SF : 01

117K 6.5K 130
                                    

Asahila Tiara Abimanyu. Biasa dipanggil Asa, balita mungil yang memiliki tubuh berisi, putri dari Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Usianya akan masuk 3 tahun dalam beberapa bulan kedepan.

Sifatnya ? Cerewet, sudah pasti. Jahil, hanya terkadang. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi khas anak seusianya. Dan juga...

"MAMA MINTA UANG, ADA ABANG SAMAY DEPAN."

Berteriak plus hoby jajan. Seperti saat ini, di sore hari yang menurut Adel tenang, buyar saat mendengar teriakan Asa yang berdiri tepat di hadapannya dengan mata melotot lucu. Jika dalam suasana yang lain, mungkin Adel akan menghujani Asa dengan ciuman. Tapi tidak untuk kali ini, saat dia sedang mencacah buah pepaya muda untuk dijadikan sayur. Hampir saja dia mengiris jemarinya karena rasa kaget.

"Gak usah teriak."

"Minta duit Mama. Mau beli samay."

Samay itu adalah siomay, jajanan yang dibuat menggunakan kanji dengan tepung terigu. Kemudian digoreng dengan telur. Siomay goreng. Satu tusuk harganya seribu rupiah. Tapi yang namanya Asa, mana puas jika hanya makan satu.

"Minta duit, duit yang gambalnya buat salung nun." Maksudnya sarung tenun.

Adel memutar bola mata bosa. Uang lima ribu untuk beli siomay goreng, dirinya sudah tidak heran. Anaknya saja berisi, tentu diselingi dengan hobi makan ini itu.

"Sebentar. Mama minta Mbok Ati buat lanjut masak sayurnya. Asa tunggu Mama di depan. Ingat, jangan kemana-mana."

"Endak mau. Asa minta duit Mama, nanti abang samaynya pulang."

"Iya, Mama ambil uang dulu di kamar."

"Ya ikut."

Hah. Hanya helaan napas yang terdengar. Selanjutnya Adel meminta Mbok Ati, asisten rumah tangganya untuk melanjut aca memasak sebelum melangkah meninggalkan dapur. Tapi..

"Kok Asa endak di gendong ?"

"Sudah besar, jalan sendiri."

"Asa masih kecil kata Papa. Mama gendong atuh."

Tidak ada pilihan. Adel menggendong Asa yang beratnya 16 kilo. Bayangkan betapa beratnya itu. Belum lagi Asa merengek karena takut tukang siomaynya berlalu dari depan rumah.

"Bang, siomaynya rp.10.000 yah."

"Loh, kok banyak. Asa minta na 5 kok."

"5 nya mau Mama kasih sama Kak Nay."

Nay itu, cucunya Mbok Ati. Setiap sore saat pekerjaannya selesai, Mbok Ati akan pulang, dia memiliki seorang cucu perempuan. Tentu Adel selalu membagi makanan. Tidak ada salahnya berbagi. Damar dan Adel juga selalu mengajarkan putri mereka untuk berbagi.

Asa hanya melongos, lebih memilih memperhatikan siomay yang sedang digoreng. "Halumna."

Adel dibuat terkekeh begitu Asa memejamkan matanya, seolah sedang menikmati siomay yang di goreng itu.

"Mau dikasih kecap Bu ?"

"Gak usah Pak."

Adel meraih kantong kresek putih berisi siomay goreng. Membayarnya kemudian berlalu masuk kedalam rumah.

Didepan pintu, Adel bertemu dengan Mbok Ati yang sepertinya akan segera pulang. Diturunkannya Asa sambil mengambil 5 tusuk siomay.

"Ini Mbok, tadi Asa beli siomay, sekalian juga untuk Nay." Adel menyerahkan 5 tusuk yang berada di kantong kresek pada Mbok Atu yang menerimanya dengan senyum terima kasih.

"Makasih ya Bu. Semoga sama Allah diganti dengan yang lebih banyak. Ibu dan Bapak sudah banyak sekali bantu Mbok sama keluarga."

"Ma, makan samay." Asa yang sudah lapar kembali merengek karena sang Ibu mengaikannya.

"Iya sebentar. Mama lagi ngomong ini sama Mbok Ati."

"Asa lapal. Pelutna bunyi bunyi minta samay."

Eleh, ada saja alasannya. Padahal beberapa menit lalu Asa memakan tahu isi.

"Ya sudah. Mbok, hati-hati yah. Kalau hari libu jangan lupa ajak Nay, biar Asa ada teman main."

Mbok Ati mengangguk singkat sebelum pamit pulang. Jarak rumah Adel dan Mbok Ati tidak terlalu jauh sebenarnya. Hanya berjarak beberapa rumah. Tapi cucu Mbok Ati itu hanya kemari jika diajak, lagi pula dia juga bersekolah di SD terdekat.

Setelah kepergian Mbok Ati, Adel menuntun Asa yang sudah berjingkrak senang sembari menggumamkan kata 'samay makan samay, samay enak punya na Asa'

"Kasih kecap ?" Tanya Adel begitu Asa duduk di kursi makan. Tentu dengan bantuannya.

"Endak."

Mendengar itu, Adel segera mengambil piring plastik bergambar bunga bunga kemudian memisahkan siomay dari tusuknya.

"Habisin. Mama sajikan makanan dulu."

"Kok endak pakai nasi ?"

Banyak tanya anaknya ini. "Nanti makan nasi sama Papa."

Asa hanya mengangguk singkat, selanjutnya larut dalam kegiatannya memakan siomay.

Adel sendiri hanya bisa tersenyum kecil, meski kadang dibuat kesal dengan tingkah anaknya, Asa selalu bisa membuatnya tidak marah lama-lama. Tingkah menggemaskan anak itu tidak pernah ada habisnya.

.
.
.

Part pertamanya pendek. Gimana ??? Lanjut ??? Enggak ????

Kalau saya sih YESSS.

jangan lupa vote commentnya yah... see You.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang