SF : 07

84.7K 5K 76
                                    

🍀🍀🍀🍀

"Asa cantik, mau ikut Om tidak ?"

Bagas yang sudah rapi dengan pakaian santainya sore itu mengajak Asa bersamanya. Di kampus Bagas sedang ada acara buka puasa bersama, jadi berhubung karena ayah dari anak itu tidak ada, Bagas sebagai Om yang baik berniat mengajak keponakan cantiknya keluar.

"Pi mana ? Asa puasa, Om puasa ?" Asa balik bertanya, tapi pandangannya tetap fokus pada TV yang sedang menayangkan acar kartun.

"Jalan-jalan. Masa sih Asa puasa, tadi Om lihat Asa makan apel sama nenek."

"Asa na masih cecil, jadi endak puasa lama. Asa puasana bental aja."

Memang Asa niatnya ingin berpuasa, tapi apa daya perut kecilnya meminta diisi. Jadi pukul 10 tadi, dia sudah meminta makan.

"Asa mau ikut Om Agas. Api na Om Agas bilang Mama dulu ya." Pinta Asa, kini dia berubah haluan, memeluk leher Bagas erat.

Bagas mengangguk mengiyakan, menggendong Asa kearah dapur dimana Ibu dan Kakak iparnya berada. Begitu sampai di sana, Bagas segera mengatakan niatnya pada Adel juga Mamanya.

"Emang gak papa kalau Asa ikut kamu, Gas ? Kakak takutnya ntar dia rewel." Cemas Adel.

"Asa endak wewel, Mama." Celetuk Asa tanpa melihat wajah Ibunya.

"Gak kok, Kak. Disana kan banyak teman Bagas juga, ada juga yang udah punya anak, nanti anaknya pasti di bawa kok."

"Kamu yakin bisa ngatasin keponakanmu ? Kalian aja sering jahili menjahili." Kali ini Bu Ifa yang menyahuti, bukannya apa, mereka hanya takut kalau Asa rewel.

"Gak papa Ma, Kak. Insya Allah Bagas bisa kok. Jadi bisa gak nih, Bagas bawa Asa ?"

"Ya udah. Tapi selesai acara nanti, langsung pulang ya."

.
.
.

Selama perjalanan, Asa tidak hentinya menyanyi riang. Sesekali tertawa saat Bagas melontarkan leluconnya.

"Om Agas, endak papa kalau Asa pi tekolahnya Om ?" Kali ini raut riang Asa berubah sendu. Matanya menatap Bagas yang fokus menyetir.

Bagas tersenyum tipis, sebelah tangannya mengusap kening Asa. "Gak kok, tapi Asa gak boleh rewel ya. Turuti kata Om Bagas."

"Apina Asa endak puasa lama. Anti di malah sama teman temanna Om Agas."

"Teman Om Bagas baik semua, gak suka marah marah. Jadi Asa gak boleh sedih ah, nanti cantiknya hilang."

Bagas mulai memasukkan mobilnya pada pelataran kampus, menuju pojok kanan, kearea parkir.

"Tekolana Om besal ya." Kagum Asa. Dia saat ini sudah turun dari mobil, sebelah tangannya berada dalam genggaman tangan besar Bagas.

"Anti Asa mo kolah tini juga ya ? Anti Asa kolana sama Om Agas."

Bagas hanya bisa tersenyum lirih, astaga, yang ada nanti dia sudah bangkotan kalau menunggu Asa kuliah. Tapi biar saja otak keponakannya ini berimajinasi. Tidak ingin Bagas menyangkal ataupun memprotes, takut Asa ngambek dan minta pulang.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang