Dengan baju berlengan panjang, celana panjang, rambut indahnya yang lagi-lagi dikepang dua. Asa berjinjit di ruang tamu, sesekali kepala mungil itu menoleh, memastikan aksinya tidak dilihat oleh siapapun.
Baru saja anak itu akan melanjutkan langkahnya, sebuah lengan kekar sudah melingkari perutnya dan membuat tubuh mungilnya melayang.
"Papa tangkap. Hayo mau kemana pagi pagi begini." Dengab gemas, Damar menciumi seluruh wajah sang putri. Membuat Asa tertawa saking gelinya.
"Om Andy ajak jayan jayan pi kebun. Asa mo ikut. Papa lepasna, Anti Asa tindal sama Om Andy talo Papa peluk telus."
Asa menggeliat dalam gendongan Damar, tapi apa daya, tubuh mungilnya tetap kalah oleh rengkuhan posesif sang ayah.
"Kemarin Asa cuekin Papa loh, mainnya sama Om Rian terus, tidurnya juga enggak sama Papa. Terus kok mau keluar lagi sama Om Fandy, kalau Papa rindu gimana ?"
Dengan wajah yang dibuat semenggemaskan mungkin, Asa merengkuh wajah tampan Damar dengan tangan mungilnya. "Papa, katana Om Agas, lindu tu belat, jadina Papa endak usah lindu toh, bial Om Agas aja yang lindu."
Ingin sekali Damar tertawa mendengar celetukan anaknya, tapi apa daya, rasa kesalnya lebih besar. Anaknya jadi memiliki banyak kosa kata yang seharusnya belum Asa boleh ucapkan, tapi karena adiknya, si Bagas itu membuat semuanya buyar. Anaknya jadi tukang gombal begini.
"Asa pedina sental kok Papa. Anti Asa pulang, Asa peluk papa lama. Jadina linduna Papa endak lindu lagi, Papa jang sedih bini. Talo lindu Asa, Papa liat Mama. Katana nenek Haja, Asa ini milip Mama."
Kalau boleh, saat ini juga, Damar ingin membawa anak istrinya kembali ke Malang. Sangat tidak ikhlas, sifat menggemaskan sang anak jadi konsumsi publik.
"Jadi pengen nambah Dam ?"
Fandy yang baru datang dengan Luna berseru santai. Membuat Damar sempat tersentak karena kaget.
"Lagi pula Asa sudah cukup besar untuk punya adik."
"Niatnya sih begitu Mas. Cuma mamanya Asa belum mau."
Damar menurunkan Asa dari gendongannya. Membiarkan sang anak masuk ke dalam entah untuk apa.
"Nanti juga di kasih kok. Entah Adel mau atau enggak, kalau itu sudah kehendaknya Allah pasti di kasih."
Tersenyum tipis, itu yang Damar lakukan. Walau sebenarnya dia sedikit iri pada kakak iparnya ini, yang sebentar lagi akan memiliki anak ke dua.
.
.
."Luna duduk di sini sama Asa. Jaga adeknya ya, Papa mau ke sana dulu." Fandy berujar sesekali membenahi rambut sang putri yang dibiarkan terurai. Sesekali menengok keponakannya yang tampak mengagumi pohon apel yang berbuah lebat.
"Asa dengar Om ?"
"Asa denal. Endak boweh nakal, nulut sama katana Kakak Una. Kakak Una halus jaga Asa."
Ternyata, si kecil ini walau tidak memperhatikan tetap saja mendengar dengan baik. Bermodalkan rasa percaya pada sang putri dan keponakan, Fandy melangkah meninggalkan bale bale kecil di pinggiran kebun.
Sesaat setelah kepergian sang ayah. Luna mulai bersenandung kecil, tangan mungilnya tak henti menyuapkan buah anggur kedalam mulut mungilnya.
"Kak Una, Asa mo makan apel."
"Endak da apel Asa. Makan anggul saja."
Mata bulat Asa melotot tajam, menatap tidak suka pada Luna yang menikmati anggurnya.
"Itu di pohonna ada apel tok. Kak Una panjat. Asa mo makan apel."
Balas menatap. Luna menunjuk pohon apel yang lumayan tinggi itu. Tidak seperti yang berada di halaman rumahnya dan sang nenek. Tidak satupun buah apel di kebun ayahnya yang biasa dijangkau oleh tangannya.
"Pohonnya tinggi Asa. Kak Una endak sampai. Asa makan anggul saja. Duduk sini, kak Una suap."
"Asa mo na apel. Bukan andul."
Menghela napas pelan, Luna bangkit dari duduknya. Berjalan menuju pohon apel terdekat. Kemudian mendongak. Mulutnya komat kamit entah mengatakan apa. Kemudian, yang terjadi selanjutnya, Luna berteriak kencang. Membuat Asa menutup telinganya.
"APELNA TULUN SEKALANG. ADEKNA LUNA MAU MAKAN APEL. KALAU APELNA ENDAK TULUN, NANTI LUNA TEBANG LOH POHONNA."
Belum sedetik usai berteriak, seseorang dari arah belakang sukses memetik sebuah apel kemudian diberikan kepada Luna yang nyengir senang.
"Dek Luna jangan teriak teriak, nanti suaranya hilang loh."
"Ante. Minta buahna lagi, minta na banyak banyak adekna Una suka makan apel."
Menurut, perempuan setengah bayah itu memetik dua buah lagi. Kemudian memberikannya pada Luna yang langsung menghampiri Asa dengan susah payah membawa buah kesukaan sepupunya itu.
"Maasih ya Ante." Ujar Luna tanpa mengalihkan tatapannya sama sekali. Anak itu terlalu fokus pada buah yang tengah dibawanya.
Sampai di bale bale, Luna meletakkan buah apelnya begitu saja kemudian melanjutkan makan anggur, membiarkan Asa yang kini menikmati apel yang susah payah di teriaki oleh Luna.
Lama mereka saling diam, Luna kemudian membuka kotak makannya. Sebenarnya, bekal itu untuk dimakan nanti siang, tapi apa daya, perut mungilnya sudah meminta isi. Memakan anggur tidak cukup membuat anak gadis pak Fandy itu kenyang.
Baru Luna akan menyuapkan suiran ayam goreng, teringat kembali pesan sang ayah yang memintany untuk menjaga Asa. Maka dari itu, dengan wajah menahan kesal, Luna mengarahkan suiran ayam tersebut di depan mulut Asa yang tengah mengunyah apel.
"Asa. Aaaaaaa." Ujar Luna, memeragakan aksi buka mulut.
Menurut, Asa menyimpan apel yang tersisa sebagian itu di dekat kotak makan yang lain. Kemudian membuka mulutnya lebar-lebar. Suap demi suap membuat kedua bocah itu kenyang membuat para pekerja di perkebunan tersenyum karena tingkah manis mereka. Bagaimana tidak, Luna yang sangat perhatian menyuapi Asa, bahkan sesekali anak itu mengusap kepala Asa sayang.
Asa pun tak ingin ketinggalan, saat sang kakak hendak minum, dengan lengan pendeknya, Asa mengulurkan botol minum pada Luna. Sungguh aksi yang menggemaskan. Fandy yang melihatnya dari jauh tersenyun hangat, Luna dan Asa selalu bertengkar setiap bertemu, ada saja yang mereka perebutkan.
Tapi kali ini, Fandy tidak melihat perdebatan itu sama sekali. Yang ada hanya Luna yang sangat menyayangi Asa, dan Asa yang menjadi sosok adik penurut bagi Luna. Semoga sikap menggemaskan mereka bisa bertahan seharian ini, karena Fandy tidak ingin dibuat pusing jika mereka sampai bertengkar.
🍀🍀🍀🍀🍀
Balik lagi. Maaf lama yah, soalnya belakangan ini saya ada acara. Insya Allah gk lagi kok. Untuk info bagi kalian aja. Senin nanti, untuk mengawali hari, Neng Asa akan balik lagi. Tenang, bagi yang ingin melihat aksi Luna dan Asa, mereka akan bersama di part depan.
See you. Jangan lupa koreksi kalau ada typo dan juga yang paling penting adalah KOMEN kalian. Tanpa kalian sadari, aku selalu nunggu komenan kalian loh.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Randommenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...