AL-35. Key

23.2K 1.5K 1
                                    


Suasana koridor lantai satu sepi. Sore ini, semua anak sedang mengikuti pramuka. Namun, ada pemandangan berbeda di depan pintu kamar mandi di ujung lorong. Dua orang gadis sedang menatap pintu di depan mereka. Pintu itu terkunci, dan seseorang sedang berusaha mendobraknya dari dalam.

"Hahah," salah satunya tertawa puas, sementara satu lainnya cemas menoleh kanan kiri takut ketahuan.

Ya, benar. Gadis itu adalah Gita, bersama temannya, Lala.

Mereka berdua sudah bolos dari apel pembukaan pramuka dengan berpura-pura sakit, lalu nongkrong di kamar mandi untuk merapikan riasan. Kemudian ketika keluar, kebetulan sekali mereka bertemu Fita dan Nadin yang hendak menuju kamar mandi. Lalu, ide itu pun muncul.

"La, gue mau ambil kunci kamar mandi di pak satpam. Lo jaga biar Nadin tetap di sini, halangin dia keluar," titah Gita setelah bertemu mereka. Matanya memancarkan dendam, dan Lala takut Gita sepertinya benar-benar sakit psikisnya.

"Git, lo udah gila, ya? Gue nggak mau ikutan!"

"Jadi lo ngelawan gue? Lo mau jadi kaya mereka juga, hah?"

Ancaman itu membuat Lala tak berkutik. Dibiarkannya Gita melenggag pergi untuk mengambil kunci toilet dari pak satpam yang sudah ia kenal. Entah kebohongan apa yang akan Gita lakukan agar tujuannya terpenuhi.

Lala cemas menunggu, dan ia sedikit lega Nadin tak juga keluar dari kamar mandi meski ia tak mencegahnya. Lala tak perlu melakukan apapun untuk menjebak Nadin. Tapi sama saja, ia tak melakukan apapun untuk mengingatkan Nadin. Duh, Lala.

Dan akhirnya, Gita berhasil melancarkan aksinya, mengunci pintu kamar mandi sebelum Nadin menyadarinya.

"Lo mau apa sekarang, Git?" Lala bertanya pelan, takut nadin di dalam menyadari keberadaan mereka. Sedari tadi, ia ingin sekali membukakan pintu itu untuk Nadin yang meminta bantuan berkali-kali. Namun, ia tak ingin melawan Gita dan merasakan seperti Nadin.

"Mau nonton Nadin minta tolong, hahaha."

Lala mendelik. Sungguh, Gita sudah tak bisa dihentikan. Gita butuh pertolongan.

Dan sebuah suara tiba-tiba menginterupsi mereka.

"Gita? Lo lagi ngapain di sini, Dek?"

Keduanya menoleh kaget.

"Abang?" Gita terkejut mendapati Anton, abangnya yang tiba-tiba saja datang dari koridor.

"Abang ngapain di sini?"

"Mau pulang, lah! Lo ngapain, Dek? Bukannya harusnya lagi di lapangan sekarang? Pramuka udah mulai, noh,"

"Anu, itu.. gue lagi mau ke kamar mandi, Bang!"

Anton menatap curiga. "Emang boleh lo izin selain pas istirahat?"

Gita meringis. Lala, pucat pasi. "Gita kebelet, Bang!" Ujar Lala akhirnya.

Anton masih menatap dengan pandangan menyelidik. "Oh, yaudah, gue pulang duluan. Nanti lo dijemput sopir Pak Bos."

Pak Bos, Papa maksudnya.

Gita mengangguk cepat, berharap kakaknya itu segera pergi. Namun sayangnya, saat ia hendak melanjutkan langkah menuju parkiran, dari dalam kamar mandi malah terdengar suara seseorang yang tadi tak bersuara.

Brak, brak, brak. "Permisi.. ada orang di luar?"

Matanya membulat sempurna.

Gita dan Lala, langsung mematung dan pucat pasi. Gita tak menyangka, nadin meminta tolong pas saat kakaknya ada di sini.

AfterlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang