Hari mulai beranjak sore saat keluarga Savana datang. Beberapa dari keluarga Savana memiliki anak anak kecil, membuat mata Asa memelototi satu persatu keponakan tantenya itu. Membuat beberapa diantara mereka merasa tidak nyaman.
"Asa, matanya dijaga." Damar menegur anaknya kala tidak sengaja melihat tatapan meneliti khas Asa itu. Tapi yang namanya Asa, pasti ada saja jawabannya.
"Matana Asa endak kabul, endak ada mo culi. Tenapa di jaga." Bahkan kaki mungil anak itu mulai meninggalkan sosok Damar yang menatap tidak percaya. Dia baru saja diabaikan oleh anaknya.
"Sabar Mas. Tahu sendiri anaknya kayak gimana kan ? Mending kamu bantu yang lain deh, kata Mama tadi keluarga Savana ada yang mau nginap, Mama bilang mau gelar karpet di ruang tamu, jadi sofa sofa mau dipinggirin."
"Mas tahu, tolong Asa dimandiin dulu. Dari tadi dia main, pasti keringatan." Ujar Damar.
Adel yang mendengar perintah suaminya segera mencari anaknya yang ngacir entah kemana, saat melihat keberadaan Asa, Adel bergeges menghampiri anaknya itu yang tengah menatap tegas seorang anak perempuan yang sedikit lebih kecil darinya.
"Tenapa pi lumah nenekna Asa ?"
Dengan jelas Adel bisa mendengar pertanyaan putrinya itu, membuat anak perempuan yang tengah berdiri di depan Asa perlahan menunduk. Astaga, kenapa anaknya beralih menjadi preman begini. Lihat saja tatapan tidak suka milik Asa itu.
"Asa."
Adel segera meraih Asa dalam gendongannya, jaga jaga kalau anaknya ini bertingkah lagi. Melihat gadis kecil dihadapannya, Adel baru menyadari bahwa itu adalah Azel, anak dari sepupu Savana.
"Asa gak boleh gitu. Lihat adek Azelnya takut. Kalau nangis gimana ? Nenek Haja bilang sama Asakan kalau enggak boleh nakal sama adeknya."
"Ini butan adekna Asa. Adekna Asa da pelutna Ante Ana."
"Azel ini juga adeknya Asa. Azel keponakannya Tante Vana, jadi Azel adeknya Asa juga. Sekarang minta maaf sama adek Azel."
Mata Asa membulat, tidak percaya sang ibu memarahinya. "ENDAK MAU." Tentu saja Asa berteriak tidak suka, bahkan sampai melepas pelukannya pada Adel. Membuat beberapa anggota keluarga menatap mereka.
"Del, kenapa ?" Tanya Bu Ifah, mendekati menantu dan cucunya itu.
"Enggak papa Ma. Adel cuma mau Asa minta maaf karena udah buat keponakan Savana gak nyaman."
Bu Ifah menghela napas. "Gak papa, masih anak anak Del."
"Justru karena masih anak-anak Ma, kalau dibiarin nanti yang kena batunya juga kita."
"Asa dengar Mama. Mama gak marah sama Asa kok, Mama sayang Asa, jadi Mama gak mau kalau Asa begini."
Asa menunduk dalam. "Mama malah Asa."
Segera Adel membawa Asa dalam pelukannya, membelai punggung anaknya itu. "Mama gak suka kalau Asa begini, Azel itu adeknya Asa juga. Asa gak boleh nakal sama Azel, Azelkan di sini gak lama."
Merasa dirinya menjadi penyebab Asa menangis, Azel memberanikan dirinya untuk ikut mengusap punggung Asa. "Anti Ajel minta pulang Mama. Asa angan nanis ya."
Astaga. Adel benar benar tidak tega melihat raut wajah Azel.
Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Azel, Asa sontak menggeleng keras kemudian melepas pelukan sang Ibu.
"Asa salah ma Ajel, Asa minta maap ya. Ajel janan puyang, Asa endak malah. Asa tadi aget aja tok, banyak nanak lumah na nenekna Asa. Ajel janan puyang yah, anti main sama sama."
Azel memiringkan kepalanya lucu, membuat Asa mengikutinya. "Asa edak malah ? Edak mau Ajel puyang ?" Tanya Azel lucu.
"He eh. Janan puyang."
Usai mengatakan itu, Asa segera memeluk Azel erat kemudian tertawa bersama. Membuat para Ibu dan Bapak menghela napas lega. Ada saja drama anak-anak itu.
"Sekarang sebelum main. Asa sama Azel mandi dulu. Okey ?"
Asa kembali mengangguk. Bersiap menggandeng Azel untuk mengikuti langkahnya.
"Ajel dah mandi."
"Sekarang Asa yang mandi. Ikut Mama."
.
.
.Asa tertawa senang saat rambut basahnya dibalut handuk kecil oleh sang Ibu.
"Lambutna Asa ilang, Mama."
Adel yang sedang menyiapkan pakaian anaknya hanya tertawa kecil, sudah lama Asa meminta agar rambutnya dikeringkan dengan cara seperti itu, tapi baru kali ini dia lakukan.
"Sini pakai baju dulu."
"Mama, Ajel inap sini ?"
Adel mengangguk singkat.
"Endak inap lumahna ?"
Adel hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Tenapa ?"
Astaga, Asanya benar benar cerewet.
"Mama tenapa endak omong ?"
"Sekarang handuk di kepalanya Mama lepas, terus Asa sisiran sendiri bisa ?" Adel menatap Asa usai anaknya itu berpakaian rapi.
"Anti aja. Asa malas."
Adel mencubit gemas pipi berisi anaknya. "Katanya mau main sama Azel."
Asa menggeleng tidak peduli, dengan pelan Asa berjalan menghampiri cermin besar yang berada di kamar ayahnya, kamar yang dulu ditempati Damar sebelum menikah.
"Asa mo palel sama Ajel. Lambutna Asa cantik toh ada haduknya bini. Lambutna Ajel endak ada, Ajel anti ili ili. Asa tabah cantik."
Narsisnya sudah tidak ketulungan.
"Bukan palel, tapi pamer sayang. Dan pamer itu gak baik. Allah gak suka ama anak yang suka pamer."
Masih bercermin, Asa menjawab. "Suka Asa toh mo omong apa. Anti talau Asa sudah palel, Asa minta maap sama Awoh. Awoh baik, anti ima maapna Asa." Dan setelahnya, Asa merengek minta dibukakan pintu. Tidak sabar untuk pamer.
.
.
.Segini dulu. Yang kangen Asa jangan lupa vote commentnya. Kalau mau Sweet Family up cepat cepat, comment yang banyak yah.
Kalau ada typo harap di koreksi.
See you.
Oh iya, ini fotonya Asa habis mandi.
ini si Asa yang pen nyosor Azel
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Randommenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...