"Asa pokona endak mo pi kolah."
Pagi yang merepotkan bagi Adel, sangat merepotkan. Kemarin mereka baru saja tiba di rumah setelah menginap beberapa hari di Batu. Dan yang terjadi benar-benar menguji kesabaran Adel.
Bagaimana tidak, hari ini adalah hari Senin, awal hari dan hari yang sibuk. Sejak bangun tadi, Asa sudah dia mandikan. Tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Asa meminta untuk di pakaian piyama. Membuat Adel pusing, padahal hari ini adalah jadwal Asa untuk ke sekolah.
"Pakai baju dulu."
Pakai baju ? Ya, Asa saat ini hanya mengenakan celana dalamnya saja, tanpa memakai baju sama sekali. Padahal cuaca sedang dingin-dinginnya.
"Mo na pake baju tidul tok, mamani masa masa. Endak boweh masa masa Mama, Asa enak suka."
"Enggk boleh pakai baju tidur, hari ini Asa sekolah."
Hari ini Asa sekolah. Entah sudah keberapa kalinya Adel mengucapkan satu kalimat itu, tapi hasilnya nihil sang anak, yang sialnya sangat menggemaskan selalu menolak, membuat Adel tidak tega untuk memarahi Asa.
"Hali ni libul Mama."
"Liburnya sudah kemarin, sekarang sekolah lagi."
Entah apa, Adel tidak mengerti. Seingatnya dulu dia sangat rajin ke sekolah. Menurut cerita mertuanya, Sang suami juga sama. Lalu, sifat Asa yang malas begini menurun dari siapa ?
"Kenapa ini pagi-pagi kok ribut ?" Damar yang baru keluar dari kamar mandi bertanya bingung. Entah apa yang anak dan istrinya ributkan pagi ini.
Dengan posisi Asa yang bersimpuh di sudut kamar, lengkap dengan boneka bayinya tanpa memakai pakaian, tubuh anaknya hanya di balut oleh celana dalam saja. Sedangkan sang istri berjongkok dengan wajah kesal tak jauh dari posisi duduk Asa. Dengan sebuah pakaian yang Damar duga untuk di pakaian pada si cerewet.
"Anakmu ini Mas. Udah mandi enggak mau pakai baju. Enggak mau sekolah juga."
"Papa juga endak pake baju, Mama tok endak malah Papa. Asa endak paka baju mama malah malah telus, Papa endak pake baju Mama endak malah malah."
"Papakan baru selesai mandi. Asa mandinya dari tadi loh, masa nggak mau pakai baju. Memangnya Asa enggak dingin ?"
"Ya endak tok."
Usai mengatakan itu, Asa cuek bebek. Lebih memilih bermain dengan bonekanya.
Sedangkan Damar yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa tertawa pelan. Saat di Batu, Asa seolah tidak ingin berpisah dengan sang ibu, tapi kini.... Putrinya bahkan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Adel.
Damar yang hanya memakai handuk untuk menutupi daerah pinggang ke bawah, berjalan menghampiri anak istrinya. Menggendong tubuh sang anak yang semakin berisi.
"Kenapa enggak mau pakai baju ?" Tanya Damar.
Adel yang melihat sang anak anteng dengan suaminya kemudian menuju lemari pakaian, memilah pakaian kerja untuk sang suami.
"Mas mau ke kantor ?" Tanya Adel.
"Hari ini mas ke cafe. Kantor biar di urus sama Bagas."
Berbicara mengenai kantor. Damar sebenarnya enggan, karena dia merasa kinerjanya sangat buruk, walau apa yang dikatakan sang ayah justru sebaliknya. Damar lebih memilih bekerja mengolah rumah makannya dari pada duduk dengan pakaian resmi di balik meja kantor.
"Eh. Mas ke kantor dulu. Sampai Bagas bisa urus semuanya baru Mas lepas tangan."
Mendengar itu Adel menurut saja, menyediakan pakaian kerja suaminya sebelum keluar kamar. Dia bahkan belum memasak untuk sarapan karena mengurusi Asa yang rewel pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Acakmenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...