Jam di handphone Nadin menunjukkan pukul 3.30. Nadin terbangun setelah mematikan alarm. Waktunya shalat tahajjud.
Bangunin Kak Rayhan gak ya? Tanyanya dalam hati.
Coba aja, ah. Siapa tau kali ini berhasil.
Kakinya ia langkahkan ke kamar seberang, kamar Rayhan.
Tok tok..
Ia mengetuk kamar Rayhan. Tak ada balasan, ia mengetuk lagi.
"Kak?" Panggilnya.
Yah, kayaknya gagal lagi bangunin Kak Rayhan tahajjud. Hatinya mendesah kecewa.
Saat ia hendak berbalik, tiba-tiba pintu kamar di depannya terbuka.
Rayhan, dengan wajah mengantuknya keluar."Apa?" Tanyanya dengan wajah kuyu. Ia menguap lebar.
"Shalat tahajjud yuk, Kak," ajak Nadin. Senyumnya terkembang.
Alis Rayhan tertaut. "Serius lo ngajakin gue shalat tahajjud?"
Nadin mengangguk. Kenapa emang?
"Nggak."
Dan, bruk! Pintu kamar bertempel sticker sepakbola itu tertutup, dihempas oleh Rayhan begitu saja di depan wajah Nadin. Tuhkan, sok cool. Atau emang cool beneran.
Hhh. Nadin menghela nafas. Gagal. Yasudah, ia shalat sendiri saja.
For your information, rumah ini hanya ditempati berdua oleh Nadin dan Rayhan. Rumah minimalis ini merupakan hadiah dari Tante Rina saat Nadin dan Rayhan menikah. Tentu saja, mereka belum menikah secara resmi. Baru akad tapi belum dicatat di KUA. Nanti bisa heboh kalau dunia tau.
Setelah shalat tahajjud, Nadin menunggu waktu subuh dengan membaca Alquran. Nanti saat adzan, ia akan kembali membangunkan Rayhan untuk shalat. Kalau belum bangun juga, nanti jam 5 Nadin akan membangunkan Rayhan lagi.
Capek? Itu sudah rutinitas Nadin sejak 3 bulan lalu. Sejak insiden Rayhan ditahan di polres, yang mengakibatkan Tante Rina hampir pingsan karena menangis kecewa. Dan setelah itu, keputusan orangtua Rayhan sudah bulat. Tante Rina dan Om Permana yang sudah dua tahun ini sering pulang pergi ke luar negeri, sepakat menikahkan Rayhan dengan Nadin.
Alasannya? Agar Rayhan belajar tanggungjawab dengan menjadi suami. Selain itu juga karena mereka lebih percaya kepada Nadin untuk menjaga Rayhan dan mengubah sifatnya. Karena mereka sudah jarang pulang ke rumah, Nadin menjadi penghubung komunikasi mereka dengan Rayhan.
Kalau kata Tante Rina, "buat apa nunggu-nunggu untuk dinikahin? Toh nanti-nanti juga Nadin sama Rayhan bakal dinikahin. Saya ngga mau kalau mantu saya bukan Nadin. Kalau bisa sekarang, kenapa ditunda?"
***
"Kak, itu sayurnya dimakan, dong. Aku udah capek masakin," ucap Nadin pada Rayhan. Saat ini mereka sedang sarapan, setelah tadi subuh Nadin hampir mengguyur Rayhan dengan air karena tidak bangun-bangun untuk shalat.
Tidak ada reaksi, Nadin berinisiatif menyendokkan sayur kangkung yang ia masak tadi pagi ke piring Rayhan. Kata Tante Rina, Rayhan paling suka sayur kangkung. Maka dari itu Nadin sering masak kangkung. Padahal, kangkung adalah satu-satunya makanan yang Nadin tidak suka.
Rayhan tidak protes dan segera memakan sayur kangkung di piringnya. Nadin merengut.
"Kenapa nggak dari tadi aja makannya? Harus banget gitu diambilin?"
Rayhan menoleh padanya sekilas. "Bawel."
Iihh. Nadin tambah merengut. Ia tidak tau, Rayhan sedari tadi menahan senyum melihat ekspresi Nadin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterlight
SpiritualBagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu? Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya. Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa...