"Nadina!"Nadin menoleh kaget, karena hanya satu orang yang suka memanggilnya begitu, Kak Yanuar.
Yang ia kagetkan adalah, Kak Yanuar memanggilnya begitu keras saat ia sedang berada di lapangan, sedang menonton pertandingan bola istirahat kedua setelah dzuhur. Dan Kak Yanuar adalah salah satu pemain bolanya.
Alhasil, seluruh pasang mata kini menatapnya, termasuk Fita, Rania, dan Aina. Rania menatap kasihan karena ia jadi pusat perhatian, Aina menatap bingung, dan Fita menatap dengan pandangan 'cie'.
Nadin hendak memalingkan pandangan, tapi segan karena dirasa tidak sopan. Akhirnya ia hanya diam. Ia menunggu apa yang hendak Kak Yanuar katakan, namun ternyata yang ditunggu-tunggu hanya tersenyum padanya, lantas melambaikan tangan dari jauh.
Dih? Apaan??
Nadin hampir melotot karena sebal. Rania, Fita, dan Aina terbengong-bengong. Begitu juga dengan rombongan anak rohis putri lainnya yang ada di tempat kejadian. Kak Yan dikenal hampir tidak pernah berinteraksi dengan perempuan di luar urusan rohis. Tentu saja adegan barusan terasa sangat aneh, apalagi bagi fans-fans yang penasaran.Nadin segera beranjak pergi, kesal setengah mati.
***
"Hahaha.. muka Nadin dongkol banget!" Fita tergelak di kelas setelah bel berbunyi dan mereka kembali ke kelas. Dan sial bagi Nadin karena guru mereka berhalangan hadir, sehingga Nadin menjadi bulan-bulanan Fita. Ia sebal, jika saja ia tidak mengiyakan ajakan Fita untuk menonton pertandingan bola, pasti harinya tidak akan sekacau ini.
Rania menjitak kepala Fita, lantas berujar, "sabar ya, Na,"
Nadin yang sedari tadi cemberut hanya diam, ia memutuskan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Ia ingin menenangkan hati.
Di kamar mandi, bukannya ketenangan hati yang ia dapatkan, ia malah tambah bad mood. Ia bahkan belum sempat berwudhu saat mendengar beberapa siswi ngerumpi di kamar mandi.
"Muna banget, ya, si Nadin. Keliatannya aja alim, anak rohis, krudungnya lebar, ehh ternyata sama aja sama kita-kita. Malah mungkin lebih parah, kali,"
Mereka cekikikan.
"Kok bisa ya, Kak Yan yang ganteng banget itu kepincut? Cantikan juga gue. Ini pasti si Nadin pake yang aneh-aneh, nih,"
Astaghfirullah.. Nadin mengelus dada.
"Kalian nggak liat tadi muka sok polos dia? Pake pura-pura jual mahal. Pasti di belakang dia senyam-senyum, deh,"
Mereka masih terus bergosip.
Fix, Nadin kesal sekali. Ia beristighfar berulang kali. Nadin keluar dari bilik kamar mandi, lantas ikut bergabung mencuci tangan dengan mereka di depan wastafel.
Awalnya para penggosip itu tidak menyadari keberadaan Nadin.
"Ada yang pernah bilang nggak sama kalian kalau kamar mandi itu tempat favoritnya setan? Jadi aku saranin kalau mau nggosip jangan di sini, soalnya banyak jin yang ikut nimbrung, makanya omongannya jadi pada ngawur," ucapnya santai sambil tersenyum pada gerombolan siswi itu.
Nadin menatap raut terperanjat mereka, lantas mengingat wajah mereka satu per satu. Oke, sudah diingat. Lantas ia melenggang pergi.
BYE. Ucap Nadin dalam hati.
***"Ada urusan apa sama Yanuar?"
Nadin menoleh menatap Rayhan. Ia menghela nafas. Baru saja ia pulang sekolah dan sudah diingatkan pada kejadian tadi di sekolah.
"Nggak ada apa-apa. Itu tadi Kak Yanuar kayaknya lagi kurang obat," jawab Nadin asal.
Ia menebak, pasti Kak Rayhan mendengar tentang kejadian tadi. Meskipun itu seharusnya biasa saja, tapi kepopuleran Yanuar dan status dirinya dan Nadin yang anak rohis membuat adegan tadi menjadi sesuatu yang tak biasa. Apalagi Yanuar dikenal alim dan jarang berinteraksi dengan akhwat. Lihat saja, belum genap satu hari berlalu, berita itu sudah jadi headline utama di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterlight
DuchoweBagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu? Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya. Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa...