Mau nanya bentar. Jawab ya gais. Komen inline aja.
Kalau Afterlight diterbitkan.. kalian mau beli novelnya ga?
Iya ya biar kusemangat dan kurajin nulis😻 tapi harus beneran belii haha maksa
(Hanya bertanya. Dan doakan saja.)
sok monggo. happy reading💙
***
"Nadiin!" Fita terpekik senang menatap wajah sahabatnya yang tertawa. Begitu pula Aina dan Rania. Setelah lama sekali mereka tak berjumpa, akhirnya kini mereka bisa saling tatap muka.
"Disana susah sinyalnya, ya?" Rania bertanya.
Nadin, di dalam layar handphone mengangguk. Ya, mereka sedang ber-video call. Nadin tengah duduk di pinggir hamparan sawah, sementara mereka baru saja pulang sekolah dan kini berkumpul di rumah Fita.
"Kalau buat video call susah sinyalnya. Kalau buat chat sih, masih bisa,"
Sejak kepergian Nadin, baru pertama kali ini mereka melakukan panggilan video. Biasanya mereka hanya ber-chat ria. Membahas apa saja, mulai dari keadaan SMA Persada hingga SMA Nadin sekarang.
"Fita, kamu kurusan ya sekarang? Dua minggu ditinggal aku, turun berapa kilo?"
Mereka tergelak.
"Oh ya? Masaa?" Fita berseru senang dibilang kurusan.
Obrolan itu terus berlanjut hingga tak sadar sudah hampir satu jam mereka bicara.
"Eh, udah mau ashar. Besok lagi, ya!" Nadin bersiap memutus sambungan.
"Oke." Fita dan Aina mengangguk.
"Eh, sebentar!" Rania menyela.
"Kenapa, Ran?" Tanya Fita. "Apa sih?"
"Ada yang ketinggalan," jawabnya.
"Ha? Apaan?"
"Em.. tentang Kak Rayhan, Na,"
Pandangan mata Nadin berbinar. Ia menatap wajah Rania penuh harap. "Iya?"
"Cie.. kalo kangen bilang aja. Keliatan tuh, mukanya," Fita berujar sambil tertawa di tempatnya.
Nadin meringis. "Apaan sih, Fita!"
Rania menggeplak kepala Fita. "Diem, lagi serius."
Fita mendecih. Aina tertawa pelan.
"Kak Rayhan tadi shalat dhuha lho, Na," ucap Rania.
Nadin mendengarkan dengan saksama. Ia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Oh ya??"
"Iya.. tadi kita ketemu dia di masjid."
"Mukanya masih suka lesu, ga?"
"Sehabis ditinggal kamu mah, mukanya selalu lesu," kini gantian Fita yang menjawab.
"Makanya cepet pulang, dong,"
Nadin tersenyum kecut. "Gak bisa. Aku kan sampe pindah sekolah ke sini. Berarti bakal lama ada di sini,"
Ketiganya menghela nafas.
"Yaudah gak papa, kamu sehat-sehat, ya!" Ucap Rania pada akhirnya. "Nanti kita pantau Kak Rayhan dan laporin ke kamu terus perkembangannya,"
Nadin terkekeh. "Iya, ditunggu laporannya,"
"Siap, bos!"
"Assalamualaykum,"
"Waalaykumussalam..,"
Klik. Panggilan video itu ditutup dengan Nadin yang tersenyum lebar.
Kak Rayhan shalat dhuha? Alhamdulillah.. kemajuan. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterlight
EspiritualBagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu? Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya. Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa...