nangis?" ucapan spontan Yunseong menarik perhatian yang lainnya.

"Lo apain Adis?!" Hwall yang maju pertama kali saat melihat Chaewon menutupi wajahnya.

"D-dis, kok nangis?" Yunseong yang panik melihat Chaewon menangis menjadi semakin panik melihat wajah Hwall yang berubah menyeramkan. "Aku salah ngomong ya? Aku minta maaf ya, aku harus apa biar kamu mau maafin aku?"

Chaewon hanya menggeleng dan masih menutupi wajahnya namun tangisannya semakin keras.

"Seong, lo bener-bener ya!" Felix menarik kerah baju Yunseong secara tiba-tiba.

"ADIT JANGAN!!!" Chaewon berteriak saat saudara kembarnya itu hampir memukul Yunseong. "GUE CUMA MERASA BERSALAH GARA-GARA OVER THINKING TERUS KE YUNSEONG. GUE TAKUT YUNSEONG JADI KEK SI BANGKE TERNYATA DIA GAK GITU."

Felix langsung melepaskan tangannya, dan Yunseong tersenyum lebar sambil meletakkan tanggannya di pipi Chaewon yang memerah dan basah karena menangis.

"Dis, aku sayang sama kamu. Mana mungkin aku nyakitin kamu kaya gitu. Kalo aku pukul kamu, Aldi boleh patahin tangan aku dan Ardi boleh ngelindes kakiku pake motornya. Kalo ucapan aku nyakitin kamu, Adit boleh potong lidahku."

"Cringe sih, tapi tawaran bagus pak." Felix menepuk keras punggung Yunseong.

"Gue bantai lo sampe Adis kenapa-napa."

"Eh! Gue ngapain dong kalo gitu?" tanya Haechan.

"Dokumentasi aja Chan, gue bagian properti." Yeonjun menjawab Haechan.

Di sisi lain Hyunjin tersenyum lebar dan berjalan mendekati Joanne yang tadinya berjalan menjauhinya.

"You're right. I was so stupid to forget the fact that I had to protect my family and friends rather than being sad."

Joanne menatapnya dengan satu alis terangkat.

"I have to let go, and continue the life that God gave me."

Tbc

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang