SF : 43

52.6K 3.4K 121
                                    

Tubuh yang tidak dalam kondisi yang baik membuat Adel harus di rawat di rumah sakit, hal itu tentu mengharuskan Asa untuk berada di rumah sakit. Meski rumah sakit tidak baik untuk anak kecil, Asa menolak untuk ikut pulang dengan sang nenek sementara orang tuanya berada di rumah. Asa kini duduk manis diranjang pasien bersanding dengan Adel yang hanya terbaring lemah, suapan demi suapan apel masuk kedalam mulut mungil Asa.

Damar yang mengamati keduanya di sofa hanya mendengus, tadi Asa minta di kupaskan apel. Katanya untuk sang ibu yang sedang sakit, tapi yang dilihatnya justru kabalikannya. Nyatanya Asa menyuapkan potongan apel itu untuk dirinya sendiri, saat Damar menegur Asa justru acuh dan mengabaikannya.

"Mama, katana dotel Mama amil. Amil itu apa ?"

Mendengar pertanyaan putri cerewetnya, Damar berjalan mendekat kearah ranjang pasien. Membantu istrinya yang kini duduk bersandar.

"Butuh sesuatu ?" Tanya Damar, mengelus kening Adel yang berkeringat. Gelengan Adel membuat Damar menarik kursi plastik dan mendudukinya, agar bisa lebih dekat dari anak istrinya.

"Papa endak tanya Asa ? Asa mo susutua loh."

Eleh, gaya sekali. Padahal pengucapannya saja masih salah.

"Sesuatu, nak." Adel mengoreksi seraya tersenyum kecil. Senyum yang sejak tadi tidak lepas dari bibirnya, sejak dokter mengatakan bahwa dirinya mengandung.

"Iya, sesasatu tok."

"Ikuti Papa..."

"Pi mana ?"

Semakin besar semakin banyak tingkah, Damar tidak bisa membayangkan bagaimana kedepannya saat anak keduanya lahir. Tapi Damar harap agar Asa tidak membuat adiknya menangis nanti.

"Eh, Papa ni di tanya tok ya diam diam. Mo ikut pi mana toh ?"

Asa yang tidak mendapat tanggapan kembali bertanya, kali ini dengan bibir mengerucut lucu, matanya bahkan melotot. Membuat Adel dan Damar gemas.

"Gak kemana mana." Damar hanya menjawab sekenanya, karena dia memang tidak berniat untuk pergi kemanapun.

"Ya telus tok minta Asa ikut Papa, Asa mo sini tok, sama Mama."

Lebih memilih diam, meski Damar ingin agar Asa melafalkan kata 'sesuatu' dengan sempurna. Tapi daripada putrinya ini mengoceh yang aneh-aneh labih baik dia diam saja.

"Mama hamil tu apa ?"

"Hamil itu diperutnya Mama ada adik bayi."

Yang menjawab tentu Adel, dengan jawaban yang sederhana dan masih mampu diterima dan dimengerti oleh gadis ciliknya.

"Ante Pana, Ante Mei hamil selti Mama ?"

Untuk pertanyaan itu, Adel hanya mengangguk. Sebelum ke Malang, Asa memang diberitahu bahwa diperut tante Mei ada adik bayinya Luna, dan sejak saat itu, Asa makin ngotot untuk memiliki adik bayi. Mengabaikan boneka bayinya yang saat ini entah disembunyikan dimana.

"Adekna mana ?"

Beranjang dari duduknya, Asa menduduki paha Adel yang memang kaki Adel diselonjorkan agar nyaman. Damar yang melihat itu segera mengangkat Asa dan membawanya kepangkuannya, takut terjadi apa-apa dengan janin sang istri. Terlalu berlebihan memang, tapi menurut Damar, tidak ada hal berlebihan jika itu tentang Asa. Karena putrinya ini kadang berbuat sesuatu diluar nalar, membuat kue dari kotoran kucing misalnya.

Dan Asa yang entah karena terlalu penasaran atau sebagainya, anak itu hanya diam. Tidak protes saat duduknya pindah.

"Diperutnya Mama."

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang