SF : 42

52.5K 3.5K 191
                                    

Damar tersenyum kecil kala melihat putrinya yang nampak kepayahan membawa keranjang berukuran sedang yang berisi pakaian kotornya, apalagi salah satu tangan putrinya itu tampak enggan untuk melepas tahu isi yang tersisa setengah itu. Pagi-pagi Asa memang suka ngemil.

"Mau Papa bantu ?" Tawar Damar yang menunggu di depan mesin cuci yang berada di halaman belakang.

"Endak pelu. Ini kajang koto punana Asa, bal Asa yang bawa."

Sebenarnya keranjang itu hanya berisi tiga potong pakaian yang kemarin dikenakan Asa, tapi entah kenapa anaknya itu repot sekali sampai harus membawa pakaian kotornya beserta keranjangnya. Lebih mudah jika hanya membawa pakaiannya saja.

"Sekarang Asa duduk, habiskan tahu isinya. Kan sudah Papa bilang enggak boleh makan sambil berdiri apalagi sambil jalan." Ujar Damar, segera memasukkan pakaian yang dibawa Asa kemesin cuci bersama pakaian kotor lainnya.

Hari ini Damar cuti kerja demi mengurus istrinya yang sedang sakit, sekalian Damar juga membereskan rumah yang ruang keluarganya sangat berantakan. Apalagi jika bukan ulah putrinya itu, semalam entah apa yang Asa lakukan sampai tisu tisu berserakan di ruang keluarga, Damar lebih memilih diam, kalau dia bertanya pada Asa, yang ada anak gadisnya itu akan mengeluarkan segudang alasan, alih alih menjawab pertanyaan yang dia berikan.

Selagi menunggu mesin cuci selesai melakukan tugasnya, Damar kembali masuk kedalam yang langsung memperlihatkan dapur. Menghela napas sejenak, Damar menuju tempat cuci piring, lumayan banyak yang harus dia cuci.

"Papa Asa batu-batu apa ?"

Hampir saja Damar menjatuhkan piring yang sedang dicucinya saat mendengar suara Asa yang tiba-tiba saja berdiri disampingnya. Kenapa anaknya ini suka sekali mengagetkan sih.

"Asa ke kamar, lihat Mama dulu. Sudah bangun atau belum."

Itu saja, karena Damar tidak akan membiarkan Asa melakukan pekerjaan rumah sendirian. Yang ada rumah tidak akan rapi, tapi berantakan yang harus membuatnya bekerja dua kali.

"Iya, Asa liat Mama dulu. Anti Papa pandil Asa talo ada mo di batu-batu yah."

Dan wussssh, Asa berlari meninggalkan dapur. Membuat Damar menahan napasnya beberapa saat, terkadang dia sendiri heran kenapa putrinya itu memiliki stok energi yang berlebihan. Masih untung jika Asa selamat sampai ke kamar, jika dia terjatuh, maka pasti Damar juga yang repot.

Asa sendiri berjalan tenang memasuki kamar, tidak ada lari larian ataupun teriakan seperti biasanya, mata bulatnya mengamati sang ibu yang masih lelap dalam tidurnya. Mendekati tempat tidur dan cup, mencium pelipis sang ibu karena hanya itu yang bisa dikecupnya.

Setelah itu Asa berjinjit keluar kamar dan menghampiri sang ayah yang kini mengelap meja makan.

"Mama tidul, badanna panas. Anti pandil dotel ya Papa bal pisa Mama."

Berjongkok tepat di hadapan sang putri. "Iya. Sekarang Papa mau sapu halaman depan, Asa tolong bersihkan mainannya di depan TV, semalam sepertinya lupa dibereskan."

Bukannya lupa sebenarnya, hanya saja semalam usai bermain Asa main nemplok di karpet dengan mulut yang mengenyoti dot dan tertidur tanpa sempat membereskan mainannya. Biasanya memang Damar atau Adel yang membereskan, tapi mereka mulai membiasakan agar Asa membereskan mainannya sendiri.

"Asa batu-batu sapu anti depan yah ?"

"Iya, tapi mainannya dibereskan dulu. Tisunya juga di buang di tempat sampah."

Sebelum meninggalkan sang putri sendiri, Damar memastikan bahwa kemoceng yang biasa digunakan sang istri berada jauh dari jangkauan si cerewet kecilnya. Bukan tanpa alasan, itu semua dia lakukan untuk menyelamatkan kemoceng itu dari tangan usil Asa, mengingat dua kemoceng sebelumnya semua bulunya tandas dari tempatnya karena ulah Asa. Tidak ada satu bulupun yang tersisa, dan itu membuat Adel gemas karena harus menggunakan lap kain untuk membersihkan sofa dan meja daru debu yang mungkin saja menempel di sana.

Sweet Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang