65. Gone Wrong

136 16 3
                                        

Di ruangan yang temaram, ia hanya menatap sendu yang ditambah dengan senyuman tipis yang membuatnya tampak menyedihkan. Sementara dirinya yang sedari awal bersembunyi di balik pintu tersenyum lebar. Begitu cantik jika saja tangan kanannya tidak memegang sebilah pisau.

"Percuma Hyunjin sama Yeonjun ada di kamar sebelah." Dia Heejin yang entah sejak kapan sudah berada di kamar Ryujin dengan membawa pisau. "Kalian bertiga, kalau tubuh ini mati pasti kalian juga ikut mati."

Ryujin masih dengan posisi yang sama dan ekspresi yang sama. Tanpa ada ketakutan terlihat pada wajahnya ataupun gestur tubuhnya. Bahkan tidak terlihat ingin menanggapi orang yang selama ini ia anggap teman baiknya.

"Jeanne, kasih gue kesempatan." Ryujin menghela napas pelan sebelum berucap kembali. "Gue tau lo gak akan kasih gue kesempatan hidup lagi, gue butuh telpon Bang Daniar buat yang terakhir."

"Oke, itung-itung permintaan terakhir lo, kan?"

Ryujin menggapai ponselnya dan mengetikkan nomor Yeonjun secara manual. Tanpa memperdulikan keberadaan Heejin yang bersiap untuk membawanya ke peristirahatan terakhirnya. Beberapa saat berlalu dan Yeonjun mengangkat teleponnya.

"Bang!" Ryujin berbicara dengan nada yang seperti biasanya dan tanpa menunjukkan perubahan nada. "Ryu, mau minta maaf udah nyusahin abang, Mas Bagas, Mama-Papa terutama Ardi. Abang jaga Disa baik-baik, Abang baru dapet restunya Ardi. Jangan dibikin sedih Disanya. Oh iya, bentar lagi ulang tahun Lia, hadiahnya ada di lemari Ryu. Udah Ryu kotakin yang warna pink. Ryu sayang kalian, Om Seungri juga."

Ryujin menutup teleponnya dan memandangi layar ponselnya yang terpampang fotonya bersama Lia, Yeji, Chaeryeong, dan Yuna saat liburan bersama beberapa tahun lalu.

•••

Yeonjun mengerutkan keningnya saat Ryujin menutup panggilannya sebelum ia mengatakan apapun. Hyunjin yang ternyata belum tidur, menatapnya dengan bingung.

"Kenapa lo?"

"Ryujin tiba-tiba telepon. Ngomong panjang banget tapi langsung di tutup."

"Hah? Ngomong apaan?"

Tling!

Ponsel Hyunjin berbunyi. Satu pesan masuk berasal dari saudara kembarnya.

Cadel
|Bang feeling mamas gak enak.

Mengingat kemampuan Hwall yang memiliki intuisi yang sangat kuat, Hyunjin langsung bergegas keluar kamar dan mengetuk kamar di sebelahnya dengan brutal. Yeonjun ikut keluar dan menyadari bahwa kamar Ryujin tidakt pernah dikunci.

"JEANNE! GUE TAU LO DI DALEM SAMA RYUJIN!!"

•••

"Udah?"

Ryujin tidak menjawab dan hanya tersenyum melihat ekspresi Heejin yang tersenyum begitu manis. Kakinya melangkah pelan mendekati teman yang pertama kali dikenalnya saat perawatan D.I.D nya di Rumah Sakit. Tubuhnya bergerak memeluk erat Heejin dengan air mata yang tiba-tiba mengalir di kedua matanya hampir bersamaan. 

"Kenapa kita harus suka orang yang sama?" ucap Ryujin dengan suara lirih. Tentu saja masih didengar Heejin.

Pekikan kesakitan terdengar bersamaan dengan jari-jari Ryujin menggenggam erat baju bagian belakang Heejin. Air matanya tidak berhenti keluar dan tetap merasakan bagaimana lapisan kulit di punggungnya terbelah dengan beda tajam dan terus masuk ke dalam.

"JEANNE! GUE TAU LO DI DALEM SAMA RYUJIN!!"

"HEEJIN LO APAIN ADEK GUE?!" suara Hyojin terdengar setelah teriakan Hyunjin terdengar.

•••

"Di, Ryu gimana?"

Lia, Chaeryeong, dan Yuna datang dan langsung menanyakan keadaan sahabat baiknya. Hyunjin hanya menatap mereka bertiga dengan penuh perasaan bersalah. Hyojin dan Yeonjun pergi untuk mengurus Heejin dengan keluarganya mengenai Skizofrenia yang dialaminya.

Yeji datang bersama Hwall, Jeongin, Kembar Mahendra dan juga Seungmin. Yeji langsung memeluk Hyunjin yang begitu terlihat terpuruk sembari menangis tersedu-sedu. Chaewon ikut menangis di pelukan saudara kembarnya.

"Gue gagal jaga Ryujin." Hyunjin yang pada saat kematian ibu kandungnya hanya menampakkan raut datar, tidak menangis bahkan setitik air matapun. Kini menangis karena gagal menjaga orang yang dia sayangi untuk yang kedua kalinya.

Hyunjin Ardi, putra tertua keluarga Pratama yang memiliki predikat Raja Arena. Selalu menampakkan wajah garangnya pada setiap musuhnya. Seorang sahabat yang rajin memerikan wajah konyolnya pada orang-orang terdekatnya. Kini hanyalah seorang laki-laki yang rapuh dan siap untuk hancur karena gagal melindungi kekasihnya.

"Gue gagal jaga Ryujin. Sekarang dia gak mau bareng lagi sama dia. Ryujin gak mau bangun lagi."

Mereka yang datang mengharapkan bahwa Ryujin hanya tidur sebentar dan menantikan nanti akan terbangun kembali, pupus sudah. Apalagi wajah lelah sekaligus khawatir milik orang tua Ryujin yang baru datang dan langsung mendengar kabar buruk tentang putri bungsunya.

Malam itu, seorang gadis telah menempati tempat peristirahatan terakhirnya. Menyisakan berjuta kesedihan bagi keluarga, sahabat dan orang terdekatnya.

Rest in Peace Ryujinadiya Elanor

TBC

Cerita ini tidak ditujukan untuk menjelekkan karakter lain.

Cerita ini sudah dirancang jauh hari, jadi sulit untuk mengubah agar beberapa kejadian tidak terjadi atau berganti.

Sebenarnya adegan kematian ini seharusnya ada di kejadian penculikan Yeji dan Jeongin

Mohon maaf sudah mengecewakan dan terimakasih sudah bersedia membaca cerita ini

NOT [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang