48. I Am (NOT) You

143 13 4
                                    

Edgar atau Jinyoung berjalan sendirian menyusuri koridor asrama. Masih pukul dua belas siang dan kelas terakhirnya setengah jam lalu berakhir. Seketika memperhatikan seseorang perempuan yang berdiri di depan kamarnya. Tidak banyak perempuan mendatanginya di asrama secara langsung seperti ini, biasanya mereka akan menemui langsung di kampus atau menghubunginya terlebih dahulu.

"Mau apa?" tanya Jinyoung to the point.

"Lo suka sama Ryujin, 'kan?" tanya perempuan itu. "Gue bisa bantuin lo dapet Ryu."

Jinyoung hanya diam. Wajahnya semakin datar dan tanpa ekspresi, begitu mendengar ucapan perempuan di hadapannya. Perempuan yang sama dengan yang ada di Arena bersama Viva dan Yongha. Perempuan yang sama, yang saat ini menyukai Hyunjin Ardi.

"Lo, bener satu hal soal gue suka sama Ryujin. Gue apresiasi lo yang segigih itu dapetin Hyunjin, tapi lo salah kalo gue mau rebut Ryujin dari Hyunjin. Lo, jangan pernah sentuh Ryujin atau lo tau akibatnya." Jinyoung bersikap tegas dengan perempuan itu dan tidak mempedulikan tatapan marah yang dilayangkan padanya. "Excuse me, Princess. Lo berdiri di depan pintu asrama gue."

Perempuan itu bergeser tapi terus menatap nyalang Jinyoung yang menghilang di balik pintu. Sepertinya, ia tidak memperhitungkan jawaban Jinyoung.

"Satu lagi, lo gak lupa kalo kamar sebelah ini kamarnya Daniar, 'kan?" Jinyoung memunculkan kepalanya dari balik pintu. "Seinget gue, Soobin yang sekamar sama Daniar gak ada kelas hari ini."

"Sorry Princess, i'm not you."

•••

"Jen, bengong mulu? Kangen Siyeon?" Jaemin yang duduk di sebelah Jeno heran melihat Jeno yang biasanya banyak tingkah, kini hanya duduk diam melamun. Jeno sendiri hanya menghela napas pelan mendengar pertanyaan Jaemin.

"Bukan," jawab Jeno singkat.

"Apaan? Daniar? Kan udah baikan sama Ardi, keluarganya Adit juga. Tinggal serumah sama Ardi pula."

"Ardi punya dua nomor?"

"Ha? Plat nomor dia punya tiga, motor yang biasa dia bawa ke kampus, arena sama satu mobilnya."

"Nomor telepon, bego!"

"Oh, cuman satu kok." Jaemin menjawab dengan santai. "Yang lo lamunin gak penting banget sih."

"Masalahnya, gimana cara Jeanne nelpon Ardi kalo hapenya dicharge di sekret? Di sebelah gue dalam posisi mati!?" Jaemin diam mencerna ucapan Jeno yang memang terdengar janggal. Bagaimana bisa ponsel dalam keadaan mati di hubungi dan tersambung.

•••

Ryujin duduk di berhadapan dengan kakaknya yang mencatat sesuatu di jurnalnya. Ryujin sendiri hanya menunjukkan wajah sembab karena begadang mengerjakan tugas hingga hampir menjelang subuh. Hanya sayang sekali ketika sampai kampus, dosen pengajarnya tidak hadir karena suatu halangan yang membuatnya langsung ambruk karena mengantuk, kelelahan dan kesal dalam satu waktu.

"Jadi, kamu tadi malam tidur jam berapa."

"Tadi malam? Ryu tadi malam gak tidur, Mas." Ryujin menjawab dengan cengiran lebarnya. "Tapi tadi setelah sholat subuh Ryu baru tidur."

"Daniar tau?"

"Bang Dani 'kan beda kamar asrama sama Ryu. Lagian Ryu gak bohong kok. Ryu emang tidur abis sholat subuh, tapi bukan karena Ryu abis dari Arena." Ryujin menjelaskan dengan cengiran lebarnya. "Ryu ngerjain tugas sampe pagi, eh dosennya gak dateng dan katanya di kumpulin minggu depan. Gak jadi hari ini."

Hyojin memijat kepalanya pelan. Tidak habis pikir dengan sisi ambisius adiknya dan jika Hyojin ingin memarahinya, keluarlah jurus 'menggunakan kata ganti orang ketiga untuk diri sendiri' ala Ryujin yang sedari kecil dilakukannya untuk membujuk kedua orang tua mereka dan tentu saja dirinya. Sayangnya, selalu berhasil membuatnya luluh.

"Abis ini ada kelas atau enggak?"

"Enggak." Singkat dan jelas.

"Buat besok ada tugas yang belum diselesaiin?"

"Ada, tapi nunggu anggota kelompok lain. Soalnya Ryu bagian edit makalah sama bikin ppt."

"Udah makan?"

"Belom."

"Ardi udah selesai kelas?"

"Udah, itu Ardi di depan."

"Kalo gitu, abis ini balik ke Asrama, atau makan dulu, terserah. Jangan lupa minum obat, terus tidur. Ngedit makalah bisa minta tolong Ardi buat bantuin, sekalian pptnya minta bantuan Aldi bikinnya."

"Hehehe, sayang Mas Bagas." Ryujin berdiri dan langsung memeluk kakaknya itu dengan sayang.

Hyojin menggeleng melihat kelakuan adiknya yang seperti bocah lima tahun saat bersamanya. Ryujin sendiri juga langsung berlari keluar ruangan yang ditempati Hyojin tadi, mendekati Hyunjin yang menunggu di luar ruangan.

"Ardii!" panggil Ryujin. "Ayo balik ke asrama, tapi gue pengen makan ke Resto All You Can Eat dulu, hehe."

Hyunjin hanya tersenyum memandangi Ryujin yang terlihat begitu ceria, dibandingkan saat berangkat ke tempat calon kakak iparnya itu.

"Apasih yang enggak buat kamu, Ryu."

Astaga bucin.

Tbc

Mohon maaf telat
Dikit pula :"

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang