SF : 58

33.4K 3.2K 427
                                    

Siang ini, keluarga Damar dari Malang akan berkunjung ke Batu. Selain dalam rangka mengunjungi si kecil Aurin, sekaligus melamar seorang gadis untuk si bungsu Abimanyu. Yah, setelah beberapa bulan setelah lamaran pribadi Bagas, akhirnya hari ini tiba. Dimana lamaran resmi akan di lakukan.

Adel sendiri menunggu di rumah dengan keluarga lainnya, sedangkan Damar dan Asa, mereka sudah berangkat beberapa menit lalu. Suasana jauh lebih tenang sekarang, pasalnya si biang rusuh sedang tidak ada, dan si rusuh lainnya tentu saja berada di rumahnya. Sejak kelahiran Aurin dua bulan lalu, Luna agak mengurangi kerusuhannya. Tapi lain cerita jika bertemu Asa, mereka akan kembali rusuh, rusuh dalam artian Asa yang banyak tingkah dan Luna yang kesal dengan tingkah Asa.

"Del, enaknya nanti Ibu masak apa?"

Adel yang sedang duduk santai di ruang Keluarga menatap ibunya tidak mengerti, memangnya ada acara apa sampai ibunya bingung untuk memasak menu makan siang?

"Lah, ini anak. Mertuamu nanti mau mampir toh, masa Ibu nggak masak yang spesial. Nanti dikira tidak siap menjamu lagi."

Tersenyum tipis, Adel meraih tangan ibunya. Meminta sang ibu untuk duduk di sofa bersamanya.

"Bu, orang tuanya Mas Damar itu bisa makan apa aja, enggak perlu Ibu masak ini itu, cukup yang biasa Ibu masak aja. Mereka nanti ngerasa gak nyaman kalau di perlakukan begitu."

Memiliki mertua yang seperti itu terkadang membuat Adel jadi sungkan, sejak mengetahui bahwa mertuanya selalu merasa tak nyaman di perlakukan lebih membuat Adel hanya bisa menyiapakan seadanya saja jika sang mertua mengunjunginya, begitu pula sebaliknya. Saat dia yang berkunjung ke rumah meruanya, paling mentok membawa kue saja.

"Ya, tapi kan..."

Inisiatif, Adel dengan susah payah bangkit dari duduknya. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke-9 membuatnya sulit bergerak bebas, belum lagi dia membawa dua bayi bersamanya, tentu lebih terasa sulit dari pada kehamilan pertamanya dulu.

"Biar Adel bantu ibu masak, kita buat masakan yang biasa ibu masak. Gak usak muluk-muluk, nanti mertua Adel gak nyaman terus jadi jarang ke sini, emang Ibu mau?"

Bukan sekedar ancaman tentu saja, itu semua berdasarkan pengalaman pribadi Adel. Sedangkan Hj.Maulina, begitu melihat putrinya berjalan menuju dapur, segera saja dia menghentikan langkah Adel.  Meminta pada putrinya agar beristirahat saja, melihat perut besar Adel membuatnya ngeri sendiri, belum lagi jika mengingat kejadian dua bulan lalu, saat Mai terjatuh. Sedikit trauma, lebih baik mencegah bukan.

Dan yah, apa yang dikhawatirkannya hampir saja terjadi. Adel mendadak terhuyung ke depan, beruntung di sana ada Rian yang menahan tubuh Adel.

"Kak, gak papa kan?"

Niatnya, Rian ingin membawa Adel kembali ke sofa. Tapi mendapati raut wajah sang kakak yang tampak meringis kesakitan, Rian langsung dilanda rasa cemas. Dan satu-satunya pilihan yang dia punya hanya membawa kakaknya ke rumah sakit, urusan yang lain bisa diselesaikan nanti.

.
.
.

"Operasi aja ya?"

"Dibilang gak mau kok, aku bisa Mas."

Damar menghela napas lelah, meruntuki sifat keras kepala Adel yang muncul di saat yang tidak tepat. Ini sudah hampir malam, dan kontraksi yang dirasakan Adel semakin sering, Damar yang tidak tega tentu menyarankan untuk melakukan operasi saja. Tapi si ibu hamil menolak keras.

Saat ini, dia ruang rawat hanya ada mereka berdua. Para orang tua sedang berada di luar, lebih tepatnya sengaja keluar beberapa menit lalu. Memberi Damar waktu untuk membujuk Adel melakukan operasi karena tidak tega melihat Adel meringis kesakitan.

"Tapi kamu begini Del, Mas mohon dengerin Mas ya, operasi aja."

"Aku bisa Mas, buktinya udah ada ya. Yang selalu ngintilan Mas kemana aja, itu buktinya."

Kalau itu Damar tahu sendiri. Tapi...

"Ini dua Del, kalau dulu kan satu."

"Ya siapa suruh buatnya satu."

"Mau gimana lagi kalau dulu cuman di kasih satu, itu aja kadang bikin pusing."

Mendengar kalimat itu, Adel tersenyum tipia di balik rasa sakitnya. Asa dan segala tingkahnya, walau kadang membuat naik darah, tetap saja bocah satu itu sudah seperti oksigen bagi Adel.

"Mas gak bisa lihat kamu begini, dulu Mas..."

"Dulu Mas gak bisa, sekarang Mas bisa kan? Dulu Adel juga bisa, kenapa sekarang enggak?"

Adel menatap lembut suaminya yang tampak kusut kali ini. Sejak datang siang tadi, Adel belum pernah melihat suaminyaa meninggalkan ruangan. Bahkan pakaiannya masih mengenakan pakaian siang tadi saat acara lamaran...

"Mas, acaranya?" Sedikit ragu, Adel takut jika kabar dirinya masuk rumah sakit jadi mengganggu acara lamaran Bagas.

Mengecup singkat kening Adel, Damar mengusap punggung tangan Adel. "Alhamdulillah lancar, Mas dapat telepon pas acaranya selesai."

Bisa Damar lihat Adel tersenyum tipis. Melihat kondisi Adel seperti ini, Damar jadi tidak tega. Seringkali Damar berusaha menahan rasa sesak di dadanya kala melihat Adel, sejak perut Adel mulai membesar, wanitanya itu mulai kesulitan melakukan segala sesuatu sendiri. Bahkan untuk tidur Adel terkadang mengalami kesulitan.

Tak jarang pula Adel mendapati tatapan sendunya, seperti saat ini, damar baru tersadar saat Adel mengelus singkat wajahnya.

"Ini sudab kodrat seorang wanita bukan? Adel udah bilang pas hamil Asa dulu, kok Mas masih mewek begini sih?"

Tanpa menjawab, Damar menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Adel. Menangis dalam diamnya sambil merasakan usapan pada kepalanya.

"Udah mau jadi bapak 3 anak loh, jangan cengeng ah. Masa kalah sama Asa, anakmu itu gak cengeng loh Mas."

"Mas takut terjadi apa-apa, operasi aja ya?"

Setelah memaksa Damar untuk menatapnya, Adel memaksakan sebuah senyum. "Gak akan terjadi apa-apa Mas, aku bisa kok. Mas berdoa ya semoga semuanya baik-baik aja."


🍀🍀🍀

Si Ibu udah mau lahiran ini? Kalian pengen ending gimana? Sad or Happy?

Maaf gak bisa tepatin janji untuk 3Up. Part ini dan part sebelumnya langsung Up begitu selesai revisi, sedangkan 1 part masih proses pengetikan dan baru sampai 300-an kata. Takutnya kalau nunggu gak bisa Up malam ini.

Jangan lupa kritik sarannya. See U next part. Sekali lagi maaf gak bisa tepatin janji.

Typo harap koreksi

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang