Tok tok tok
Asa yang sedang bermain di ruang keluarga menoleh saat mendengar suara ketukan, boneka bayi yang berada dalam gendongannya diabaikan.
tok tok tok
Kembali mendengar suara ketukan, Asa menatap pojok ruangan. Menanti ibunya keluar dari kamar untuk membuka pintu.
"Sapa sih dodok dodok lumah olang padi padi bini." Dumel Asa karena merasa waktu bermainnya terganggu. Namun meski begitu, Asa tetap enggan untuk turun dari sofa, sama sekali tidak ada niatan untuk membuka pintu.
"Sut, adekna tidul lagi. Angan puli sala bisik lual sana, tidul lagi. Kakakna mo masak bubul yayam dulu." Asa kembali menimang boneka kesayangannya. Sesekali bersenandung dengan bahasa yang hanya bisa di pahaminya.
Tok tok tok
Kembali terdengar, Asa melotot kesal. Dilemparnya boneka kesayangannya kemudian bersusah payah untuk turun dari sofa. Namun bukannya membuka pintu, Asa justru berjalan dengan menghentakkan kaki menuju kamar orang tuanya. Tentu saja di setiap langkahnya itu, Asa tidak hentinya menggerutu.
"IYA BENTAL KOK. JANGAN DODOK DODOK TELUS, INI ASA MO PANDIL PAPANA ASA DULU BUKA PINTUNA."
Dan pada akhirnya, teriakan itu terdengar saat telinganua kembali mendengar suara ketukan pintu. Damar yang baru saja keluar dari kamar sampai dibuat kaget mendengar teriakan Asa, kebiasaan yang tidak baik sekali.
"Kenapa teriak teriak ?" Tanya Damar, berjongkok di depan samg putri dan menyampirkan poni Asa yang mulai menutupi matanya.
"Poninya sudah panjang, nanti di potong ya ?"
Melihat Asa yang masih kesal, Damar berisiatif untuk menggendong Asa namun di tolak mentah mentah.
"Ada olang dodok pintu."
"Terus kenapa Asa enggak bukain pintu ?"
Aneh, biasanya jika ada yang bertamu, Asa dengan antusias membukaan pintu. Walau tubuh anaknya ini tidak cukup tinggi, untuk sekedar membuka pintu rumah Asa sangat sangat bisa, makanya Damar sampai dibuat bingung saat mendapati raut kesal Asa.
"Asa tesal, olangna dodok dodok telus. Dandu Asa main."
Baru paham Damar, di pagi hari seperti ini Asa akan bermain dengan bonekanya lebih dulu. Apalagi boneka yang baru saja dibelikan oleh Damar.
"Minta susu."
"Mama di dapur, mintanya sama Mama, Papa mau buka pintu dulu."
Begitu sang ayah berlalu, Asa dengan segala rasa ingin tahunya mengikuti langkah Damar menuju pintu. Dia juga penasaran dengan tamu yang sudah mengganggu paginya.
Saat melihat sang ayah yang meletakkan jas kerjanya dengan asal di sofa, Asa melotot kaget. Dia sangat ingat, pagi pagi sebelumnya, sang Ibu akan membersihkan rumah mereka dan melakukan hal lainnya.
"Papa ni natal kali sih." Gerutunya, tangan yang mungil itu mengambil jas hitam sang ayah. Kemudian dengan kesal membawanya masuk ke kamar.
"Tudah di bilang endak boweh bantakan lumah. Papa bantakan lumah telus telus, anti Mama omel bamana ?" Dan dengan sedikit terburu, Asa meletakkannya di tempat tidur. Sesuatu telah terjadi padanya, dan tentu Asa membutuhkan bantuan dari sang Ibu.
"MAMA ASA PUP TOH, MO MANDI UGA."
Teriakan kedua yang lebih dasyat karena kebelet buang air. Menyisakan Adel yang berjalan terburu meninggalkam dapur, beruntung semua masakannya sudah selesai, hanya perlu menghidangkannya saja.
.
.
."Sudah cantik anaknya Mama."
Asa tersenyum manis saat mendengar pujian yang ditujukan untukknya.
"Katana Papa ponina Asa dah panjang, mo potong." Kembali mengingat kalimat ayahnya tadi, Asa menyampaikannya pada Adel. Karena poninya itu mulai sedikit mengganggu aktivitasnya.
Menurunkan Asa dari tempat tidur, Adel segera menyimpan kembali peralatan sang putri, seperti bedak bayi, minyak telon, karet rambut dan lotion untuk balita.
"Nanti di potong. Asa ke meja makan dulu, Mama mau beres beres."
Setelah mendengar perintah sang Ibu, Asa berjalan pelan menuju ruang makan yang menyatu dengan dapur, perutnya sudah meminta di isi. Di sana Asa bisa melihat sosok Om yang telah lama tidak di lihatnya sedang menyantap nasi goreng dengan kidmat. Terdiam sesaat, Asa tersenyum kecil saat sebuah pemikiran melintas di kepala kecilnya.
Berjalan mengendap, Asa membekap mulutnya untuk menahan tawa. Sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Om Bagasnya. Sementara itu, Damar yang melihat semua aksi anaknya hanya diam. Sama sekali tidak berpikiran yang lain dan kembali menikmati sarapannya.
"DOL."
Dengan mengejutkan, Asa muncul dari sela sela paha Bagas. Membuat Bagas kaget hingga hampir terjatuh dari kursi.
"Hahahahahahahaha, Om Agas kejut. Hahahahahahaha."
Tertawa jahat, Asa merasa senang melihat raur wajah Bagas yang nampak terkejut dengan sesekali mengelus dadanya.
"Coba bukan ponakan, udan gue tuker lo Sa." Gumam Bagas mencoba bersabar. Ada saja tingkah Asa yang selalu membuatnya mengelus dada. Dan beruntung, gumaman itu hanya dia seorang yang bisa mendengarnya. Bisa gawat kalau bapak dari sang ponakan juga mendengarnya, bisa di stop uang jajajan Bagas sebagaian. Untuk informasi saja, Bagas masih mendapat tambahan uang jajan dari kedua kakaknya yang sudah menikah.
"Nak, keluar dari sana. Makan sarapannya, katanya Om Bagas mau ajak Asa keluar."
Melihat sikap sabar Damar membuat Bagas takjub. Sebegitu indahnya kah memiliki anak sampai sang kakak sulung yang dulu berandal, nakal dan susah diatur menjadi selembut dan sesabar ini ? Bagas tidak tahu jawabannya, karena dia sendiri belum memiliki anak.
"Mo ajak pi mana ? Asa endak mo toh, Asa sibuk."
Jawab Asa. "Papa bantu naik sini kusi." Pinta Asa saat tidak bisa menaiki kursi."Sibuk apa ?"
"Asa mo bantu bantu Mama beles lumah. Asa libul kola kan Papa, jadina mo bantu Mama beles lumah. Talo Om Agas mo ajak Asa pi lual, besok besok aja, talo Asa endak sibuk."
Kini Bagas percaya, bahwa Asa anak berusia hampir tiga tahun yang menjabat sebagai keponakannya ini memiliki bergudang gudang sikap tidak terduga. Takjub Bagas, sungguh takjub.
Up Up Up
Saya kembali, semoga suka dengan part ini. Jangan lupa tanggapan kalian untuk part ini yah.
Ada typo juga harap di koreksi. See uuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Family ✅
Acakmenjadi orang tua diusia muda bukanlah halangan besar bagi seorang Damar Abimanyu dan Adelia Sukri. Mereka sudah diberi sosok balita cantik bernama Asahila Tiara Abimanyu, balita berusia 2 tahun 8 bulan dengan berbagai tingkah yang kadang membuat ke...