Sebelum membaca ini, wajib hukumnya bagi kalian untuk melaksanakan shalat isya terlebih dahulu. Karena amalan yg paling disukai Allah itu, shalat di awal waktu :)
Kalai udah, baru boleh baca.
Happy reading!!🙆***
Matahari di luar semakin terik, namun tak berpengaruh pada keramaian di aula SMA Persada. Acara wisuda terus berjalan, hingga tiba pada rangkaian terakhir yaitu penayangan film dokumenter angkatan wisudawan. Film ini hasil karya angkatan mereka, yang dibuat di sela waktu sehabis ujian.
Terdengar isak tangis dari barisan wisudawan perempuan, menyaksikan film perpisahan diputar. Memang, perpisahan adalah salah satu hal yang menyedihkan. Namun dengannya, kita menjadi berkembang.
Iya, kan? Begitu pula antara dua tokoh utama kita, Nadin dan Rayhan.
Jarak dan waktu membuat mereka semakin dewasa dan saling belajar.
Tepuk tangan bergema seusai film diputar. Kelas 12 saling berpelukan, menguatkan. Dan adik kelas 11 dan 10 bersiap. Setelah ini, acara perayaan akan dimulai.
Ketua OSIS maju memberikan sambutan perwakilan dari adik kelas. (Btw, dia ini gebetan Fita. Hahaha) Lantas dari pintu samping aula, barisan adik kelas, mayoritas pengurus organisasi, datang menuju kursi wisudawan sambil masing-masing membawa setangkai bunga mawar.
Setiap adik kelas membawa satu tangkai mawar untuk satu wisudawan. Suasana haru dan bahagia bercampur jadi satu. Antara adik kelas dan wisudawan saling berpelukan, berucap salam perpisahan. Lagu masih terus diputar, orang tua dan hadirin bertepuk tangan. Beginilah tradisi SMA Persada, dengan tujuan merekatkan kedekatan antar angkatan.
Di kursi depan, Yanuar tertawa dan memeluk adik kelas kesayangannya, Haikal, ketua rohis didikannya. "Barakallah, bro," ujar Haikal. Mawar merah berpindah tangan.
Sementara Rayhan, Anton, dan anggota geng mereka juga sedang tertawa-tawa diberikan mawar merah oleh adik kelas. Rayhan bahkan tak mengenal adik kelas perempuan yang dengan malu-malu menyerahkan mawar merah untuknya. Satu geng menyoraki Rayhan. Ia mendesah lega, untung Nadin tidak melihatnya diberi bunga oleh orang lain. Hihi.
Padahal, sosok itu kini sedang memperhatikannya. Di pintu samping, tertutup oleh barisan pemberi mawar, ia menggenggam seikat bunga ester sambil tersenyum.
Biasa, Kak Rayhannya memang populer.
Ya. Ia datang. Setelah menyelesaikan segala urusan, ia datang lagi ke kota ini, membawa pasangan hati yang sudah ia perbaiki. Yang dulu retak dan hancur, kini sudah baru kembali.
Gadis itu masih tersenyum, menatap Kak Rayhannya yang tampak bahagia di hari kelulusan. Rayhan masih sibuk disoraki oleh teman satu gengnya. Mereka tertawa-tawa.
Bahagiaku cukup liat kamu bahagia, Kak.
Barisan adik kelas pemberi bunga mawar kembali melalui pintu samping. Nampak Fita dan Rania yang baru saja memberikan bunga untuk kakak kelas rohis yang diwisuda, berhambur memeluk Nadin.
"Aaa masih kangen!" Ujar Fita. Nadin tertawa. Rania tersenyum.
Mereka sudah bertemu tadi, sejak acara pertama dimulai. Seluruh angkatan kelas 11 kaget melihat Nadin, lantas bergantian memeluk dan menyapanya. Aina, yang rencananya tidak mau datang ke wisuda, langsung buru-buru ke sekolah begitu tahu Nadin datang.
"Jahat, Nadin gak bilang-bilang mau datang!" Gerutunya. Nadin hanya tertawa.
Seusai pemberian bunga, wisudawan kembali duduk. Rangkaian acara selanjutnya yaitu penutup dan foto bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Afterlight
SpiritualeBagaimana perasaanmu kalau siswa paling bandel di sekolahmu, ternyata adalah suamimu? Nadina, umur 17 tahun, tahu jawabannya. Bukan dijodohkan, apalagi married by accident. Ia sadar se sadar-sadarnya, dan menerima permintaan orang yang amat berjasa...