"Mama tunggu di sini, Asa masuk sendiri yah. Enggak boleh nakal, dengar katanya Ibu guru. Kalau di tanya harus di jawab. Okey anak Mama ?"
Asa mengangguk antusias, sama sekali tidak keberatan walau harus masuk kelas sendiri, sementara sang ibu menunggui di taman dekat kelas TK.
Memang sekolah PAUD yang ditempati Asa masih satu gedung dengan sekolah TK dan SD, hanya letak bangunannya saja yang berada di pojok. Hal itu memudahkan guru-guru yang mengajar di TK sekaligus PAUD, jadi tidak perlu datang jauh jauh karena letaknya masih satu gedung.
"Kacamata ?" Adel meminta kacamata yang masih bertengger manis dihidung mungil putrinya, tapi yang namanya Asa. Kalau sudah bergaya pasti akan selalu begitu modelnya sampai dia bosan.
"Endak mau to. Ini tacamatana Asa. Asa mo pake, bial anti olang olang kejut liat mukana Asa, tantik selti Mama."
Adel hanya bisa tersenyum paksa. Tidak bisa memaksa juga, yang ada nanti nangis dan minta pulang.
Mendengar bunyi bel, Asa tersentak kaget sebelum tersenyum senang.
"Asa mo telas. Mama tundu sini ya ?"
Adel tersenyum lebar. Setidaknya Asa tidak merengek meminta ditemani masuk kelas seperti kebanyakan anak lainnya, malahan kini anaknya itu berlari kecil menuju kelas. Adel hanya bisa berharap Asa tidak berbuat yang aneh aneh sepanjang bersekolah.
.
.
."Assalamualaikum anak-anak."
Bu Wirda, guru yang mengajar di hari pertama kelas PAUD di tahun ajaran baru tersenyum maklum saat melihat respond anak-anak yang masih kaku. Bu Wirda menatap absensi murid muridnya sebelum pandangannya mengarah pada seisi kelas, kemudian menatap satu sosok balita yang tampak asik dengan kegiatannya sendiri. Berpakaian kaos putih dengan corak orange, rok orange, rambut yang dikepang dua dengan kacamata hitam. Yah, dia Asa. Cantik, lucu dan menggemaskan. Hanya saja, Bu Wirda bertanya tanya kenapa harus menggunakan kacamata di dalam kelas ?
"Siapa namanya ini anak cantik ?"
Bu Wirda bertanya dengan senyum saat sudah berada di dekat Asa. Membuat Asa mendongak menatapnya.
"Ni sapa ?" Bukannya menjawab, Asa justru balik bertanya. Masih dengan kacamata yang enggan dia lepas.
Respon yang bagus, begitulah menurut Bu Wirda. Setidaknya, salah satu murid perempuannya tampak welcome di hari pertama bersekolah.
"Sepertinya Ibu belum memperkenalkan diri ya anak-anak cantik dan manis ?" Tanya Bu Wirda dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.
Pembawaan Bu Wirda yang santai dengan senyum, tampaknya mulai membuat anak-anak balita itu nyaman. Terlihat dari anggukan pelan mereka.
"Perkenalkan yah, nama Ibu, Ibu Wirda. Ibu akan mengajar kalian sampai nanti masuk TK. Ada guru lain juga loh, tapi nanti."
"Anti itu tapan ?"
Bisa di tebak itu siapa. Tentu saja sicerewet milik Bapak Damar dan Ibu Adel.
"Nantinya, besok besok. Dihari lain. Sekarang, Ibu mau tanya siapa nama kalian semua. Di mulai dari anak cantik berkacamata ini yah. Siapa sih namanya, itu kacamatany dilepas dulu boleh tidak."
Asa terdiam sejenak. Kata ibunya tadi, harus mendengar kata Ibu guru. Maka dengan berat hati, Asa melepas kacamata yang digunakannya sejak tadi. "Timpan mana ini ?"
"Simpan di meja Ibu saja yah, nanti kalau di simpan di tas atau di meja belajar bisa rusak."
Dengan sigap, Asa menyimpan kacamata miliknya. Kemudian duduk kembali pada bangkunya. Sama sekali tidak peduli pada 3 teman sebangkunya. Memang meja belajar anak anak PAUD sengaja dibuat melingkar agar anak-anak cepat berinteraksi dan tidak canggung.
"Siapa namanya ? Ibu sama teman teman disini mau tahu."
Asa berdiri dengan tegap. Kemudian untuk pertama kalinya, Asa menatap semua teman sekelasnya, tidak satupun yang dikenalnya. Jumlah anak yang berada diruangan itu hanya ada 15 orang. Dan tidak satupun yang dikenal Asa. Mungkin karena dikomplek mereka, hanya Asa yang usianya hampir memasuki 3 tahun. Yang lain jauh lebih tua darinya juga umur yang lebih muda darinya yaitu bayi berumur beberapa bulan di dekat rumahnya.
"Assamaytum muana. Ini namanya Asa, nama besalna Asahila Tala Abiniyu. Asa ni nanakna Papa Damal sama Mama Adel, lumahna Asa di kopeks sana. Jauh dali sini. Asa mo kolah kana pupuna Asa dah kola muana. Ada mo tanya ?"
Perkenalan diri yang menggemaskan. Bu Wirda sampai kagum sendiri, murid didepannya ini benar benar tidak canggung ataupun takut. Bahkan terkesan acuh.
"Langit mau tanya."
Anak lelaki di pojok belakang mengacungkan tangannya sembari menatap Asa yang juga balas menatap.
"Iya, Langit mau tanya apa ?" Tanya Bu Wirda.
"Asa umulnya belapa ?"
Asa diam sejenak, tampak berpikir. Berkali kali menatap Langit dan luar ruangan secara bergantian. Kemudian mata bulatnya melotot terkejut.
"Lanit telang ?"
"Ha ?" Cengo Langit.
Asa menujuk pada luar, lebih tepatnya pada langit yang cerah diluar sana. "Namamu Lanit telang ? Tadang medung, tulun hujan. Tit tit tit, buni ujan atas denteng. Ailna tulun, tidak kila. Cubalah tenok dahal lantin. Poon dan tebun, bacah cemuaaaa."
Kecerewetan yang hakikih.
.
.
.Asa tertawa riang saat memasuki kantor ayahnya. Sepulang sekolah, Adel sengaja mengajak Asa untuk mengunjugi Damar di kantor. Sekalian untuk makan siang, walau masih lama. Raut wajah bahagia yang ditampilkan sang putri sangat menyejukkan hatinya, walau tadi ada sedikit insiden di sekolah, putrinya sama sekali tidak terganggu.
Karyawan yang melihat kedatangan istri dan anak dari atasan mereka itu tersenyum menyambut. Apalagi saat melihat sosok Asa yang sudah lama tidak berkunjung, semakin menggemaksan dengan kacamata hitam miliknya.
"Assalamualikum Asa."
Merasa disapa. Asa mendongak, tubuhnya yang jauh lebih pendek benar benar mengharuskannya untuk menatap lawan bicaranya.
"Walitum salam. Ante tindi, Asa tapek liat atas."
Adel dan beberapa karyawan yang berada dilantai dasar tertawa pelan mendengar keluhan Asa.
"Talo mo bicala cala sama Asa, anti aja ya. Asa ma Mama mo temu Papa. Asa mo matan sama Papana Asa, Asa tapek, dali kolah. Kolana Asa jauh, Asa pi sini naik tasi. Mama bayal tasi tadi, telus tasina pegi. Asa kalang mo temu Papa."
Sepertinya sesi curhat disela tanya jawab sudah menjadi kebiasaan anaknya itu. Membuat Adel geleng geleng kepala.
.
.
.Maaf yah kalau pendek. Jangan lupa kasih komen kalian. Kalau ada yang punya saran untuk kegiatan Asa selanjutnya juga boleh kok.
Kalau ada typo silahkan di koreksi. See youu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Randommenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...