Dua tahun lalu, hari pertama sekolah SMA.
Pagi yang cerah untuk Nadin. Matahari terbit dengan indahnya, disertai langit cerah yang menyemburat violet jingga.
Gadis itu menguap, selepas subuh ia tertidur lagi dan bangun setelah sepuluh menit. Itu pun karena alarm yang sengaja ia pasang agar tidak keterusan tidur hingga siang menjelang.Sebab, ya!
Ini hari pertamanya masuk SMA. Mengingat itu membuat Nadin tersenyum lebar. Ia kemudian menyingkap selimut, bangun dari kasur dan segera merapikan seprei. Matanya yang masih belum sepenuhnya terjaga ia kedip-kedipkan, berharap kantuk itu segera hilang.Nadin melihat jendela, lantas tersenyum melihat gumpalan awan seputih kapas yang tampak cantik di angkasa. Meski kamarnya tak dapat melihat matahari terbit, namun ia masih bisa memandangi langit sepuasnya dari balkon dan jendela. Dan setelah mengumpulkan niat, Nadin menuju kamar mandi untuk mandi air hangat.
Setengah jam kemudian, ia sudah rapi dengan seragam barunya. Putih abu-abu, seragam yang ia nanti-nantikan sedari dulu. Dan akhirnya, kini ia resmi menjadi anak SMA!
Senyumnya terkembang menatap cermin.So, new world, im ready!
***
"Nadin cantiknya masyaAllah..,,"
Tante Rina menyambutnya dengan senyum ketika ia bergabung ke meja makan. Nadin terkekeh, malu."Akhirnya jadi anak SMA juga, ya," Tante Rina mencolek dagunya. Nadin tertawa. "Apasih Tante!"
Beberapa saat kemudian, Om Permana bergabung dan ikut menyelamatinya atas hari pertama masuk SMA. Lucu, Nadin serasa masuk SMA menjadi momen penting tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Om Permana dan Tante Rina.
Bagaimana tidak, Tante Rina lah yang heboh sekali menyuruhnya mendaftar SMA di sekolahnya kini. Tante Rina yang mempromosikan segalanya, kepada ia maupun teman-temannya.
Dan alasannya tak lain dan tak bukan, adalah karena Kak Rayhan juga bersekolah di SMA yang hendak ia tuju.
Ia masih ingat, Tante Rina berkata, "SMA Persada itu bagus.. Tante termasuk yayasan di sana. Dan Rayhan termasuk cogan di sana,"
Nadin terbahak mendengarnya.Ah, orang yang sedari tadi diceritakan muncul juga di meja makan. Rayhan turun dari kamarnya dan bergabung di meja makan tanpa berkata apa-apa. Ia duduk dan menyantap sarapan dengan tenang.
Nadin mengulum senyum. Jadi, akhirnya ia dan Kak Rayhan akan satu sekolah? Sedari TK, bahkan hingga ia tinggal di rumah Rayhan saat SD, ia tak pernah bersekolah di tempat yang sama dengan Rayhan. Rayhan bilang, ia malu dikira punya adik perempuan.
Dan saat SMA kini, Nadin berpikir Rayhan tak lagi malu dengan dirinya yang dianggap adik perempuannya. Mungkin memang rayhan menganggap Nadin adalah adiknya, mungkin.
"Nanti kamu harus jagain Nadin, ya, nak. Pokoknya mama titip Nadin sama kamu," ucap Tante Rina pada Kak Rayhan di meja makan pagi itu. Nadin hanya meringis, tertawa. sementara Rayhan hanya mengangguk tak jelas sambil mengunyah makanannya.
Tapi ternyata, harapan Tante Rina tak menjadi kenyataan. Di sekolah setelah Nadin dan Rayhan turun dari mobil di gerbang depan, cepat-cepat rayhan pergi dan tak menoleh lagi ke arah Nadin sepanjang hari itu.
Pagi itu, Nadin pertama kali menginjakkan kaki dengan seragam putih abu di SMA Persada. Ia melihat sekeliling dengan pandangan berbinar, penuh rasa ingin tahu pada sekeliling. Lautan siswa berseragam sama beramai-ramai memasuki sekolah lewat gerbang depan yang terbuka lebar.
"Hati-hati ya, nak," Tante Rina mengelus kepala Nadin dan tersenyum saat menyalaminya di dalam mobil. Nadin balas tersenyum. "Iya, Tante,"
"Tugas MOS nya udah semua, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterlight
EspiritualBagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu? Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya. Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa...