AL-36. Ups, Sori.

24.8K 1.8K 71
                                    


Siswa kelas 11 sudah digiring untuk meninggalkan lapangan tempat berkumpul dan pindah menuju ke aula. Fita bersama regunya mendapatkan tempat duduk di tengah aula, posisi strategis untuk melihat bagian depan tempat komdis berjajar. Gadis itu celingak-celinguk mencari Nadin, berharap semoga Nadin bisa segera menuju aula tanpa dihukum komdis. Ketua kelompok menanyai di mana Nadin. Ia menggeleng, menjawab tak tahu dengan wajah meringis. Duuh, Nadin.

Dilihatnya Aina dan Rania yang sedang berkumpul bersama regunya masing-masing. Ingin ia menuju mereka dan mencari Nadin, namun tak bisa. Ia juga melihat Kak Rayhan yang malah asyik duduk sambil memainkan tali temali di bagian samping aula.

Kak Ray nggak tahu, ya, istrinya lagi ngilang lagi, nih! Ia berseru dalam hati.

Fita mencoba menarik perhatian Rayhan, berharap Kak Ray bisa membantu Nadin. Ia menatap Rayhan sambil membuat kode dengan tangan, berharap satu detik saja Rayhan menangkap kode darinya.

Plis, sahabat ipar, lihat ke sini, dong!

Abii! Umi butuh Abi!

Dan, berhasil!

Rayhan sempat menatap Fita sekilas, lalu mengernyit aneh melihat Fita melambaikan tangan padanya penuh harap. Dagunya terangkat, membuat kode, kenapa?

Fita, dengan segenap hati, membuat kode dengan gestur bibir dan mimik muka, Nadin nggak balik-balik dari kamar mandi!

Apa? Rayhan tak bisa menangkap maknanya.

Sebelum Fita membuat kode lagi, ketua pramuka sudah lebih dulu membuka acara. Komdis menyuruh siswa untuk diam, membuat Fita tak dapat berkutik.

Gawat, Nadin dalam masalah.

Rayhan masih berusaha mencerna kode dari Fita yang tadi ia lihat. Apa ya, maksudnya?

Matanya kemudian mencari gadis yang dari tadi tak ia lihat.

Nadin di mana, ya?

Rayhan kemudia berpikir. Bagaimana kalau Fita ingin bilang sesuatu tentang Nadin? Gadis itu tak terlihat di manapun!

Rayhan melebarkan pandangan, mengingat-ingat di regu mana Nadin seharusnya berada. Ia menyisir seluruh aula, dari ujung hingga ke ujung, untuk menemukan gadis itu. Nadin kan, mungil. Siapa tahu ia nyempil.

Dan tiba-tiba, ketika acara sudah lima belas menit berjalan, seseorang memasuki pintu aula dengan langkah perlahan.

Deretan komdis langsung berseru-seru. "Ada yang terlambat, woi!"

Rayhan langsung menemukan apa yang ia cari. Nadin, di depan sana, dengan wajah kuyu dan lusuh seperti habis lari marathon.

Fita langsung berseru lirih di tempatnya. "Nadiin!"

Pembicara bahkan sampai menghentikan materi saat Nadin masuk. Karena masalahnya, pintu aula terletak di samping mimbar depan. Jadi, siapapun yang berlalu-lalang akan terlihat dari segala penjuru.

"Maaf Kak, saya terlambat."

Pembicara itu terdiam. "Ehm, ya. Silahkan duduk,"

Komdis, tentu saja tak setuju. Bagi mereka, jika ada yang berbuat salah, di situlah tugas mereka berada. Pelanggaran adalah sebuah hal yang ditunggu.

"Maju ke depan, sini!"

Nadin, dengan langkah patah-patah sambil diiringi tatapan seluruh penjuru, maju ke barisan komdis. Aina dan Rania saling melempar kode, apa yang terjadi? Sementara Fita histeris di tempatnya.

AfterlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang