AL-53. Pendek

21.7K 1.5K 69
                                    

Crass..

Suara genangan air hujan yang ditapaki kaki mungil bersepatu coklat itu terdengar seirama dengan bunyi hujan. Seorang gadis dengan jilbab hijau menapaki jalanan basah di pinggir sawah dengan lincah. Tapak kakinya bahkan hampir seperti melompat, saking bersemangat melangkah.

"Mbak Nadiin! Astaghfirullah, dicari Ibu! Abis dari sawah lagi yaa?" Sebuah suara cempreng menyambut gadis itu di pintu rumah setelah Nadin menyarungkan payung dan mengucap salam.

Nadin, yang separuh badannya basah tersiram hujan gerimis itu terkekeh. "Iya Uta, maaf ya.. Mba Nadin gak pamitan tadi,"

Dari dalam, terdengar suara Bude tergopoh-gopoh menghampiri. "Oalah.. dicariin kemana-mana ternyata nongkrong di sawah. Pasti abis nyari sinyal ya, nduk?"

Nadin mengangguk lagi sambil tertawa.

"Mbok inget wayah*, ini lagi ujan Nduk.. banyak gluduk di sawah kalo kamu kesamber nanti Bude gimana?" Raut wajah itu terlihat khawatir sambil menyodorkan handuk kering.

Nadin meringis. "Maaf, Bude.. tadi telfon sampe lupa waktu. Nadin nggak papa, kok.."

Bude menggeleng heran. "Lagi kangen ya, kamu sama cah bagus itu?"

Uta tergelak pelan mendengar pertanyaan ibunya terhadap sepupunya itu. Sementara Nadin, pipinya merah merona.

Karena "cah bagus" yang Budenya sebut tentulah merujuk pada satu nama: Rayhan. Yang mana, memang benar ia sangat merindukan nama itu.

"Bukan kok Bude, Nadin nelpon temen..,"

"Temen apa temen..,"

Uta makin terbahak. Nadin menjitak kepalanya pelan.

"Sudah, sana mandi air hangat," ujar Budenya. Nadin tanpa ragu langsung meluncur dari sana, menghilangkan rasa malu yang mendera gara-gara ejekan Bude.

Duh, memang kalau jatuh cinta suka bikin malu ya.

Kenyataannya, Nadin memang baru saja pulang dari sawah dalam rangka mencari sinyal untuk menelpon Fita cs dan mendengarkan laporan mereka tentang Rayhan hari ini. Hampir dua jam mereka bertelponan. Dan alangkah senangnya hati Nadin mendengar cerita kalau hari ini Rayhan dan Anton berbaikan setelah bertengkar kemarin, bahkan Rayhan mengajak Anton shalat duha di masjid.

"Na!! Kak Anton beneran berubah kali ini, dia kayaknya udah siap jadi imam kamu yang sesungguhnya!" Begitu kata Fita, alay.

Kalau Rania berkata, "biasa aja sih. Cuma kayaknya kali ini dia mulai serius sama hijrahnya. Step by step menuju istiqamah."

Kalau Aina hanya berkata, "Nadin kapan pulang? Udah kangen :( "

Nadin hanya bisa tertawa menjawabnya. Terhitung sudah hampir tiga bulan ia tinggal di sini bersama keluarga budenya. Sebentar lagi Kak Rayhan menghadapi UN dan ujian masuk kuliah. Dan ia juga tengah mempersiapkan UTS. Sebentar lagi ia ujian di sekolah barunya. Nadin harus banyak belajar sekarang supaya nilainya di sini dapat meningkat dari saat di sekolah sebelumnya.

Nadin masih mengikuti rencana Tante Rina. Ia tidak bertanya akan sampai kapan ia di sini, karena ini adalah kemauannya sendiri. Meski Nadin sudah sangat ingin pulang, ia rindu. Nadin tetap menunggu saat terbaik untuk kembali. Bisa jadi sebentar lagi, atau justru satu tahun lagi hingga ia tamat SMA. Namun sepertinya, harus berpisah lebih lama tidak baik untuk kesehatan hatinya.

Selama berada di sini, hampir setiap hari ia mendapat laporan tentang Rayhan. Mulai dari masa terpuruknya, ketika awal ia pergi. Saat itu Rayhan kehilangan arah dan jiwanya seolah pergi.

Hingga Rayhan mulai menemukan pegangan. Saat ia belajar bersama Yanuar, mulai mengubah diri menjadi lebih baik. Hingga kejadian bersama Kak Anton sekarang, membuat Nadin sadar, Kak Rayhannya sudah mulai berubah.

Ia tidak pernah menyesal memilih pergi untuk memberi jarak antara mereka.

Dan sekarang.. ia masih tak punya keputusan. Akankah ia kembali, atau biar selamanya berjalan seperti ini agar Rayhan bisa mandiri selama ia pergi?

***

Bersambung.

Udah dibilang di judul. Pendek. Hehe.

AfterlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang